Ini Dia Tradisi Nyongkolan, Pernikahan Suku Sasak di Lombok

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Dia Tradisi Nyongkolan, Pernikahan Suku Sasak di Lombok

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 16 Sep 2016 09:20 WIB
Iringan rombongan pengantin dalam tradisi Nyongkolan (Masaul/detikTravel)
Mataram - Nyongkolan adalah tradisi pernikahan Suku Sasak di Lombok. Dalam Bulan Budaya Lombok Sumbawa 2016, wisatawan bisa melihat tradisi dalam versi yang asli.

Museum Nusa Tenggara Barat ikut meramaikan Bulan Budaya Lombok Sumbawa 2016. Simulasi prosesi Nyongkolan sebagai penanda pernikahan digelar bagi masyarakat yang ingin mengetahui ritual ini secara benar dan sesuai nilai-nilai budaya Suku Sasak.

"Inilah museum. Ke depan kita akan lebih baik lagi. Museum akan menjadi sarana komunikasi yang efektif budaya masa lalu kepada masyarakat," kata Kadisbudpar NTB Lalu M Faozal di Jalan Panji Tilar Negara, Kota Mataram, Kamis (15/9/2016) sore.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait Nyongkolan kita miris. Kita melihat Nyongkolan hanya membuat macet walaupun masih ada ada pakem-pakem budaya. Tapi ada pula yang keluar dari budaya," imbuh dia.

Gadis pembawa seserahan (Masaul/detikTravel)Gadis pembawa seserahan (Masaul/detikTravel)


Pada kesempatan kali ini, pihak Museum NTB ingin menunjukkan bagaimana prosesi Nyongkolan yang sebenarnya. Walaupun tidak sama persis, kata Kepala Museum BQ Maya rahmayati, paling tidak telah mengikuti pakem-pakem yang ada di dalam Nyongkolan itu sendiri.

"Acara ini untuk membenahi nyongkolan. Karena ini adalah peristiwa budaya untuk Rapah (mencairkan segala suasana) bagi kedua belah pihak yang besanan. Jadi kita akan menghindari penggunaan pakaian yang tidak tepat. Karena berangkat dari nilai-nilai Islami," ucap Maya.

Para pemain Gendang Beleq (Masaul/detikTravel)Para pemain Gendang Beleq (Masaul/detikTravel)


Simulasi Nyongkolan ini digelar di depan Museum NTB. Suasana macet pun tak terelakkan karena prosesi ini dilaksanakan di badan jalan. Terlihat para pemeran dari memakai pakaian khas Sasak.

Seperti itulah Nyongkolan yang sebenarnya yang diiringi musik dari Gendang Beleq saat berjalan. Selain itu para peserta pawai ini juga tidak mengenakan alas kaki. Sejumlah seserahan seperti buah-buahan dan daun sirih melengkapi simulasi pawai Nyongkolan ini.

Selama ini, tradisi Nyongkolan di masyarakat Lombok sudah terjadi banyak penyimpangan. Musik Gendang Beleq diganti dengan Kecimol (dangdut koplo). Para pesertanya pun tidak luput dari minuman beralkohol yang sering menyebabkan perkelahian fatal.
Warga berfoto-foto (Masaul/detikTravel)Warga berfoto-foto (Masaul/detikTravel)
(wsw/fay)

Hide Ads