Acehku, Indonesiaku

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Acehku, Indonesiaku

- detikTravel
Senin, 07 Feb 2011 12:20 WIB
Nanggroe Aceh Darussalam - Alhamdulillah pertengahan bulan Juli 2010 saya mendapat kesempatan untuk menginjakkan kaki di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Meski hanya beberapa hari menghirup udara Serambi Mekah, tapi ini pengalaman terindah yang pernah saya alami: bisa menikmati hari libur di Aceh.

Penerbangan menuju Aceh cukup menjenuhkan bagi Saya. Tapi rasa jenuh itu terbayar sudah ketika menyadari pertama kalinya saya menjejakkan kaki di bumi Serambi Mekah. Melihat banyak orang yang tidak dikenal, mendengar bahasa yang sangat asing bagi telinga saya, dan dengan ramahnya pun mereka menawarkan jasa untuk mengantar ke penginapan. Yaaaa ini bukan mimpi. Saya sudah berada di Aceh, teman.

Sabtu, 17 Juli 2010 Selesai sarapan, saya langsung menuju lobby menunggu teman baru *rekomendasi dari kantor* yang akan menemani saya hari ini. Saya berharap seharian ini dapat mengunjungi banyak tempat wisata. Waktu sudah menunjukkan jam 9, berarti 1 jam sudah waktu saya terbuang sia-sia. Tidak ada kabar dari teman saya. Dihubungi pun HP tidak aktif. Aaarggh kesal setengah hati masa iya harus sendirian keliling Aceh, kebiasaan manyun pun kambuh. Sambil memberi tenggang waktu untuk teman saya tersebut, iseng-iseng saya ke bagian receptionist. Ya siap-siap mbak receptionist-nya saya bawelin, no bukan itu maksudnya :D Saya ingin tau tempat wisata apa saja yang dapat saya kunjungi. Mbak yang cantik itu memberikan brosur yang berisikan tempat wisata, kuliner, peta, seni dan budaya Aceh lengkap dengan penjelasannya. Brosur sudah di tangan, dan saya pun terpikirkan untuk berwisata sendiri tanpa ditemani teman baru saya itu *ngambek ceritanya*. Yeaaay brosur ini akan sangat berguna. Sekilas info, brosur itu masih saya simpan looooh. Ga penting yah?? Heheehe.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Museum Tsunami, tempat wisata pertama yang akan saya kunjungi. Menggunakan labi-labi (angkot) akhirnya saya sampai juga di Museum Tsunami. Dengan bangga dalam hati pun saya berkata tanpa ditemani saya bisa sampai kok ke salah satu tempat wisata. Hehehe sebenarnya ucapan itu untuk menyenangkan hati yang lagi kesal. Sesampainya di museum, ternyata teman baru saya itu sms mengabarkan kalau dia akan menemani saya hari ini. Senang sekaliiii ingin jingkrak-jingkrak rasanya. Ketauan deh ternyata saya masih membutuhkannya :D. Jam 11 pun dia datang. Kami belum kenal sebelumnya, tapi dia terlihat sangat ramah. Senyumnya meluluhkan hati saya *padahal niatnya mau jutekin dia*. Perkenalan berjalan dengan singkat. Dikarenakan umur saya lebih muda 1 tahun, saya pun memanggilnya Abang *dia menolak di panggil mas*. Museum Tsunami itu sendiri belum rampung, sehingga tidak banyak yang dapat saya nikmati dari tempat wisata ini. Hanya melihat ruangan dimana di dalamnya terdapat lukisan-lukisan yang menggambarkan kejadian Tsunami tahun 2004. Sebenarnya ada video kejadian Tsunami yang dapat ditonton oleh pengunjung, tetapi baru sebentar saya berdiri dan menontonnya air mata tiba-tiba menetes. Saya batalkan keinginan untuk menonton video itu sampai selesai.

Monumen Kapal PLTD Apung, kapal ini terdampat 4 km dari pesisir pantai. Sesampainya di Desa Punge Blang Cut, Abang memarkirkan mobil, kemudian mengajak saya untuk naik ke atas kapal. Air mata hampir menetes membayangkan dahsyatnya kejadian Tsunami tahun 2004. Subhanallah kapal yang besar dan berat ini yang sebelumnya berada di pesisir pantai, dalam sekejap pindah ke daratan tepatnya di tengah-tengah rumah penduduk. Ya Rabb sungguh besar kuasaMu. Saya terlihat mini sekali ketika berfoto di samping kapal.

Pantai Lampuuk, pantai berpasir putih dan di sepanjang pantai terdapat pohon cemara. Pantai ini menjadi tujuan kami berikutnya. Demi memenuhi hasrat lapar, kami pun memesan nasi ikan bakar + es kelapa muda. Wohooo suasana pantai yang indah nian dan hembusan angin pun terasa segar,. Abang menggodaku nyesal lah ga berenang disini. Huaaa mau sekali berenang tapi baju ganti tak ada, mana ini tengah hari. Mau bikin gosong kulit :(. Tidak lupa saya mengabadikan foto pantai dan saat kami menikmati ikan bakar di pinggir pantai. Jujur saya menyesal tidak berenang di pantai ini.

Masjid Raya Baiturrahman, disekitar masjid terdapat pohon palem dan di depan masjid ini terdapat kolam ikan. Adzan ashar berkumandang. Kami memutuskan untuk salat di masjid ini. Terbayang lagi di pikiranku kejadian Tsunami tahun 2004. Subhanallah, masjid ini tetap kokoh dan tidak hancur saat gempa dan Tsunami menghantam kota ini. Selesai salat saya menyempatkan untuk mengambil foto masjid ini dan tidak ketinggalan saya pun ikut berpose di depan masjid. Puas menikmati nuansa islami yang begitu terasa disini, kami pun beranjak ke toko dekat masjid untuk membeli oleh-oleh. Hampir khilaf saya dibuatnya ketika kami memasuki satu toko. Disini ada berbagai macam oleh-oleh khas Aceh untuk dibawa ke Jakarta. Motif pintu Aceh yang terdapat di kain, tas dan sarung akhirnya berhasil menggoda uang di dompetku. Waktu menunjukkan jam 5 sore. Menyadari jiwa laki-laki tidak sama dengan jiwa perempuan saat berbelanja, akhirnya saya mengajak Abang untuk mencari camilan sore. Tepat seperti yang saya duga, Abang pasti lapar. Berhubung saya tidak tahu dimana kuliner yang enak, saya pasrahkan nasib camilan yang bakal dimakan sore ini ke Abang. Tidak sampai 10 menit kami tiba di sebuah tempat, disini menjual banyak gorengan. Abang mempromosikan makan pisang goreng + minum bandrek mantab kali. Baiklah saya pun memesan bandrek hangat + gorengan. Disini saya dikerjain Abang. Dia bilang makan pisang enaknya dicocol dengan sambal yang disajikan di meja. Dengan polosnya saya pun meniru hal itu. You know what?? Abang tertawa terpingkal-pingkal. Aaaakh ingin saya cubit dia. Hmmm tapi enak juga lho pisang dicocol sambal. Waktu begitu cepat berlalu, adzan magrib pun berkumandang.

Masjid Teuku Umar, masjid ini memiliki kubah berbentuk topi tradisional Aceh. Abang mengajakku untuk salat magrib disini. Sayang sekali saya tidak sempat mengabadikan tempat ini. Setelah salat kami pun membeli oleh-oleh lagi. Tidak terasa hari semakin malam. Kami pun merasa lapar *lagi??* dan akhirnya makan ditempat terdekat yaitu Rex. Saya tau Abang lelah dan ngantuk sekali, tapi dia tetap tersenyum dan berusaha untuk tidak menunjukkan kalau dia lelah. Sambil menunggu makanan datang, Abang bertanya kepada saya pernah kah terbayang sebelumnya bakal main sampai ke Aceh?. Saya dengan semangatnya menjawab justru ini salah satu keinginan saya bang, ya saya ingin mengetahui seperti apa kehidupan di Aceh. Abang mengeluarkan senyum mautnya lalu bertanya kembali komentarmu setelah mengetahui kehidupan di Aceh?. Saya pun menjawab I love Aceh bang. Kami pun tersenyum bersama. Seiring habisnya makanan di piring, kam i beranjak pulang. Abang pun mengantarkan saya ke penginapan.

Minggu, 18 Juli 2010 Saya dan teman saya dari Jakarta berencana untuk menyebrang ke pulau Sabang dengan tujuan ke tempat nol kilometer dan pulau rubiah. Kali ini tanpa Abang dan bermodalkan sok tau yang luar biasa kami nekat berangkat kesana. Masing-masing membawa tas yang berisi pakaian ganti dan bekal makanan. Jam 9.30 kami berangkat menuju Pelabuhan Ulele. Sampai pelabuhan ternyata kami ketinggalan kapal cepat. Kami tetap memutuskan untuk menyebrang menggunakan kapal lambat. Sepanjang perjalanan kami tidur hehhehe. Setibanya di Pulau Sabang, kami bingung karena orang-orang langsung mendekat dan menawarkan jasanya. Saya tidak mengerti apa yang mereka bilang ke saya. Dalam hati saya berteriak saya butuh abaaaaang. Kami benar-benar buta jalan, kali ini tanpa peta. Kami telpon lah Abang. Dengan puasnya Abang menertawakan kami. Sumpah jelek kali lah ketawanya itu *ampun bang*. Setelah puas tertawa, mungkin karena iba dengan kami, Abang menyarankan untuk singga h ke pantai terdekat saja dan tidak berlama-lama disana. Huuuuh sempet bete tapi wajarlah Abang tertawa akan kebodohan ini. Akhirnya kami diantar sama sopir angkot ke Pantai Sumur Tiga. Pantai disini bersih-bersih dan pasirnya putih sekali. Sayang kami tidak sempat berenang disini, dikarenakan jam 4 sore kami harus kembali ke pelabuhan untuk nyebrang kembali ke Aceh. Kapal penumpang hanya beroperasi 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Kami cukup senang bisa menikmati pantai dan berfoto disini. Setidaknya Nol kilometer nampak dari kejauhan.

Acehku, disini saya merasa nyaman dengan nuansa islami yang terasa begitu kental, orang-orang yang begitu ramah dan pesona pantai yang sungguh indah.

Acehku Indonesiaku, terima kasih untuk kenangan weekend terindah yang telah kau berikan kepada saya. Disini saya mendapatkan teman baru yang saya anggap seperti Abang sendiri, semoga silaturahmi kami akan tetap terjalin. :)

(vrt/vrt)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads