×
Ad

Travel Warning Kedua dari China ke Jepang, Kali Ini Tuding Negeri Sakura Tak Aman

bonauli - detikTravel
Jumat, 28 Nov 2025 10:08 WIB
Ilustrasi wisata Jepang (Shutterstock)
Tokyo -

Kedutaan Besar China di Jepang mengeluarkan peringatan perjalanan (travel warning) kedua pada Rabu (26/11/2025). Warga Chian di Jepang diminta ekstra hati-hati karena negeri sakura tidak aman.

Travel warning oleh China terhadap Jepang yang kedua itu diumumkan pada Rabu (26/11/2025). Dikutip dari Kyodo News, Jumat (28/11/2025), langkah itu dilakukan setelah laporan dari ekspatriat China yang mengaku mengalami pelecehan verbal, pemukulan, dan luka fisik tanpa alasan yang jelas.

Pada Rabu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mendesak Tokyo untuk memastikan keselamatan warga negara China di Jepang. Mereka mengatakan telah muncul banyak sekali retorika ekstrem dan mengancam terhadap China dapat ditemukan di internet.

Ia juga mengatakan bahwa Kedutaan Besar dan konsulat China baru-baru ini berulang kali dilecehkan, baik daring maupun luring, oleh provokator sayap kanan.

Kedubes juga melaporkan statistik kriminal dari Badan Kepolisian Nasional Jepang yang meningkat dari sekitar 568.000 pada 2021 menjadi sekitar 738.000 pada 2024.

Jepang menepis tudingan itu. Kementerian Luar Negeri Jepang mengungkapkan data kejahatan yang telah terjadi di sepanjang tahun. Faktanya, warga China justru yang lebih banyak berulah di Jepang.

Otoritas Jepang mengungkapkan telah terjadi tujuh pembunuhan dan 21 perampokan di Jepang yang melibatkan warga negara China antara Januari dan Oktober 2025. Tahun lalu, tercatat sebanyak 14 pembunuhan, 18 perampokan, dan tiga kasus pembakaran yang melibatkan warga negara China.

Shunsuke Tanabe, profesor sosiologi politik di Universitas Waseda, mengatakan retorika daring tidak serta merta memperburuk kondisi keamanan di Jepang. Dia mendesak para politisi Jepang untuk mengirim pesan yang tegas bahwa negara tersebut tidak menoleransi eksklusionisme.

Setelah dikeluarkannya travel warning kedua itu, beberapa pengguna media sosial China mengimbau rekan senegaranya untuk menghindari perjalanan ke Jepang agar tidak menimbulkan masalah bagi negara mereka.

Selain peringatan perjalanan, China pada 16 November mendesak warganya untuk mempertimbangkan kembali studi di Jepang dengan cermat. Desakan itu juga dengan alasan risiko keselamatan.

Seorang agen perjalanan Beijing, yang menawarkan layanan kepada warga China yang berencana belajar di luar negeri, mengatakan bahwa terdapat peningkatan jumlah pertanyaan dari orang-orang yang khawatir tentang studi di Jepang.

Perselisihan bilateral itu bermula dari pernyataan Takaichi di parlemen pada 7 November yang menyatakan bahwa serangan China terhadap Taiwan, pulau demokrasi berpemerintahan sendiri yang diklaim oleh Beijing, dapat memicu respons yang melibatkan pasukan pertahanan Jepang.

Sementara itu, peritel besar Jepang, Aeon Co., pada Kamis (27/11) membuka pusat perbelanjaan besar di Changsha, ibu kota Provinsi Hunan, China, dengan banyak pembeli lokal berbondong-bondong ke fasilitas tersebut meskipun ada ketegangan antara China dan Jepang.

Beberapa pengguna media sosial mengatakan mereka tidak akan pernah berbelanja di supermarket Jepang. Pada 2012, para pengunjuk rasa di Changsha menghancurkan gerai-gerai ritel Jepang dalam unjuk rasa anti-Jepang. Aksi ini dipicu oleh keputusan Tokyo membeli beberapa pulau sengketa di Laut Cina Timur dari pemilik swasta, sehingga pulau-pulau tersebut berada di bawah kendali negara.



Simak Video "Video: Mengapa Sektor Wisata Malaysia Jadi Nomor Satu di ASEAN?"

(bnl/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork