Beberapa waktu lalu, detikTravel bersama rombongan Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (ASITA) Jakarta berkunjung ke China. Ada beberapa kota yang dikunjungi, salah satunya adalah Shanghai.
Sebenarnya, Shanghai bukanlah tujuan perjalanan. Kami semua menuju Yinchuan di Provinsi Ningxia. Namun, untuk mencapai kota tersebut, saya bersama rombongan turun harus transit di Bandara Pudong, Shanghai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesan bersih terpancar jelas. Tak terlihat sampah berserakan, sekalipun di pinggiran jalan. Bahkan, sungai yang kami lewati tidak terlihat ada genangan sampah.
Sambil terus melempar pandangan ke luar jendela, rumah-rumah tampak berjejer rapi di sana. Namun, ketika sedang asyik menikmati pemandangan, bus yang saya tumpangi terhenti, diikuti mobil di belakang.
Menoleh ke depan, anteran panjang terlihat. Ah ternyata Shanghai juga mengalami macet. Khayalan ini pun terlempar ke Jakarta. Kota besar yang juga macet.
Semakin lama antrean semakin panjang. Sebagai orang yang tinggal di Jakarta dan sering berjumpa dengan macet, antrean panjang ini bukanlah hal baru.
"Wah Shanghai sama seperti Jakarta ya, bisa macet juga," teriak salah seorang teman di dalam bus yang diikuti anggukan yang lain.
Setelah mengantre panjang, ternyata sumber kemacetan adalah lampu merah. Mungkin karena volume mobil ketika itu banyak, sedangkan durasi lampu merah pendek mengakibatkan macet.
Terlepas dari itu semua, Shanghai merupakan kota yang bersih dan asyik untuk dikunjungi.
(shf/shf)












































Komentar Terbanyak
Fadli Zon: Banten Sudah Maju dan Modern Sebelum Bangsa Eropa Datang
Hotel di Surabaya Jadi Saksi Bisu Pesta Seks 34 Pria, Ini Faktanya
Strategi Baru Bandara Kertajati Melawan Sepinya Penerbangan