Pakar Lingkungan UI Beberkan 3 Rekomendasi agar Bali Terhindar dari Banjir Besar

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pakar Lingkungan UI Beberkan 3 Rekomendasi agar Bali Terhindar dari Banjir Besar

Femi Diah - detikTravel
Selasa, 23 Sep 2025 14:54 WIB
Warga membersihkan puing-puing bangunan pascabencana banjir di Sungai Badung, Denpasar, Bali, Rabu (17/9/2025). Pemerintah Kota Denpasar secara resmi telah menurunkan status Tanggap Darurat Bencana menjadi status Transisi Darurat ke Pemulihan selama tiga bulan mulai 17 September hingga 17 Desember 2025. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.
Bali dilanda banjir besar pada 10 September 2025 (Nyoman Hendra Wibowo/Antara)
Jakarta -

Banjir besar Bali pada 10 September 2025 menjadi alarm serius bagi kerentanan ekologi dan tata ruang di pulau dewata. Mahawan Karuiasa, pemerhati lingkungan, mengemukakan sejumlah rekomendasi agar Bali terbebas dari bencana serupa.

Dalam catatan Mahawan, yang juga dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, saat banjir itu terjadi, sejumlah wilayah di Bali dguyur curah hujan ekstrem hingga lebih dari 150 mm, bahkan ada yang mencapai 385 mm. Angka itu setara atau bahkan melebihi curah hujan rata-rata bulanan.

"Intensitas hujan sebesar itu memicu limpasan air yang sangat cepat, memperpendek waktu tanggap banjir, dan meningkatkan risiko banjir bandang serta longsor," kata Mahawan dalam pesan kepada detiktravel, Selasa (23/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mahawan berpendapat bahwa banjir besar itu bukan hanya akibat fenomena iklim semata. Dia mengatakan kondisi lingkungan yang terus menurun memperparah dampak hidrologis tersebut.

ADVERTISEMENT

"Di DAS Ayung, misalnya, tutupan hutan kini hanya sekitar 3% dari total luas 49.500 hektar. Padahal, untuk menjaga fungsi tata air, idealnya tutupan hutan minimal 30%. Kekurangan ini melemahkan kemampuan daerah aliran sungai untuk menyerap air, menahan sedimen, dan mencegah banjir," kata Mahawan.

Mahawan mengatakan penurunan fungsi ekosistem itu beriringan dengan perubahan tata ruang yang tidak terkendali. Termasuk, pembangunan yang ugal-ugalan pada sektor pesat pariwisata, mulai dari hotel, vila, restoran, hingga jaringan jalan, mengorbankan lahan sawah, ruang terbuka hijau.

Konversi lahan menjadi permukaan kedap air memperbesar volume limpasan dan mempersempit koridor sungai. Sistem drainase yang ada pun belum dirancang untuk menghadapi curah hujan ekstrem, sehingga genangan air menjadi tak terhindarkan.

"Banjir tidak hanya menyebabkan kerusakan fisik dan korban jiwa, tapi juga mengguncang sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung ekonomi Bali. Kerusakan fasilitas dan gangguan pasokan air bersih merusak citra Bali di mata wisatawan global," kata Mahawan.

3 Langkah Strategis untuk Bali

Menghadapi krisis itu, Mahawan menekankan perlunya tiga langkah strategis dari Pemerintah Provinsi Bali. Pertama, rehabilitasi daerah aliran sungai seperti DAS Ayung dengan target meningkatkan tutupan hutan hingga 10-15% dalam lima tahun ke depan, sebagai tahap awal menuju target 30%.

Upaya itu harus disertai pengendalian erosi dan pembangunan infrastruktur hijau seperti embung, kolam retensi, serta sumur resapan.

Kedua, penataan tata ruang berbasis mitigasi risiko bencana dengan melarang izin pembangunan baru di lahan sawah produktif, sempadan sungai, serta zona rawan banjir dan longsor. Audit ketat juga diperlukan untuk menertibkan izin lama yang melanggar. Infrastruktur hijau seperti permeable pavement dan taman resapan wajib diterapkan pada kawasan wisata dan permukiman baru.

Ketiga, penguatan sistem peringatan dini dan instrumen ekonomi, dengan mengintegrasikan data curah hujan dari BMKG ke dalam protokol evakuasi dan pembatasan akses di zona wisata saat status waspada. Pemerintah juga perlu memberlakukan insentif dan penalti lingkungan, seperti denda untuk pembangunan yang merusak ekosistem dan insentif pajak atau kredit hijau bagi usaha wisata yang menerapkan konservasi.

"Dengan kombinasi rehabilitasi ekologi, reformasi tata ruang, dan penggunaan teknologi serta kebijakan ekonomi yang tepat, Bali dapat memperkuat ketahanan lingkungan sekaligus menjaga keberlanjutan pariwisata sebagai pilar utama pembangunan daerah," kata Mahawan.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Bicara soal Banjir, Menteri LH Soroti Daerah Aliran Sungai Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads