Tujuh pendaki Gunung Merapi ilegal berhasil ditangkap oleh warga dan petugas gabungan di jalur ilegal Dukuh Jelok, Boyolali.
Tujuh pendaki ini ditangkap warga dan petugas saat mereka sedang turun dari gunung Merapi. Mereka naik dan turun dari jalur ilegal di wilayah Desa Cluntang atau lereng timur gunung Merapi.
Video para pendaki ilegal itu pun viral di media sosial. Salah satunya diunggah oleh akun Instagram boyolaliku.id. Postingan itu diberi judul 'Pendaki Ilegal Gunung Merapi Ditangkap Warga!'
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam postingan itu disebutkan bahwa pendakian Gunung Merapi ditutup sejak Mei 2018 karena aktivitas vulkaniknya meningkat menjadi waspada atau level II. Kemudian dinaikkan lagi menjadi siaga atau level III pada November 2020.
Penutupan aktivitas pendakian Gunung Merapi juga terus diperpanjang karena statusnya yang masih aktif mengeluarkan awan panas. Namun masih saja ada pendaki yang nekat ke Gunung Merapi secara sembunyi-sembunyi lewat jalur yang tidak sah.
Dalam postingan itu juga dijelaskan kronologi penangkapan pendaki ilegal Gunung Merapi tersebut. Disebutkan, pelaku trip berinisial EZ melakukan pendakian di Gunung Merapi dan membuka open trip ke Gunung Merapi pada April 2025.
Lalu pelaku tersebut masuk ke dalam podcast yt dan menceritakan pendakian ilegal ke gunung merapi dan siap bertanggung jawab.
"Selepas kata bertanggung jawab pelaku (ez) melakukan pendakian trip ke gunung merapi dan membawa beberapa pendaki lain pada tanggal 7 Desember 2025. Malam saat pelaku naik warga melihat sorotan senter di gunung Merapi. Warga menunggu pendaki tersebut turun dan diserahkan ke pihak berwajib. Namun pelaku trip (ez) melarikan diri dan belum ditemukan posisinya," tulis postingan itu seperti dilihat, Selasa (9/12).
Dari 7 pendaki yang tertangkap basah naik ke Merapi secara ilegal itu, salah satunya perempuan. Mereka rata-rata berumur 17 tahun hingga 19 tahun. Mereka dari berbagai daerah berbeda.
Mereka naik dan turun dari Gunung Bibi atau lereng timur Gunung Merapi di Dukuh Jelok, Desa Cluntang, Musuk, Boyolali. Saat turun sampai bawah di dukuh Jelok, para pendaki sudah dihadang warga dan petugas dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi serta Polsek Musuk.
Kapolsek Musuk, AKP Danang Wibakso, membenarkan adanya pendaki ilegal tersebut. Untuk pemeriksaan lebih lanjut dilakukan pihak Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM).
"Iya betul. Penanganannya dilakukan pihak Balai Taman Nasional Gunung Merapi," kata Danang, Selasa (9/12).
Keberadaan para pendaki ilegal tersebut pertama kali diketahui warga yang hendak mencari rumput. Warga mendapati ada 5 sepeda motor yang diparkir di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi di atas Dukuh Jelok, Desa Cluntang.
Adanya 5 sepeda motor itu pun kemudian dilaporkan ke warga lainnya. Warga kemudian melaporkan ke pihak Balai Taman Nasional Gunung Merapi dan Polsek Musuk. Para petugas kemudian naik ke Jelok dan menunggui pemilik motor-motor tersebut.
"Para pendaki itu baru turun pada malam hari, Minggu (7/12) malam. Sampai bawah sekitar pukul 21.00 WIB," jelas Danang.
Setelah diinterogasi di Tikungan Cinta, Desa Cluntang, ketujuh pendaki itu dibawa ke Kantor Resor Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Musuk-Cepogo.
Sementara itu Kepala Seksi Wilayah II Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) Ari Nurwijayanto, juga membenarkan adanya pendaki ilegal tersebut.
"Iya, betul mereka naik dari Dukuh Jelok, Desa Cluntang, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali," kata Ari saat dikonfirmasi kepada detikJateng.
Disebutkan bahwa mereka berasal dari berbagai daerah, antara lain Medan, Cilegon, Salatiga, Semarang, Sragen, Grobogan. BTNGM saat ini masih mencari dua pendaki lain yang memandu dan mendapat bayaran dari 7 pendaki tersebut. Mereka tidak ikut turun bersama 7 pendaki itu.
"Dua orang dari Kudus, masih kita cari," tegas Ari.
------
Artikel ini telah naik di detikJateng, bisa dibaca selengkapnya di sini.
(wsw/wsw)












































Komentar Terbanyak
Bupati Aceh Selatan Umrah Saat Darurat Bencana-Tanpa Izin Gubernur & Mendagri
Turis Asing di Kertajati Turun, Dedi Mulyadi: Penerbangannya Kan Nggak Ada
Temuan Kemenhut Soal Kerusakan Hutan Sumatera, Bukan Cuma Faktor Cuaca