Menanti Awan Bergelung di Puncak Sinabung

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menanti Awan Bergelung di Puncak Sinabung

Fitraya Ramadhanny - detikTravel
Selasa, 01 Mei 2012 11:11 WIB
loading...
Fitraya Ramadhanny
Puncak Sinabung (Khairul/detikNews)
Danau Kawar, titik awal pendakian (Khairul/detikNews)
Area lapang di puncak Sinabung (Khairul/detikNews)
Batu cadas dengan kemiringan ekstrem (Khairul/detikNews)
Serasa negeri di atas awan (Khairul/detikNews)
Menanti Awan Bergelung di Puncak Sinabung
Menanti Awan Bergelung di Puncak Sinabung
Menanti Awan Bergelung di Puncak Sinabung
Menanti Awan Bergelung di Puncak Sinabung
Menanti Awan Bergelung di Puncak Sinabung
Jakarta - Gunung Sinabung di Sumatera Utara menjanjikan pemandangan yang spektakuler. Dari puncaknya, pendaki bisa menikmati pemandangan gugusan Bukit Barisan sampai hamparan awan yang bergelung seperti permadani.Hanya lutut yang nyeri ketika mendaki menuju puncaknya yang berada di ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut (mdpl), tertinggi di Sumut. Tapi keindahan Gunung Sinabung bisa membayar lunas pengorbanan itu.Gunung yang melingkupi 4 kecamatan di Kabupaten Karo ini memang pendakinya tidak seramai tetangganya, Gunung Sibayak. Jalur pendakian yang terjal agaknya menjadi salah satu penyebab sedikitnya pendaki terutama pelajar dan mahasiswa yang naik ke Sinabung. Kontur yang mirip batok kelapa, tidak menjanjikan banyak tempat datar untuk istirahat. Melulu tanjakan tajam yang panjangnya bisa sampai 100 meter, bahkan lebih.Ada 5 jalur pendakian, tetapi kebanyakan pendaki memulai dari Danau Kawar atau Lau Kawar di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Karo. Dari Kabanjahe ibukota Kabupaten Karo jaraknya sekitar 20 kilometer, sedangkan dari Medan jaraknya sekitar 98 kilometer.Pendaki biasanya memulai perjalanan malam hari. Nah, sementara menunggu malam datang, mereka memasang tenda di tepian Danau Kawar, danau air tawar yang luasnya sekitar 135 hektar. Ada warung-warung makanan yang buka sampai malam di sekitar danau, jadi tak harus menanak nasi di sini.Ada dua jenis kutipan yang dikenakan kepada pengunjung, yakni kutipan saat masuk ke Danau Kawar. Biayanya Rp 4.000, yang sayangnya tanpa asuransi. Ada karcis resmi berwarna biru yang diberikan kepada pengunjung. Pengutipnya petugas dari Dinas Pariwisata Kabupaten Karo.Β Penanda titik awal pendakian tidak terlalu jelas selain papan kecil bertuliskan "Gunung Sinabung 3 Kilometer". Selanjutnya kita ditantang dengan tanjakan-tanjakan yang menyiksa. Dua jam pertama akan sangat membosankan. Melewati hutan dengan pohon-pohon yang tinggi. Berjalan mengikuti jalur-jalur akar kayu, kadang merangkak di bawah tumbangan pohon atau memanjat akar kayu. Jika hujan baru turun, alamat jalan akan licin, dan membuat sepatu basah.Beberapa cabang jalur akan terlihat di sepanjang perjalanan, namun yang menjadi patokan adalah jalur yang naik ke atas dan terlihat jelas karena selalu dilewati. Ada tiga tempat beristirahat yang biasa disebut shelter. Tetapi shelter ini hanyalah tempat datar yang lebarnya kira-kira cukup untuk parkir satu mobil kijang. Tak ada tempat berteduh, tak ada bangunan apapun di sana, hanya tempat mengatur nafas yang tersengal.Setelah memasuki kawasan perbukitan pandan, jalur pendakian segera berubah. Batu-batu vulkanik kecil akan sering dijumpai. Saat musim penghujan, di sekitar bukit pandan ini juga akan ditemukan alur mata air. Jika persediaan air kurang, ada baiknya mengambil stok air minum di sini, karena lebih mudah mengambilnya. Ada juga alur air di atas, namun harus turun beberapa meter dari jalur pendakian dan relatif curam.Selepas itu, giliran jalur batu cadas. Di sini kehati-hatian harus ekstra karena sangat curam. Sekali pijakan meleset, atau pegangan terlepas, alamat tubuh akan meluncur ke bebatuan. Maka, ada baiknya beristirahat sejenak dan mengumpulkan tenaga lagi sebelum menjajal bebatuan ini. Beristirahat di awal tanjakan ini tak bisa juga berhenti terlalu lama. Udara dingin segera menyergap tulang. Daripada menggemeretukkan gigi, lebih baik mengayunkan langkah. Badan lebih hangat dan puncak segera tergapai.Siang hari, pemandangan dari cadas ini cukup indah. Ada hamparan Danau Kawar di bawah, yang diapit pegunungan Bukit Barisan. Pandangan yang jernih akan terlihat jika mendung tak datang, atau awan putih masih bertumpuk. Namun pada malam hari, hanya menyisakan kengerian. Di alur batu cadas ini juga aroma belerang akan tercium, Itu artinya puncak sudah demikian dekat. Hanya sekitar setengah jam berikutnya, puncak sudah tergapai.Kawasan puncak Sinabung itu ditandai dengan hamparan seluas lapangan bola kaki. Lapangannya gersang. Tanah berwarna coklat dan batuan lepas. Di ujung lapangan itu, kawah menganga. Lapangan ini mengecil ukurannya sejak Gunung Sinabung meletus pada Agustus 2010 lalu. Sebagian tanahnya luruh ke kawah membuat kawah semakin menganga. Saat ini sebagian tanah masih ada yang terlihat retak dan siap ambruk. Maka harus hati-hati jika berada di pinggiran kawah yang tidak berpagar itu.Kawah itu luasnya dua kali lapangan sepak bola. Di arah barat daya, akan terlihat batuan vulkanik yang menjulang seperti kumpulan tiang. Titik tertinggi batuan itu disebut Batu Segal. Di samping batu itu ada kepundan yang terus menyemburkan uap belerang. Asap putih itu bergabung dengan gulungan kabut yang sering kali membawa tetesan gerimis. Namun Batu Segal itu itu bukanlah puncak gunung. Batu pilar penanda puncak itu ada puncak bukit, yang harus didaki sekitar lima menit lagi.Khairul Ikhwan Damanik - detikNews
Hide Ads