Tertulis di Monumen dan Makam Sam Ratulangi di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Terhenyak rasanya saat mengetahui terjemahan kalimat itu. Saya jadi bertanya pada diri sendiri, "Sudah bisa disebut manusiakah saya?". Untuk menjawab pertanyaan itu yang pertama harus dilakukan adalah memahaminya terlebih dahulu.
Kalimat, filosofi atau semboyan di atas dicetuskan oleh Sam Ratulangi. Pahlawan Nasional Indonesia. Lahir di Tondano, Sulawesi Utara. Semasa hidupnya aktif dan dikenal sebagai politikus, jurnalis, dan pengajar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kembali ke semboyan tadi. Agak berat bagi saya untuk menginterpresentasikannya. Jika merunut pada latar belakang dan sejarah empunya semboyan, mungkin bisa diartikan secara sempit bergiat dalam bidang pendidikan dan politik.
Tapi tentu saja tidak (hanya) demikian. Jika ya, berarti cuma pengajar dan politisi yang bisa disebut 'manusia'. Masing-masing dari kita punya peran dalam hidup sebagai makhluk sosial. Setiap individu harus tahu perannya dan menjadikan dirinya berguna bagi individu lain. Seperti itulah pemahaman saya terhadap "Si tou timou tumou tou".
Peran saya saat ini adalah sebagai penebar rasa cinta Indonesia. Kecil mungkin, tapi setidaknya sesuatu. Semoga apa yang saya dan rekan-rekan Petualang ACI lakukan berguna bagi banyak manusia.
Bagaimana menurut Anda?
Jelajah, Cerita, Cinta.
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum