"Manfaatkan seoptimal mungkin acara menuju pariwisata berbasis digital ini, yang punya usaha tour & travel, hotel, suvenir, transportasi wisata, dan atraksi lain silakan belajar dan ikuti program ini dengan baik. Kita harus jemput future customers yang 70% menggunakan online system," ujar Reza Pahlevi, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh saa membuka acara sosialisasi Aceh Go Digital be The Best.
Dalam kesempatan ini, Reza juga mengungkapkan bahwa Kemenpar telah menetapkan Aceh sebagai salah satu destinasi wisata halal dunia. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk menyasar pasar internasional. Kegiatan Go Digital dapat menjadi fokus untuk pariwisata Aceh memperkuat pemasaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Mantan Dirut Lintas Arta ini juga menjelaskan bahwa di era digital, industri juga harus bisa bersaing mengikuti kemauan zaman. Online travel atau biasa disebut OTA semakin merambah sektor manapun, baik di bidang transportasi maupun di bidang pariwisata. "Karena itulah Kemenpar membangun digital market place yang akan men-support industri untuk bersaing di level global," ucap Samsriyono.
Oleh karena itu, hadir ITX Indonesia Travel Xchange menjadi pasar online atau lapak digital dalam bentuk platform yang mempertemukan supply dan demand. Dengan platform ini, pengguna juga dapat bertransaksi secara langsung, dari searching, booking sampai payment. Claudia Ingkiriwang, Ketua Probis ITX, Sigma mengungkapkan bahwa ITX itu bukan OTA, bukan pelaku bisnis pariwisata, bukan penjual tiket ataupun pembuat paket wisata. "Kami ini murni IT, bergerak di teknologi, jadi netral," kata Claudi mengawali presentasinya di sesi kedua.
"ITX ini hanya platform untuk mempertautkan customers atau traveler yang hendak berwisata ke Indonesia. Mereka begitu masuk ke ITX.co.id bisa memilih apa saja menu yang dicari, dari accomodations, attractions dan access atau industri transportasi. Mereka bisa langsung bertransaksi sampai kr pembayaran via online dan uangnya tidak mampir ke ITX, tetapi langsung ke para pelaku industri wisata," paparnya.
Claudia juga menjelaskan keuntungan dalam menggunakan jasa ITX. Pertama, para pebisnis pariwisata akan memperoleh template website yang bisa dijadikan landing pages untuk bisnis wisatanya. Kedua, mereka akan mendapatkan booking system dan payment machine secara gratis. Jika dibuat sendiri dengan konsultan website, akan menghabiskan biaya sekitar Rp300 juta sampai Rp400 juta. "Kalau sudah bisa register, memasukkan konten, maka tinggal diaktivasi dan menunggu konfirmasi dari Kemenkominfo," tambahnya.
Ketiga, platform ini tersedia untuk semua ekosistem bisnis pariwisata. Mulai dari hotel, suvenir, tiket theme park, sampai urusan kopi gayo, tenun aceh, dan segala rupa yang berbasis pariwisata. Hal ini tentunya tidak dapat ditemukan di Agoda.com yang hanya bermain di hotel dan airlines. "Jadi kreativitas para sellers ini juga menentukan sukses tidaknya ITX dan para distributor bisa belanja sendiri dalam membuat paket di ITX ini," jelas Claudia.
Keempat, secara periodic ITX juga akan me-review members. Jika ada di posisi terendah akan diberikan business advisory, semacam memberikan masukan agar bisa bersaing dengan suatu sistem. Kelima, melalui ITX ini para supplier dan distributor tidak hanya bertemu dengan user atau traveler langsung. Bisa juga bertemu dengan distributor lain, seperti Agoda.com, Xpedia.com, Traveloka, musafir.com, Ctrip.com, yang namanya juga populer di dunia OTA.
Keenam, ketika ada acara besar, semua industri dalam ekosistem pariwisata bisa ikut berjualan bersama. "Misalnya saat Borobudur Run, industri perhotelan, resort, rent car, theme park, restoran, suvenir,kculiner, semua bisa membuat program diskon bersama sama, dan di-posting bersama pula," ungkap Claudi.
Selain itu komunitas media sosial bisa menjadi amplifier, suporter, sekaligus guidence bagi sesamanya di dunia maya. "Mereka bisa memerankan diri dalam pre-event, on event maupun post event. Testimoni mereka di media sosial akan menjadi referensi positif bagi para traveller," tambah Don Kardono, Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Media.
Contohnya Aceh, yang paling atraktif di Twitter, Facebook dan Instagram. Komunitas media sosial Aceh bisa membangun rasa penasaran orang untuk datang dan berwisata di Serambi Mekkah itu. "Mereka adalah endorser media sosial yang punya pengikut loyal. Dengan mudah, melalui digital activations, mereka akan membuat trending topic," jelas Don Kardono. Menteri Pariwisata Arief Yahya Lintas mengatakan bahwa industri ini sering disebut sharing economy atau Presiden Joko Widodo mengatakannya ekonomi gotong royong. (adv/adv)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang