Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur sekarang ini sedang menjadi sorotan media asing, The Guardian menyebutkan berpotensi menjadi kota hantu karena sepi penghuni.
Setidaknya kini ada sekitar 2.000 ASN dan 8.000 pekerja konstruksi di sana. Masih jauh dari targetnya sekitar 1,2 juta orang di tahun 2030. Dengan banyaknya bangunan baru dan monumen-monumen nasional di sana, hanya menimbulkan rasa penasaran untuk masyarakat.
Seperti data yang mencatatkan pada libur lebaran 2025 lalu, 64 ribu wisatawan mengunjungi IKN. Wisatawan tersebut berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat pariwisata, Prof Azril Azhari, menuturkan kepada detikTravel, Jumat (31/10/2025) bahwa IKN ini tidak punya daya tarik secara pariwisata yang berkelanjutan. Ia mengibaratkan pariwisata itu seperti relasi antara semut dan semut.
"Pariwisata ibarat semut dengan gula. Kalau semut kan mencari gula, nah apakah ada gula supaya semut datang ke sana (IKN)?. Orang berwisata itu ada nggak yang mencari daya tariknya itu? Hanya sekadar penasaran," katanya.
Lebih lanjut, Prof Azril menjelaskan akan lebih jika memang sektor pariwisata menjadi sektor yang menjanjikan bagi Indonesia, seharusnya terlebih dahulu perkuat ekosistemnya.
Sehingga wisatawan dalam negeri dan luar negeri tertarik datang ke IKN. Bukan sekadar penasaran ingin melihat bangunan-bangunannya saja, tetapi ada daya tarik yang benar-benar ingin dilihat oleh wisatawan.
"Kalau kita bikin gula lebih manis dari negara lain, itu wisatawan akan datang ke sana. Apalagi sekarang itu pariwisata mengarah kepada special interest tourism, pariwisata minat khusus," jelasnya siang itu.
Dan menurut Prof Azril, potensi yang baik untuk pariwisata di wilayah IKN ini adalah landskap alam. Ia kembali mengambil contoh ke wilayah Hutan Amazon, wisatawan ke sana bukan untuk melihat gedung tetapi ingin menyusuri hutan.
"Di Indonesia orang mencari keotentikan kearifan lokal, ada nggak kearifan lokal di IKN?. Dunia kan melihat nanti melihat ada nggak kearifan lokal di sana yang dibuat?," lanjut Prof Azril.
Ia menegaskan pariwisata itu adalah hal sangat menguntungkan bagi Indonesia. Oleh karena pemerintah harus benar-benar serius dalam menggarap sektor ini.
"Pariwisata itu sebenarnya suatu ladang, menjadi unggulan yang bisa menghasilkan devisa untuk Indonesia asal bisa melibatkan sektor-sektor lain," lengkap dirinya.
(upd/wsw)








































.webp)













 
                     
             
             
             
  
  
  
  
  
  
  
 
Komentar Terbanyak
Fadli Zon: Banten Sudah Maju dan Modern Sebelum Bangsa Eropa Datang
Kata Jokowi soal Whoosh Bikin Rugi: Itu Investasi
Whoosh Diterpa Dugaan Korupsi, KPK: Pengusutan Tidak Ganggu Operasional