Β
"Nenek itu telinganya agak panjang," bisik pemandu saya saat di Sungulo Apalin. Saya tidak berani memotretnya karena ada peraturan tidak boleh memotret sembarangan di sini. Jadi saya hanya melihatnya dari jauh dan bertanya-tanya di dalam hati mengapa tidak ada anting-antingnya.
Β
"Nanti di hari ke-10 kita akan melihat yang bertelinga panjang ya. Sabar." hibur Bang Hoten, motoris longboat kami yang juga merupakan orang Dayak Punan. Dan benar saja di hari ke-10 ia membawa kami ke kampungnya di Nanga Bungan, hulu timur Kapuas. Ia mempertemukan kami dengan neneknya dan menunjukkan telinganya yang panjang. Namun, sekali lagi saya kecewa karena saya tidak melihat anting-anting bergelantungan di sana.
"Zaman sekarang anak muda sudah tidak mau lagi memakai anting-anting. Malu katanya. Nenek pun ikut-ikutan mencopot anting-antingnya," jelas Bang Hoten lagi. Sayang sekali jika sekarang tak ada yang mau bertelinga panjang. Padahal zaman dulu semakin panjang telinga berarti semakin berat anting-antingnya, dan semakin berdarah birulah ia. Lambat laun ciri khas ini bisa hilang dari suku Dayak. Lalu muncul pernyataan bahwa telinga orang Dayak tidak panjang lagi.
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara