IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

IKN Disorot Media Asing, Disebut Berpotensi Jadi Kota Hantu

Femi Diah - detikTravel
Jumat, 31 Okt 2025 05:31 WIB
Presiden Joko Widodo (kelima kanan) menyampaikan pidato didampingi Sekretaris Kabinet Pramono Agung (kelima kiri) Menko Polhukam Hadi Tjahjanto (keempat kanan), Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (keenam kanan), Mensesneg Pratikno (ketiga kanan), Wakil Menteri ATR/BPN Raja Juli Antoni (kedua kanan), Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (keempat kiri), Kurator Pembangunan IKN Ridwan Kamil (ketiga kiri), Perancang Istana Garuda IKN Nyoman Nuarta (kanan) saat peresmian Taman Kusuma Bangsa di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (12/8/2024). Taman Kusuma Bangsa dirancang sebagai tempat renungan suci dan penghormatan kepada para pahlawan bangsa. ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.
Taman Kusuma Bangsa di IKN (Fauzam/Antara)
Jakarta -

Ibu Kota Nusantara (IKN) disorot media asing. Difokuskan kepada istana megah di tengah hutan, namun diprediksi menjadi kota mati meski pun ada harapan dari warga.

"Ibu Kota baru Indonesia, Nusantara, sebuah proyek utopis, seolah muncul begitu saja di tengah kehampaan. Di dalam hutan lebat, sebuah jalan raya besar tiba-tiba muncul di antara pepohonan, mengarah ke sebuah istana yang di puncaknya terdapat burung garuda bersayap berkilau di bawah matahari khatulistiwa. Namun, di antara deretan gedung futuristik, jalan-jalan besar Nusantara tampak sepi, hanya ada beberapa tukang kebun dan segelintir turis dengan rasa ingin tahunya."

Itu adalah kalimat pembuka dalam The Guardian dalam artikel berjudul Indonesia's New Capital, Nusantara, in Danger of Becoming A 'Ghost City'. Artikel itu ditayangkan Selasa (29/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artikel tersebut dilengkapi dengan foto wisatawan sedang berpose dengan latar patung instalasi sayap yang terletak di plaza Taman Kusuma Bangsa, yang berada tepat di seberang kompleks Istana Garuda (kantor presiden) di kawasan inti pemerintahan IKN.

Artikel itu juga menyebut bahwa setelah tiga tahun diluncurkan oleh mantan Presiden Joko Widodo, kini IKN justru dibayangi kekhawatiran menjadi kota hantu. Saat itu, Jokowi menyebut pembangunan IKN untuk menggantikan Jakarta yang dilanda polusi berat, penduduknya terlalu padat, dan berpotensi tenggelam.

ADVERTISEMENT

"Di bawah Presiden Prabowo Subianto, yang menjabat sejak Oktober lalu, pendanaan negara untuk proyek ibu kota baru telah anjlok lebih dari setengah, dari 2 miliar pound sterling pada 2024 menjadi 700 juta pound sterling pada 2025. Tahun depan, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk IKN sebesar 300 juta pound sterling, sepertiga dari jumlah yang diminta. Investasi swasta juga turun lebih dari 1 miliar pound sterling dari target," pernyataan dalam artikel itu.

Dalam artikel itu juga disebutkan bahwa Prabowo, sebagai sosok yang belum pernah mengunjungi IKN setelah menjadi presiden, juga diam-diam menurunkan status Nusantara menjadi "ibu kota politik" pada Mei. Prabowo kemudian mengumumkan kepada publik pada September.

Merujuk artikel itu, saat ini sebanyak 2.000 ASN dan 8.000 pekerja konstruksi tinggal di IKN, jauh dari target 1,2 juta orang pada 2030. Blok apartemen, gedung kementerian, rumah sakit, jalan, sistem air, dan bandara telah dibangun.

Herdiansyah Hamzah, pakar hukum tata negara dari Universitas Mulawarman di Kalimantan Timur, mengatakan IKN sudah menjadi kota hantu dan penetapan ibu kota politik tidak memiliki makna dalam hukum Indonesia.

"Ibu kota baru bukan prioritas bagi Prabowo," katanya. Secara politis, ia tidak mau IKN mati, tetapi di saat bersamaan juga tidak ingin IKN hidup.

Meskipun ada penundaan dan penurunan, mereka yang terlibat dalam proyek IKN tetap optimistis.

"Presiden (Prabowo) mengatakan kepada saya, 'Ini komitmen saya untuk melanjutkan dan menyelesaikannya bahkan lebih cepat'," kata Basuki Hadimuljono, kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN).

Basuki juga memastikan bahwa laporan tentang perlambatan konstruksi dan kurangnya kemauan politik adalah tidak benar.

"Pendanaan ada, komitmen politik ada. Mengapa kita harus meragukannya? Pendanaan telah dialokasikan kembali, bukan dipotong," kata Basuki lagi masih dalam artikel tersebut.

Dalam artikel itu, The Guardian menemui pemilik toko dan pekerja bangunan di IKN. Mereka sama-sama mengatakan bahwa IKN mulai sepi, tidak seramai dulu.

Masyarakat Adat Balik

Bagi masyarakat adat Balik, yang tinggal di dekat Sungai Sepaku, kurang dari 20 km dari lokasi, pembangunan IKN berdampak cukup nyata. Arman, seorang petani dan nelayan lokal, mengatakan bahwa banjir semakin parah sejak instalasi pengolahan air dibangun di Sungai Sepaku.

Efek dominonya, hasil panen turun hingga setengahnya. Janji pemerintah bahwa instalasi baru itu akan menyediakan air bersih tidak pernah terwujud.

"Air itu hanya mengalir ke IKN," ujarnya.

Dia bilang bahwa puluhan keluarga di suku Balik tidak lagi bisa mengambil air langsung dari sungai karena tercemar dan keberadaan bendungan baru.

Meski begitu, komunitas Balik tetap berharap IKN berhasil dan terus hidup. Mereka berharap kota baru itu bisa membawa lebih banyak perhatian terhadap budaya Balik dan pariwisata di wilayah mereka.

"Kalau proyek ini berhenti, kami kehilangan segalanya, tetapi kalau terus berjalan tanpa melibatkan kami, kami juga kehilangan," kata dia.

Clariza, seorang pengunjung dari pulau tetangga Sulawesi, menyampaikan pujian untuk IKN.

"Rasanya seperti Singapura. Bersih, modern, seperti sesuatu yang mustahil di tengah hutan," kata dia.

Ia juga berharap Nusantara dapat membantu menggeser pusat kekayaan Indonesia dari Pulau Jawa, yang selama ini mendominasi politik dan kekuasaan negara.

"Bagi kami yang tinggal di wilayah timur, terasa lebih terpusat kalau ibu kota berada di sini," ujarnya.

"Tapi juga terasa aneh dan sepi. Belum ada siapa-siapa di sini," dia menambahkan.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kebakaran Hunian Pekerja IKN, Asap Hitam Membubung"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads