Tanpa ragu kami ikuti arahnya, memasuki sebuah gang di kampung yang membuat kami sempat bertanya-tanya, apakah petunjuk arah itu menyesatkan atau tidak. Melewati jalan naik turun dan kebun serta hutan, tibalah kami di pos yang dijaga pecalang, kami pun membayar 2 ribu rupiah, serta menanyakan apakah benar ada virgin beach, yang dijawab dengan anggukan sang pecalang. Perjalanan masih berlanjut menuruni jalan tanah terjal dan agak merepotkan bagi motor matic saya si bluey.
Dan ketika rute berakhir: taraaaa........terkesima saya dengan munculnya sebuah pemandangan pantai berpasir putih dengan para wisman yang sedang sibuk berjemur dan bermain dengan ombak, bagaikan sebuah dunia mungil yang tersembul indah di balik rimbunnya hutan di perbukitan. Warna lautnya biru turquois, terkadang begitu mengasyikkan bagi yang suka bermain ombak atau (lagi-lagi) snorkeling.
White sand beach sering disebut virgin beach, atau Pantai Perasi, terdapat beberapa cafe yang menyediakan makanan dan minuman serta menyewakan sunbed untuk berbaring. Harganya benar-benar murah! Namun jangan berharap ada resort atau homestay disini. Pilihan untuk menginap terdekat hanya di Candidasa atau Amed. Rasa pegal karena mengendarai matic hilang sesaat setelah kami lemparkan ransel di atas sunbed.
Ohya, kalau anda mencoba bertanya arah, jangan terlalu berharap penduduk setempat tahu rutenya, karena biasanya yang menemukan surga tersembunyi hanyalah para traveler yang suka mengeksplor tempat-tempat baru di Bali.
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia