Rumah-rumah sederhana bahkan berdinding kayu, kesederhaan saat menjalani hidup sampai tradisi peninggalan nenek moyang, hal itu paling disukai traveler. Di sana pun Anda bebas menghirup udara segar tanpa polusi sekaligus bercengkrama dengan masyarakatnya yang polos dan ramah.
Dari Senin-Rabu (10-12 Maret) detikTravel melempar survei lewat social media Twitter dan mendapat jawaban lebih dari 50 desa unik favorit pembaca. Jawaban responden sangatlah beragam sehingga tidak ada yang muncul dominan.
Tapi dari jawaban tersebut ada 7 besar desa unik pilihan responden. Nah, dihimpun Kamis, (13/3/2014) inilah pilihan 7 besar desa unik favorit pembaca detikTravel:
|
1. Kampung Naga, Tasikmalaya (8 persen)
(Dewi/detikTravel)
|
Banyak hal-hal tak terduga saat traveler berkunjung ke desa unik yang berada di batas Garut dan Tasikmalaya. Walau masyarakatnya masih mengagungkan 3 tempat keramat di area kampung dan masih memegang teguh tradisi nenek moyang, mereka sudah mengenal modernitas yang cukup mengejutkan wisatawan. Desa ini tak kenal listrik, tapi aki jadi benda penting untuk menyalakan barang elektronik mereka. Selepas adzan Magrib suasana Kampung Naga berubah jadi gelap gulita.
1. Kampung Naga, Tasikmalaya (8 persen)
(Dewi/detikTravel)
|
Banyak hal-hal tak terduga saat traveler berkunjung ke desa unik yang berada di batas Garut dan Tasikmalaya. Walau masyarakatnya masih mengagungkan 3 tempat keramat di area kampung dan masih memegang teguh tradisi nenek moyang, mereka sudah mengenal modernitas yang cukup mengejutkan wisatawan. Desa ini tak kenal listrik, tapi aki jadi benda penting untuk menyalakan barang elektronik mereka. Selepas adzan Magrib suasana Kampung Naga berubah jadi gelap gulita.
2. Desa Adat Baduy, Banten (7 persen)
(Chandraand/d'Traveler)
|
Ternyata Desa Kenakes adalah nama lain sebutan Baduy, paling populer dan dibanjiri turis. Desa itu juga dihuni urang Kanekes atau orang-orang asli Baduy. untuk mencapai Sedangkan Desa Cibeo, traveler masih harus trekking lagi karena adanya di area Desa Kanekes. Penduduknya tak kalah ramah dan kreatif. Kedua desa tersebut juga tak kenal listrik lho.
2. Desa Adat Baduy, Banten (7 persen)
(Chandraand/d'Traveler)
|
Ternyata Desa Kenakes adalah nama lain sebutan Baduy, paling populer dan dibanjiri turis. Desa itu juga dihuni urang Kanekes atau orang-orang asli Baduy. untuk mencapai Sedangkan Desa Cibeo, traveler masih harus trekking lagi karena adanya di area Desa Kanekes. Penduduknya tak kalah ramah dan kreatif. Kedua desa tersebut juga tak kenal listrik lho.
3. Desa Sade, Lombok (7 persen)
(Afif/detikTravel)
|
Banyak keunikan yang traveler temui saat berkunjung ke desa ini, misalnya mereka mengepel rumah dengan kotoran kerbau lho. Desa Sade berada di Desa Rembitan, Lombok Tengah, NTT.
3. Desa Sade, Lombok (7 persen)
(Afif/detikTravel)
|
Banyak keunikan yang traveler temui saat berkunjung ke desa ini, misalnya mereka mengepel rumah dengan kotoran kerbau lho. Desa Sade berada di Desa Rembitan, Lombok Tengah, NTT.
4. Desa Trunyan, Bali (6 persen)
(Sastri/detikTravel)
|
Salah satu dari mereka jatuh hati kepada Dewi penunggu pohon, lalu mereka menikah dan membuat kerajaan kecil. Meski Sang Dewi menikah pohon itu masih wangi. Takut ada serangan dari luar karena wanginya itu, Raja menyuruh warganya menghapus wangi itu dengan menggeletakkan mayat di atas tanah. Aura mistis membawa suasana desa itu sekarang, banyak tengkorak bergeletakan dan kemenyan disebar di mana-mana.
4. Desa Trunyan, Bali (6 persen)
(Sastri/detikTravel)
|
Salah satu dari mereka jatuh hati kepada Dewi penunggu pohon, lalu mereka menikah dan membuat kerajaan kecil. Meski Sang Dewi menikah pohon itu masih wangi. Takut ada serangan dari luar karena wanginya itu, Raja menyuruh warganya menghapus wangi itu dengan menggeletakkan mayat di atas tanah. Aura mistis membawa suasana desa itu sekarang, banyak tengkorak bergeletakan dan kemenyan disebar di mana-mana.
5. Desa Wisata Dieng, Wonosobo (4 persen)
(Dewi/detikTravel)
|
Rata-rata warga asli Dieng punya profesi berladang di dataran tinggi menanam kentang dan wortel. Ada juga yang membuat perkebunan carica, yang jadi oleh-oleh panganan khas Dieng. Penduduk Dieng juga ramah, suka membagi hasil ladangnya dan suka menceritakan suasana kawasan Dieng yang amat dingin di berbagai musim.
5. Desa Wisata Dieng, Wonosobo (4 persen)
(Dewi/detikTravel)
|
Rata-rata warga asli Dieng punya profesi berladang di dataran tinggi menanam kentang dan wortel. Ada juga yang membuat perkebunan carica, yang jadi oleh-oleh panganan khas Dieng. Penduduk Dieng juga ramah, suka membagi hasil ladangnya dan suka menceritakan suasana kawasan Dieng yang amat dingin di berbagai musim.
6. Desa Panglipuran, Bali (3 persen)
(Sastri/detikTravel)
|
Bunga Kamboja turut menghiasi desa ini. Penduduknya juga memakai baju adat bali, menyematkan bunga kamboja di telinga untuk wanita dan memakai udeng untuk laki-laki. Area desa ini bersih dari kendaraan bermotor. Alunan musik gamelan Bali juga ikut meramaikan suasana desa, sehingga benar-benar rasa Bali.
6. Desa Panglipuran, Bali (3 persen)
(Sastri/detikTravel)
|
Bunga Kamboja turut menghiasi desa ini. Penduduknya juga memakai baju adat bali, menyematkan bunga kamboja di telinga untuk wanita dan memakai udeng untuk laki-laki. Area desa ini bersih dari kendaraan bermotor. Alunan musik gamelan Bali juga ikut meramaikan suasana desa, sehingga benar-benar rasa Bali.
7. Desa Wae Rebo, Flores (3 persen)
(Shafa/detikTravel)
|
Wae Rebo juga suka mengadakan ritual adat tahun baru khusus yang dinamakan Adat Penti. Senyum manis anak-anak Wae Rebo dan sambutan hangat penduduk membuat wisatawan betah berhari-hari di sana.
7. Desa Wae Rebo, Flores (3 persen)
(Shafa/detikTravel)
|
Wae Rebo juga suka mengadakan ritual adat tahun baru khusus yang dinamakan Adat Penti. Senyum manis anak-anak Wae Rebo dan sambutan hangat penduduk membuat wisatawan betah berhari-hari di sana.
Halaman 9 dari 16
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan