Penyebab China Keluarkan Peringatan Perjalanan ke Jepang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Penyebab China Keluarkan Peringatan Perjalanan ke Jepang

Femi Diah - detikTravel
Senin, 17 Nov 2025 20:46 WIB
People take pictures with the cherry blossoms in full bloom at the Chidorigafuchi palace moat in Tokyo Wednesday, April 10, 2024. (AP Photo/Shuji Kajiyama)
Ilustrasi wisata Jepang (AP/Shuji Kajiyama)
Jakarta -

Hubungan Jepang-China kembali memanas hingga menyebabkan pariwisata negeri sakura terpengaruh. Bermula dari pernyataan Perdana Menteri Jepang soal kemungkinan aksi militer di Taiwan.

Situasi itu bahkan menyebabkan saham perusahaan pariwisata Jepang menurun. Di antaranya, Isetan Mitsukoshi anjlok 10,7%, operator Tokyo Disneyland Oriental Land juga turun 5,9%, dan Japan Airlines (JAL) turun 4,4%.

Kondisi tersebut adalah dampak turunnya jumlah kunjungan turis China ke Jepang secara drastis. China sebagai penyumbang wisatawan terbesar untuk Jepang pada Januari hingga November 2024 mendadak merilis travel warning buat warganya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ya, data Citi menunjukkan Jepang menjadi destinasi favorit ke-4 bagi pelancong China pada Januari-November 2024, dengan sekitar 7 juta wisatawan China datang ke Jepang sepanjang periode tersebut.

ADVERTISEMENT

Peringatan perjalanan oleh China tersebut muncul setelah komentar kontroversial PM Jepang, Sanae Takaichi dalam rapat parlemen 7 November 2025.

Saat itu, dia mengatakan bahwa penggunaan kekuatan militer China dalam konflik Taiwan bisa dianggap sebagai situasi mengancam kelangsungan hidup bagi Jepang. Pernyataan tersebut mengacu pada hukum keamanan Jepang 2015, yang mengatakan Jepang bisa saja menurunkan pasukan jika sekutu diserang.

China menilai pernyataan Takaichi sebagai campur tangan dalam urusan dalam negeri dan menuntut permintaan maaf. Sebab, China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayah mereka dan komentar Takaichi dianggap campur tangan dalam urusan dalam negeri China. Selain itu, pernyataan tersebut dianggap sebagai dukungan tak langsung pada kemungkinan intervensi militer.

China pun langsung mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke Jepang, dengan alasan meningkatnya risiko keselamatan. China juga memperingatkan pelajar China di Jepang agar lebih waspada, bahkan menyarankan calon mahasiswa untuk mempertimbangkan ulang rencana studi.

Tak hanya itu, maskapai besar China, China Southern, China Eastern, dan Air China, mulai memberikan refund untuk penerbangan menuju Jepang, sebuah sinyal jelas bahwa arus perjalanan diperkirakan akan menurun.

Kendati situasi memanas, Takaichi menolak menarik ucapannya. Dia berjanji akan lebih berhati-hati dalam membahas isu sensitif di parlemen.

Juru bicara pemerintah Jepang, Minoru Kihara, meminta China agar menahan diri dan mengambil langkah yang lebih proporsional. Dia mengatakan pejabat tinggi Jepang dan China dijadwalkan bertemu Selasa (18/11) untuk meredakan situasi.




(fem/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads