Ilmuwan Cemas, Gunung Api Kuno di Iran 'Bangun' Lagi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ilmuwan Cemas, Gunung Api Kuno di Iran 'Bangun' Lagi

Syanti Mustika - detikTravel
Rabu, 05 Nov 2025 11:44 WIB
Gunung berapi Taftan di Iran tampaknya mulai terbangun setelah tertidur selama 700.000 tahun.
Gunung berapi Taftan (Foto: Mohammad Aaref Barahouei via Live Science)
Taftan -

Sebuah studi menunjukkan bahwa gunung berapi yang terletak di tenggara Iran, dekat perbatasan dengan Pakistan diprediksi akan meletus lagi setelah 700.000 tahun. Tanda-tandanya sudah terlihat.

Dilansir dari Independent, Rabu (5/11/2025) gunung berapi Taftan yang usianya telah ratusan ribu tahun dan diyakini telah mati dan punah, menunjukkan tanda-tanda aktivitas sejak beberapa waktu lalu. Studi baru yang diterbitkan oleh jurnal Geophysical Research Letters menemukan bahwa puncak gunung berapi tersebut telah naik 3,5 inci antara Juli 2023 dan Mei 2024 dan masih belum mengempis.

Para peneliti mengatakan hal ini menunjukkan bahwa sejumlah besar tekanan gas sedang terbentuk di bawah permukaan gunung berapi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Gumpalan yang dihasilkan ini harus dilepaskan entah bagaimana di masa mendatang, entah dengan kekuatan besar atau lebih pelan", ujar penulis senior studi dan ahli vulkanologi Pablo Gonzalez kepada Live Science.

ADVERTISEMENT

Gonzalez meyakinkan bahwa tidak ada risiko letusan yang akan segera terjadi, tetapi gunung berapi tersebut tetap harus dipantau secara ketat. Mereka tak bermaksud menimbulkan kepanikan di masyarakat.

"Ini adalah peringatan bagi pihak berwenang di wilayah Iran untuk menunjuk beberapa sumber daya guna menyelidiki hal ini," ujarnya.

Emisi gas telah diamati oleh penduduk setempat sejak awal tahun 2023, dan tercium bau yang dilaporkan hingga sejauh 48 kilometer dari puncak.

Gunung berapi setinggi 3.600 meter ini adalah gunung berapi terbesar di Iran tenggara. Karena lokasinya yang terpencil, sulit untuk memantau dan menyediakan citra yang akurat.

Namun mahasiswa doktoral Mohammadhossein Mohammadnia bekerja sama dengan Gonzalez untuk menggunakan citra satelit guna menentukan kenaikan dasar gunung. Sejauh ini disimpulkan penyebab lonjakan pertumbuhan gunung berapi kemungkinan merupakan konsekuensi dari perbedaan aliran hidrotermal di bawah gunung berapi, yang mengakibatkan penumpukan gas atau pergeseran magma di bawah kawah.

Para peneliti terus memantau gunung berapi tersebut bersama ahli lainnya dan penelitian masih berlangsung.




(sym/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads