Sebuah studi terbaru mengungkap bahwa sejumlah atraksi wisata justru mengeksploitasi satwa untuk hiburan visual. Selain itu, wisata tersebut juga kerap kali menganggap satwa sebagai objek tontonan semata, sampai bisa merusak cara pandang manusia terhadap dunia hewan.
Penelitian bersama yang dipimpin oleh peneliti dari Griffith University menemukan bahwa beberapa bentuk pariwisata satwa tidak banyak membantu konservasi atau pendidikan publik, tetapi malah menimbulkan penderitaan bagi hewan.
Salah satu contoh paling memilukan adalah pertunjukan orangutan di Safari World, Bangkok. Orangutan di sana diberi kostum dan dipaksa tampil dalam pertunjukan tinju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Praktik seperti ini tidak hanya merugikan kesejahteraan hewan, tetapi juga merupakan pelanggaran serius terhadap martabat dan rasa hormat," kata Associate Professor Georgette Leah Burns, salah satu peneliti dalam studi tersebut, dilansir Yahoo, Senin (8/9/2025).
Dia menambahkan kondisi itu berbalik dengan tujuan awal pengalaman wisata satwa. Ya, wisata atraksi satwa seharusnya memberikan pertemuan yang penuh rasa hormat dan bermakna, sehingga mendorong orang memahami hewan lebih dalam, bukan sekadar hiburan.
"Seiring pertumbuhan pariwisata satwa, penelitian ini menantang industri untuk menilai kembali dasar etikanya dan beralih pada model keterlibatan yang lebih penuh kasih serta hormat," ujarnya.
Baca juga: Ngeri, Peselancar Tewas Diserang Hiu Jumbo |
Selain itu, poin penting yang disorot dalam penelitian itu adalah satwa liar dipaksa bertindak layaknya manusia. Wisata atraksi satwa itu turut menumbuhkan rasa kagum penonton saat melihat hewan yang liar yang kuat itu bisa melakukan aktivitas seperti manusia.
Meski kebun binatang atau taman satwa memberi kesempatan bagi masyarakat melihat hewan yang jarang ditemui, wisatawan perlu lebih kritis terhadap tujuan pengelolaan tempat tersebut. Menghindari atraksi yang mengeksploitasi satwa bisa membantu mengurangi penderitaan hewan.
Selain itu, perusahaan penyedia atraksi satwa, seperti SeaQuest, jaringan akuarium interaktif dan pusat atraksi yang menampilkan mamalia eksotis, reptil, dan burung, yang seringkali berlokasi di pusat perbelanjaan, diduga lebih mengutamakan keuntungan ketimbang kesejahteraan satwa.
SeaQuest diduga tidak menyediakan kebutuhan dasar satwa, mulai dari akses ke udara segar dan sinar matahari alami, nutrisi dan perawatan medis yang layak, serta kebebasan untuk tidak disentuh oleh publik dan dibombardir oleh suara keras dan kekacauan sepanjang hari.
Dalam penelitian itu juga dicantumkan bahwa penelitian itu menekankan bahwa menghindari kekerasan langsung terhadap satwa tidak cukup. Masalah etika juga muncul dari cara hewan ditampilkan, dilatih, ditempatkan, bahkan bagaimana mereka dipersepsikan wisatawan.
"Wisata satwa yang sehat seharusnya tidak merendahkan hewan. Sebaliknya, ia harus menciptakan pengalaman yang menghormati martabat satwa dan membantu kita memahami mereka sebagai makhluk hidup, bukan sekadar tontonan," kata Burns.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Hilangnya Si Penjaga Keselamatan, Ketika Museum Dirusak dan Dijarah
Mengenal Kereta Lambat yang Dinaiki Kim Jong Un ke China
10 Negara yang Mengeluarkan Travel Warning ke Indonesia karena Demo