Tablanusu, Wajah Cantik Desa Pantai di Pesisir Jayapura
Senin, 25 Jun 2012 10:00 WIB

Jakarta - Saat saya menyambangi Desa Tablanusu yang terletak di Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Papua, decak kagum itu tak pernah berhenti. Walaupun jauh di timur Indonesia, Tablanusu adalah desa pantai tercantik yang pernah saya datangi.Saya bertanya-tanya dalam hati, mau dibawa ke mana saya ini? Supir bus bernama Taufik itu menginjak pedal gas dalam-dalam di jalanan berkelok, naik-turun bukit dan lembah. Bersama rombongan wartawan lain pada Kamis (21/6/2012) lalu, kami menghabiskan dua jam perjalanan dari Kota Jayapura. Kami hanya dibekali satu kata yang melekat kuat di kepala: Tablanusu.Setelah melewati jalanan aspal, jalan berbatu, genangan air yang konon banyak ularnya, serta menunggu keluarga besar babi yang sedang menyeberang jalan, kami dihadapkan pada sebuah tanki minyak raksasa. Tak hanya satu, tapi tiga tanki minyak yang kami temui sepanjang perjalanan. Tanki apa itu, sudah berkarat begitu?Rasa penasaran pun menang. Kami turun dari bus, membelah semak-semak, dan menemukan papan usang di dalam kompleks tanki yang dipagar. Ya ampun, rupanya itu peninggalan Perang Dunia II! Sama sekali tidak terawat.Rupanya, Tablanusu adalah desa tempat koloni yang dipimpin oleh Jenderal Douglas McArthur pertama kali menginjakkan kaki di tanah Irian. Tanki-tanki raksasa itu adalah tempat penyimpanan bahan bakar untuk kapal dan tanki mereka. Nama sang Jenderal itu sendiri sangat tersohor seantero Papua.Bus melewati tanjakan ekstrim hingga kami tiba di sebuah puncak dengan pemandangan fantastis. Dari atas sini terlihat teluk besar yang dulu jadi tempat kapal-kapal raksasa bersandar. Lalu terlihatlah, bibir pantai Desa Tablanusu yang jadi tujuan utama kami hari itu.Bus parkir dekat gapura desa. Butuh jalan kaki 100 meter lagi sebelum kami mendarat di bibir pantai itu. Namun, alih-alih beranjak, saya malah terdiam di depan gapura. Kaki seakan tertancap di tanah. Pandangan mata tertuju pada wajah desa di balik gapura.Sungguh, itu adalah desa terindah yang pernah saya pijak. Rumah-rumah dari kayu berjejer di samping kiri dan kanan, berpagar kayu warna pastel dengan halaman penuh bunga. Sejauh mata memandang, tak ada sampah sama sekali. Tak ada kendaraan, apalagi hiruk-pikuk lalu lintas. Damai dan tenteram.Dari salah satu rumah, seorang anak perempuan menghambur ke luar. Rambutnya keriwil, dan kulitnya hitam khas Papua. Begitu sampai pagar, ia kaget melihat saya terpaku dengan pandangan menerawang. Saya tersenyum. Ia tertawa dengan sangat manis, lalu menghambur lagi di jalanan desa.Mengikuti langkah si adik kecil, saya mulai menjejaki Desa Tablanusu. Desa ini sangat mungil, hanya punya dua jalan yang terhubung oleh beberapa jalan kecil. Uniknya, seluruh desa tertutup oleh batu lonjong berpermukaan halus. Saya pun melepas sepatu, dan mencoba berefleksi kaki layaknya masyarakat di sini.Semakin kaki melangkah, saya pun semakin takjub. Apalagi saat menemukan anggrek langka Papua di tumbuh subur di salah satu halaman rumah. Anggrek ini berwarna putih, kelopaknya mungil, dengan sentuhan warna ungu muda di tengahnya. Sangat cantik.Suara debur ombak menyadarkan saya kalau pantai ada di depan mata. Namun, pantai yang cocok untuk bersantai masih beberapa puluh meter lagi ke depan. Di penghujung jalan ada Jembatan Kali Tablanusu yang langsung berhadapan dengan hilir sungai.Rupanya sungai itu sangat cantik dilihat dari jembatan ini. Berkelok, serta disinggahi beberapa perahu kayu. Seorang pria lalu menaiki salah satu perahu dan mulai mendayung mengolongi jembatan tersebut. Wah, serasa Venesia di ujung timur Indonesia!Area untuk bersantai itu rupanya sangat menawan. Pohon-pohon kelapa berderet tegak, memberikan rasa teduh dan rindang saat berjalan di bawahnya. Gazebo-gazebo kayu berjejer untuk pengunjung duduk-duduk sambil menikmati laut lepas.Sementara rombongan langsung menuju gazebo, saya memutuskan untuk berkeliling di bagian belakang desa. Jaraknya sama sekali tak jauh, sekitar 50 meter saja. Seketika saya terkejut melihat danau air payau di bagian belakang desa. Letaknya persis di lereng bukit, sehingga warna hijaunya tampak serasi dengan pepohonan rimbun di belakang sana. Gubuk mungil di tengah danau pun menjadi objek foto yang sangat indah.Bersantai di gazebo pinggir pantai dengan kelapa muda segar di tangan, di sebuah desa paling cantik yang pernah saya pijak, adalah sesuatu yang tak akan bisa tergantikan. Kunjungan kali itu diakhiri dengan berfoto bersama seorang mamak cantik, gerakannya lembut, namun terbiasa memanjat pohon kelapa. Ah, betapa wanita Papua sangat perkasa.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit