Sekitar abis subuh, aku menerima sms dari nila untuk pergi menuju kota tua, maksudnya jadi atau enggak jalan-jalannya. Lalu beberapa jam kemudian secara mendadak nila sms lagi, 'berangkat sekarang ya', segera saja aku buru-buru mandi dan ganti baju. Sesampainya di sana ternyata aku yang paling telat, teman-temanku mengoceh dan meledekku karena dulu aku pernah ngambek pada mereka saat mereka tidak datang on time.
Ketika di bus transjakarta, tiba-tiba willa dan nila meledek lagi, kali ini tentang 'yongki palsu' alias mas-mas petugas busway yang sok kegantengan dan kebetulan mirip idolaku 'Yongki Aribowo'. Mas-mas itu sok akrab padaku sambil mencukur dagunya yang sudah tak berjenggot lagi (kurang kerjaan kali). Eh ternyata si leli nggak tahu tentang itu, jadilah di sepanjang perjalanan mereka membahas yongki palsu sampai orang-orang yang di dalam bus transjakarta ketawa-ketawa mendengarkan kami.
Sesampainya di sana, kami masuk lewat pintu belakang kota tua, di sepanjang jalanan tersebut willa, nila dan leli selalu melirik souvenir-souvenir dan aksesoris. Dikarenakan otak nila yang mendadak bocah dia ngerengek minta ditawarkan harga boneka shaun on the sheep (dia nggak bisa nawar soalnya). Sudah selesai, eh si willa ngajak beli earphone, terus leli ngelirik makanan, akhirnya aku menarik mereka "Sebenarnya kita mau ke kotu atau belanja sih?"
"Dua-duanya" jawab leli.
"Sudah ah, ntar aja makannya lel,"
"Emang kalau gue pingsan gara-gara kelaparan, lo mau ngangkat?" jawab leli polos.
"Kan ada willa,"
"Iya ntar gue gelindingin sampai rumah lo, lo kan gentong, lel,"
"Parah..."
Itulah sedikit pertengkaran kami karena memiliki sifat yang berbeda tapi setelah itu kami tertawa dan melanjutkan ke museum.
Baru sampai di teras museum, kami melihat sepasang kekasih tanpa malu-malu berfoto-foto sambil berpelukan, tiba-tiba nila ngelirik ke arahku dan willa, "Yah ada yang patah hati nih,"
Kami heran, kemudian menyadari kalau leli abis patah hati karena seseorang, "Ciee leli, patah hati,"
"Eh adegan di bawah umur, leli nggak boleh lihat," ledekku kemudian. meskipun sebenarnya yang paling muda diantara kami adalah willa tapi leli paling polos.
"Iya dah tau yang tua," mereka tertawa lagi, di atas kekesalanku.
Ada-ada saja ulah dan kata-kata lucu yang keluar dari mulut mereka, si willa juga nggak ketinggalan, di tengah keramaian museum dia sudah bertanya-tanya berapa harga tiket masuk museum, pas aku tanya petugasnya, katanya 4000 untuk 4 orang maka aku bilang sama willa, 4000 sendiri, willa udah melotot. tapi petugasnya dengar terus dia ngeledek aku korupsi, nila sama leli juga ikut-ikutan mojokkin aku, jadi batal deh ngerjain willa. Puft...
Di dalam museum, seperti biasa, kami melihat-lihat sisa-sisa perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah, melihat gambar-gambar yang menempel di dinding, melihat patung-patung juga... mencari background yang asik buat di pajang menjadi PP facebook! (ciee narsis ceritanya)
Dan seperti biasa yang pegang kamera digitalku adalah nila. dia suka sekali foto-foto sudut ruangan, benda-benda, pemandangan di dalam, sampai kebanyakan dari foto kami-pun merupakan hasil jepretannya (calon fotografer nih ye..). sampai akhirnya ia cemberut karena ia jarang mengabadikan dirinya bersama kami. akhirnya kami bergantian walaupun hasilnya suka nggak memuaskan untuk nila, nila agak perfeksionis kalau berhubungan dengan hal yang disukainya, kami juga sering mengganggu orang hanya untuk memotret kami berempat, hehehe...
Di sana kami bercanda-canda, menganggap sebuah kamar yang ada ranjang dan kursi-kursi rapuh itu milikku karena aku dijuluki puteri kraton. Lalu kami mengunjungi penjara bawah tanah, kata nila sih itu penjara laki-laki, kayak terowongan dengan keadaan becek dan lembab. dulu waktu SD temannya pernah masuk dan katanya mereka melihat 'bocah botak' berlarian alias tuyul tapi itu katanya...
Lalu melewati penjara perempuan di bagian luar museum, lagi-lagi nila ngoceh sambil mengeluarkan jiwa sastranya, "Inilah tempat gelap yang membelenggu para pejuang yang rela mati demi bangsanya, di sinilah mereka merasakan penderitaan, dan di sini pula mereka berharap, bila kemederdekaan telah berkumandang, nama mereka terkenang sebagai pahlawan atau setidaknya kita mendatangi mereka di sini, untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa mereka."
Tapi willa malah menanggapinya dengan bercanda, "Ya sudah lo tinggal di sini aja, nemenin mereka."
"Ogah.. ntar malem-malem ada yang nyolek-nyolek gue gimana?"
"Pengen banget dicolek??" ledekku akhirnya.
Suasana kembali bersemangat dan ceria. kami berfoto-foto lagi lalu melepas lelah di sebuah cafe yang sepertinya sudah di tutup (di belakang museum, di samping penjara perempuan)
Di sana kami sempat membicarakan salah satu teman sekolah kami yang mengalami masalah dengan pacarnya, kami memang tidak satu kelas, willa kelas 12 IPS, aku 12 IPA A, hanya nila dan leli yang satu kelas di kelas 12 IPA D. Kami mencoba berbagi kisah dan informasi mengenai teman kami (sebut saja D), kami saling berkonsultasi dan mencoba menolongnya, tapi berhubung si willa nggak terlalu kenal dengan pacarnya D akhirnya kami membahas tentang SM*SH. kata willa ada kuis, kalau menang bisa main film bareng sm*sh di salah satu stasiun tv. Kami antusias menanggapinya terutama willa dan nila, sedangkan leli hanya mangut-mangut, antara setuju nggak setuju, ia hanya ikut-ikut bicara.
Waktu sudah hampir pukul tiga, akhirnya kami memutuskan pergi keluar untuk memenuhi hasrat dan keinginan leli. NAIK SEPEDA ONTEL.
Itu anak kelihatan bahagia banget, dengan bayar 20ribu untuk satu sepeda berbonceng dua (pake nawar dulu sih...). awalnya aku nggak mau soalnya trauma naik sepeda, tapi mereka memaksa dengan memberi alasan ini-itu, "Kalau trauma harus melawannya biar nggak trauma selamanya," kata leli dengan gayanya yang polos. akhirnya aku naik juga, tapi dibondengin oleh nila sedangkan leli sama willa. Kami keliling-keliling area kota tua sambil bercanda-canda.
Tiba-tiba ada cowok bule yang umurnya sekitar 30-40an, dia naik sepeda memboncengi wanita bule (mungkin isterinya), dia tersenyum pada kami, lalu dengan semangatnya, "Come on, come on, come on," teriak bule itu melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Serentak kami berhenti dan tertawa, "Semangat amat tuh bule,"
"Baru pertama kali naik sepeda mungkin," jawab nila sambil melanjutkan bersepeda, lalu disusul leli dan willa.
hm, senang sih bisa bersepeda bersama mereka tapi agak sebal, soalnya nila naik sepedanya 'ugal-ugalan' belok-belok, kadang pelan kadang ngebut, kadang hampir nyerempet tukang es yang jualan di sana, kadang berhenti mendadak, dia juga suka ngelepas tangan kirinya sampai aku teriak-teriak, parahnya ia malah ngeledekkin aku dengan bersepeda tanpa berpegangan sama sekali alias melepas kedua tangannya (bikin jantungan) tapi syukurlah kita nggak sampai jatuh, cuma bikin willa dan leli sedikit kesel juga karena nila sering bercanda mau nabrak mereka. Tapi kami tetap senang dan kompak kok.
Satu jam kemudian, acara sepedaan kami selesai, kami harus pulang sebelum malam menjelang. Sebelumnya kami mampir dulu membeli makanan dan minuman, baru kembali mencari shalter busway.
Di sana kami semua kelelahan tapi apa daya, bus transjakarta itu selalu penuh dan kami terpaksa berdiri. Kalau ada tempat kosong kami suka menyuruh salah satu diantara kami untuk duduk duluan (melihat kondisi siapa yang paling capek), akhirnya aku, willa dan nila dapat bangku di bagian belakang dengan selingan orang lain di sebelah kami, sedangkan leli kebagian tempat duduk di tengah (nggak apa-apa yang penting duduk), kami hanya bisa diam karena lelah. Aku melihat-lihat pemandangan, sedangkan nila tadi kuperhatikan memainkan ponsel, willa juga (BBM-an mungkin) terus leli? tiba-tiba kami saling pandang. Kami terkekeh pelan sambil berbisik penuh rahasia. Bisa-bisanya leli tertidur di tengah keramaian bus ini. Tanpa menunggu aba-aba nila langsung mengambil camera digitalku yang masih di simpan di dalam tasnya.
"Yang bagus, nil" sahutku.
jprett... dan leli akhirnya menyadari. ia hanya menatap kami yang tertawa-tawa dengan tampang polosnya.:)
“leli, leli,” gumamku sembari tertawa. Aku bahagia memiliki sahabat seperti mereka. walaupun persahabatan kami baru terbentuk setahun, kami merasa sangat nyaman dan ceria jika bersama. Walau sifat dan perbedaan kami terlihat jelas, kami selalu bisa memaklumi satu sama lain. Seperti nama-nya sendiri Printemps Nous diambil dari bahasa perancis yang artinya ‘musim semi kita’. Walau kami berbeda sifat, kami akan berusaha agar hubungan kami damai dan indah seperti musim semi itu sendiri.
Akhirnya, bus transjakarta berhenti di shalter BNN, lalu aku-pun turun setelah ber-say good by dengan mereka. Dan mereka akan tiba di pemberhentian terakhir nanti, di mall PGC, setelah itu mereka berpisah lagi untuk pulang ke rumah masing-masing.
Hm, besok-besok jalan kemana lagi ya??
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Didemo Pelaku Wisata, Gubernur Dedi: Jelas Sudah Study Tour Itu Piknik
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit