"Nah, ini yang tidak baik dan harus diubah. Palang-palang ini harusnya sudah diatur oleh ketua-ketua adat dan pemerintah agar tidak ada lagi," ujar Maximus Tipagau, ketua panita Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 dalam obrolan beberapa waktu lalu kepada detikTravel.
Bagi para pendaki yang sudah sering kali mendaki Puncak Carstensz dan lewat jalur perkampungan, bertemu dengan palang pasti tidak asing lagi. Di tengah jalan, tiba-tiba ada sekelompok orang yang akan meminta uang dengan harga yang tidak sedikit. Bisa Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta dan lokasinya tidak diduga-duga!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu banyak alasannya. Ada jalur yang kita lewati itu merupakan tanah adat atau ada yang jadi kebun-kebun masyarakat sehingga kita harus bayar. Palang-palang seperti ini sudah lama ada sejak banyak yang mendaki Carstensz," tutur Maximus.
Rombongan Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 juga dipalang kala sedang berjalan dari Sugapa ke Ugimba. Salah satu pendaki Ericks Rachmat mengeluhkan soal palang ini.
"Kayaknya cuma di Papua saja deh naik gunung dipalang. Di gunung-gunung lain di Indonesia tidak ada yang kayak begini," keluh pria yang sebelum mencapai Puncak Carstensz, sudah mendaki 6 puncak gunung tertinggi di Indonesia.
Usut punya usut, palang-palang tersebut menjadi salah satu faktor mengapa pendakian ke Puncak Carstensz sangat mahal. Ke depannya, pemerintah sepeti pemerintah provinsi dan Kementerian Pariwisata harus duduk bersama mengurus soal palang ini. Agar para pendaki, tidak lagi mengeluh untuk mendaki Puncak Carstensz.
"Mereka-mereka, palang-palang itu harus dibina. Makanya, sampai sekarang belum ada regulasi yang jelas soal pendakian ke Puncak carstensz, sehingga palang-palang itu masih ada saja," pungkas Maximus.
(rdy/arradf)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan