Site Museum Taman Purbakala Cipari terletak di Kelurahan Cipari, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Ketinggian dari permukaan laut 661 meter, berada di kaki Gunung Ciremai dan jaraknya dari Ibu Kota Kuningan sekitar 4 km.
Luas Site Museum Taman Purbakala Cipari adalah 7.000 meter persegi dan terdiri dari taman luas yang dikelilingi oleh tembok batu setinggi 2 meter. Luas tamannya sendiri adalah 2.500 meter persegi. Sisanya dijadikan tempat parkir, halaman lainnya, gedung yang memuat diorama-diorama proses penemuan kapak batu pertama, sakrofafus, hingga yang paling akhir sebuah guci yang ditemukan tahun 2008.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya penemuan-penemuan ini dilaporkan ke lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta. Dari laporan tersebut lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional mengadakan penelitian dan penggalian lanjutan pada tahun 1972 dengan tujuan penyelamatan, 1975 dilakukan penggalian total, 1976 pembangunan Site Museum Taman Purbakala Cipari dan akhirnya pada tanggal 23 Februari 1978 diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Syarif Thayeb.
Kami tiba di Site Museum Taman Purbakala Cipari pukul 10. Terpana melihat 2 menhir berdiri tegak di kanan-kiri pintu masuk. Membelok ke arah kiri, mengikuti setapak buatan, kami menemukan 1 lagi menhir berukuran raksasa yang letaknya sangat artistik. Bangunan ruang pamer diorama-diorama penemuan benda purbakala sekaligus kantor penerima tamu terletak di samping menhir raksasa ini. Di dalam bangunan selain diletakkan diorama berdasarkan urutan kejadian, juga terdapat foto-foto penggalian dan peresmian Site Museum Taman Purbakala Cipari. Di depan bangunan terdapat taman yang isinya selain menhir juga dolmen, altar batu (punden berundak) dan sakrofagus.
Ketika kami berada di tempat ini rasanya seperti terlontar kembail ke masa sekolah dulu, membaca buku sejarah, menatap gambar-gambar benda purbakala dengan takjub. Di bagian tepi kami melihat sebuah peti mati dari batu dan terlihat kokoh. Kami bingung teknologi apa yang mereka gunakan untuk menyayat batu sekokoh itu menjadi lempengan tipis untuk dijadikan peti mati. Ternyata nenek moyang kita memang sudah canggih sejak dulu!
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Tak Lagi Jadi Menkeu, Sri Mulyani Sibuk Liburan ke Yogya
Kisah Pengkhianat Mataram, Makamnya Diinjak-injak Orang Setiap Hari
Desa Cantik Tempat El Rumi Melamar Syifa Hadju