Jumat, 23 september 2011 pukul 18.00 wib di fakultas kehutanan UGM persiapan terakhir menjelang pendakian Semeru. Perjalanan yang menurut rencana akan berlangsung 5 hari sampai tanggal 27 september ini sedikit keteteran, jumlah peserta yang semula 10 orang berkurang hanya menjadi 5 orang saja yaitu aku, anjar, woki, fajar dan yugo. Pukul 19.30 kita berangkat menuju Surabaya menggunakan bus Sumber Kencono dan tiba di terminal Surabaya menjelang subuh. Setelah shalat subuh di masjid dekat terminal, kita melanjutkan perjalanan menggunakan bus menuju kota malang yang memakan waktu sekitar 2 jam dan lanjut lagi menuju pasar tumpang menggunakan angkot. Sesampainya di pasar tumpang kita bertemu pendaki lain dari bogor yang sudah memesan jeep untuk menuju ranu pane. Maka jadilah kita berdelapan orang melaju menggunakan jeep hijau menuju ranu pane.
Ranu pane, desa terakhir sebelum menjajal ganasnya track semeru berada di ketinggian 1.800 mdpl. Desa ini cukup kecil dan dingin, disini juga terdapat danau yang besarnya sekitar 1 ha yang sering disebut ranu pane. Mengisi daftar pendakian dan mengisi perut dengan 2 mangkuk bakso malang, itulah yang kita lakukan setelah sampai di pos pemberangkatan. Setelah itu packing dan tepat pukul 11.30 kita mulai berjalan menyusuri jalan setapak. Aklimatisasi medan, inilah yang harus kita lakukan setiap pendakian, udara yang dingin, jalan menanjak dan beban yang berat membuat pernafasan sulit diatur dan terengah-engah. Sekitar 1,5 jam perjalanan kita lalui dengan banyak beristirahat sebelum pada akhirnya sampai di pos 1, lanjut pos 2 dan pos 3 dengan track yang naik turun melewati perbukitan. Dan pada pukul 16.30 kita sampai pada pos 4 yaitu ranu kumbolo. Disini sudah terdapat belasan tenda dome para pendaki lain.
Ranu kumbolo (2.400 mdpl) adalah tempat peristirahatan kita dihari pertama, kondisi disini cukup luas dengan pemandangan danau yang jernih dengan ikan-ikannya dan mata dimanjakan oleh padang edelweis yang sangat indah. Pada awalnya kita memutuskan akan melaju terus sampai kalimati pada hari pertama, namun melihat kondisi rekan-rekan yang cukup lelah dan tidak memungkinkan akhirnya kita memutuskan untuk bermalam disini. Mendirikan 2 buah tenda dan masak untuk makan malam, sekitar pukul 19.00 kondisi mendadak menjadi sangat dingin. Ini dikarenakan lokasi perkemahan berada di pinggir danau yang uap airnya banyak dan hembusan angin cukup membuat hawa dingin menusuk hingga ke tulang. Gak ada kerjaan lain selain istirahat tidur mempersiapkan fisik untuk perjalan besok pagi. Pagi hari, mentari tak pernah bosannya menyinari bumi dan memberikan kehangatan setelah semalam berselimutkan hawa dingin. Makan, packing dan siap-siap melanjutkan perjalanan ke kalimati. Dalam perjalanan menuju kalimati kita melewati tanjakan yang sering disebut βtanjakan cintaβ, dimana bila kita melewati tanjakan tersebut tanpa istirahat dan tanpa menoleh kebelakan sambil memikirkan seseorang yang kita cintai, konon katanya orang tersebut akan menjadi kekasih kita. Setelah melewati tanjakan cinta, sampailah kita di oro-oro ombo. Padang savana yang sangat luas dan ditumbuhi bunga-bunga edelweiss, namun sayangnya pada musim kemarau ini bunga-bunga edelweiss tidak banyak yang mekar. Setelah itu kita melewati hutan pinus dan sampailah di padang rumput jambangan, di lokasi ini puncak mahameru terlihat begitu jelas dengan kepulan asapnya yang menjulang tinggi.
Tepat pukul 11.30 sampailah kita di kalimati (2.700 mdpl). Kondisi di kalimati berupa hamparan padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan edelweiss seluas sekitar 20 ha. Lokasi ini merupakan pemberhentian terakhir sebelum melakukan pendakian menuju puncak mahameru. Di sini kita bertemu rekan-rekan pendaki daro Palembang, makasar dan malang. Mereka juga akan melakukan pendakian mulai pukul 23.00 malam nanti. Karena memang diperkirakan dari kalimati menuju puncak mahameru memerlukan waktu sekitar 6-7 jam perjalanan. Siang hingga sore kita habiskan dengan bercanda dan ngobrol tentang semeru dan saling bertukar pengalaman. Dan pada pukul 22.00 waktunya kita masak dan makan untuk persiapan ujian pendakian semeru yang sebenarnya.
Tepat pukul 23.00 perjalanan kita mulai dengan 15 personil kita melangkah pasti menuju puncak abadi para dewa. Track yang dilalui hanya ada tanjakan yang berdebu dengan kemiringan sekitar 45-55 derajat dengan suhu dibawah 20 derajat celcius. 1,5 jam perjalan sampailah kita di Arcapada diketinggian sekitar 2.900 mdpl. Disinilah batas terakhir vegetasi, dan setelah itu kita disajikan hamparan pasir dan debu dengan kemiringan 60-80 derajat menuju puncak. Dari batas terakhir vegetasi hingga puncak kita membutuhkan waktu sekitar 4 jam merayap dipinggir jurang yang sangat curam. Tidak ada pikiran lain selain kita harus memikirkan puncak, inilah ujian sesungguhnya dari semeru. kegigihan, kesabaran, semangat dan keyakinan pada diri sendiri harus tetap menjadi pedoman dalam mendaki puncak ini. Tidak lain tidak bukan, karena medannya yang curam dan berpasir membuat kita pada saat melangkah 5 langkah akan merosot 3 langkah dan itu dilakukan selama kurang lebih 4 jam.
Namun, rasa lelah, rasa capek terbayar lunas pada saat kita menjejakkan kaki di tanah tertinggi di pulau jawa, Mahameru (3.676 mdpl). Pemandangan yang sangat menakjubkan dengan beberapa kali semburan asap beracun dari kawah jonggring seloka yang dilontarkan setiap 15-30 menit sekali itu membuat puncak mahameru merupakan puncak yang mempunyai keunikan dan tantangan tersendiri. Dan disinilah terdapat in memoriam Soe-Hok-Gie dan Idham Lubis yang merupakan korban pertama di gunung semeru pada tanggal 16 desember 1969.
3 jam kita berada ditanah tertinggi di pulau jawa, sebelum pada akhirnya pada pukul 08.00 kita menuruni puncak. Di puncak kita hanya diperbolehkan hingga pukul 10.00 pagi karena setelah pukul 10.00 arah angin akan berubah dan dapat membawa asap beracun tersebut kearah kita. Menuruni puncak mahameru kita hanya memerlukan waktu 30 menit saja dengan seperti berselancar di pasir. Bayangkan saja, mendaki memerlukan waktu 4-5 jam, namun saat turun kita hanya membutuhkan waktu 30 menit? Sangar.
Sesampainya di kalimati kita bergegas masak dan makan kemudian packing dan bersiap ke ranu kumbolo untuk pulang. Sesampainya di ranu kumbolo kita di sajikan fenomena alam, yaitu kebakaran hutan yang cukup besar. Di musim-musim kemarau seperti ini, semeru memang sangat sering terjadi kebakaran hutan. Namun kebakaran tersebut tidak menutup jalur untuk pulang.
Pukul 21.30 kita sampai kembali di ranu pane dengan keadaan sehat namun sangat letih dan kecapekan. Disana kita sudah ditunggu jeep yang akan mengantarkan kita ke terminal arjosari, malang. Setelah beristirahat sebentar lalu kita packing untuk melanjutkan perjalanan pulang ke jogja.
5 hari yang cukup mengesankan, berhasil menaklukkan diriku sendiri dalam mendaki puncak abadi para dewa, Mahameru dan bisa melihat sisi lain keadaan manusia yang berada disana. Bangsa yang besar tidak akan kehilangan seorang pemimpin jika pemuda-pemudanya sering bertualang ke hutan, gunung dan lautan. Pepatah itu cukup menggetarkan hati saya bahwa masih banyak hari-hari esok untuk melakukan petualangan yang hebat dan dapat mengasah diri pribadi menjadi jiwa yang tangguh dan tahan banting. Bersama alam, jiwa ini aku pertaruhkan. Dan bersama rakyat-rakyat pedesaan, hati ini aku satukan. 86,,
(gst/gst)
Komentar Terbanyak
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen
Suhu Bromo Kian Menggigit di Puncak Kemarau