Ngabuburit Asyik di Monumen Tugu Padang Area, Sumbar
Rabu, 29 Jun 2016 15:50 WIB
Bayu Haryanto
Jakarta - Padang tidak hanya punya kuliner sedap, namun juga tempat asyik untuk ngabuburit. Sambil menunggu buka, traveler bisa ngabububurit ke Monumen Tugu Padang Area.Tak ada yang menyangka bila Kota Padang memiliki suatu monumen yang begitu penting dan memiliki nilai historis yang tinggi. Bila melewati bundaran di jalan Dr. Soetomo, Simpang Haru, Kota Padang akan melewati monumen yang sepintas mirip lidah api atau puncak emasnya Monas. Itulah Tugu Tali Tigo Sapilin atau Monumen Taman Tugu Padang Area dan lebih dikenal dengan nama Tugu Simpang Haru. Monumen ini juga menjadi salah satu identitas di Kota Padang yang selama ini dijadikan tempat nongkrong bagi kaula muda dan beberapa komunitas. Dulu monumen ini sangat diacuhkan oleh masyarakat akibat banyak tukang palak bila nongkrong di sini. Namun berbeda kini, sekitar bulan Mei 2016 Pemerintah Kota Padang telah melakukan pembenahan sehingga tempat ini menjadi lebih cantik dan nyaman. Bahkan landmark tulisan 'Taman Tugu Padang Area' dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk mengabadikan gambar. Nah, dari berbagi literatur dan cerita masyarakat, monumen ini melambangkan perjuangan para pahlawan negeri ini. Semangat juang tersebut terlihat dari bentuk lidah api yang membara. Selain itu terdapat relief yang menjelaskan suasana perjuangan masyarakat di zaman penjajahan Hindia Belanda yang menghiasinya. Monumen ini memiliki arsitektur yang unik dan menarik.Berbicara tahun pembuatan, monumen ini dibangun pada tahun 1991 dan selesai tahun 1992. Pada zaman penjajahan dulu, di sekitar monumen ini dijadikan sebagai tempat perbatasan, tempat peperangan, dan tempat penyimpanan senjata. Bahkan ada yang menceritakan lokasi monumen ini adalah tempat di mana para pelajar dan masyarakat di sekitar Simpang Haru ini menyerang tentara sekutu. Atas penyerangan pertama kali ini telah memicu penyerangan-penyerangan lainnya dan gejolak perjuangan di Kota Padang melawan sekutu Belanda yang masuk ke Kota Padang.Ada juga yang menuliskan, monumen ini didirikan sebagai wujud penghargaan terhadap kaum perempuan di mana adat Minangkabau yang berpolakan sistem matrilineal atau dengan garis keturuan ibu. Bentuk tiga lidah api ini melambangkan falsafah dalam adat Minangkabau, Tungku Tigo Sajarangan dan Tali Tigo Sapilin. Terdiri dari Bundo Kanduang atau Ninik Mamak, Alim Ulama dan cerdik pandai.Bila kesempatan mengunjungi monumen ini, diharapkan dapat menjaga kebersihan dan tidak melakukan aksi vandlisme yang sangat merugikan. Toh tempat sampah sudah tersedia. Jadi mari secara bersama-sama menjaganya.Setidaknya dari monumen ini kita telah belajar kembali adat dan budaya Minangkabau serta membangkitkan kembali semangat juang dalam melawan penjajahan di era secanggih ini.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!