Thailand dan Kebudayaannya yang Bikin Jatuh Cinta
Jumat, 15 Mei 2020 11:01 WIB
Intan MN
Jakarta - Thailand atau yang lebih dikenal sebagai negara Gajah Putih memang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan inilah yang bisa membuat traveler jatuh cinta.Thailand dengan mayoritas rakyat beragama Budha dimana tak sulit menemukan biksu dengan seragam oranye di tempat-tempat umum. Pada awalnya penulis hanya bisa bermimpi mengunjungi negara dengan ikon gajah putihnya ini, berkhayal akan mencicipi asamnya tom yun asli Thailand, atau lezatnya mango sticky rice yang dijajakan di pinggir jalan.November 2019, pagi itu penulis sudah duduk manis di pesawat dengan penerbangan terpagi menuju negara bermata uang baht dengan berbagai keuniikannya tersebut.Β "Senang deh bisa ke Thailand juga. Selama ini aku hanya bisa nonton dari drama-dramanya dan jadi jatuh cinta karena mereka punya berbagai festival yang seru dan indah akan makna," racau penulis pada teman seperjalanannya selama di atas langit.Tanpa tahu apa yang menanti di depan, dalam taksi yang mengantar penulis ke hotel di daerah Bangkok, supir lokal yang hanya bisa sedikit berbahasa inggris menanggapi pertanyaan-pertanyaan penulis dibantu oleh aplikasi voice Google Translate.Berawal dari perbincangan mengenai jarak ke hotel, kemacetan di kota Bangkok yang tak kalah dengan Jakarta, hingga informasi darinya yang mengatakan bahwa sedang ada rangkaian festival Loi Krathong di Thailand dan puncaknya akan terjadi pada Senin malam, sehari setalah penulis tiba di negeri ini. Loi Krathong, satu kata yang selalu diingat penulis hingga pulang ke Tanah Air karena pengejaannya yang sulit. Kata rakyat Thailand, festival yang didakan satu tahun sekali di saat bulan penuh ini merupakan bentuk rasa terimakasih mereka pada sungai karena telah memberi air yang mengaliri banyak manfaat untuk kehidupan.Tak hanya penduduk lokal, beberapa turis pun turut serta memeriahkan dengan menyalakan lilin pada keranjang yang dibelinya dari warlok untuk dihanyutkan bersamaan ribuan keranjang lainnya.Berbagai jenis bentuk dan isi keranjangΒ mulai dari bunga hingga roti yang sengaja dibuat untuk kemudian menjadi santapan ikan di laut, membawa doa serta harapan pemiliknya. Keindahan makna dan tradisi tersebut. Tak jarang dijadikan kesempatan muda-mudi Thailand membawa pasangannya untuk merayakan bersama. Setelah selesai dengan penelitian dan singgah sebentar melihat keindahan Wat Arun, pagoda putih yang dikenal sebagai candi Fajar. Malam itu, ditemani megahnya pancaran sinar emas dari kilat lampu yang memancari Pagoda pada malam hari, penulis menjadi saksi penyelenggaraan festival Loi Krathong di Komplek Wat Arun.Berbeda dengan kebanyakan perayaan Loi Krathong di tempat lain, di Wat Arun yang terletak di tepi sungai ikonik Chao Phraya, pelayaran keranjang yang mirip dengan sajen dari Bali tersebut dilakukan menggunakan bala bantuan pengungkit yang sengaja dibuat untuk mempermudah membawa keranjang turun ke aliran sungai yang malam itu nampaknya sedikit berombak."Iya, malam ini karena cuaca yang berangin jadi berbahaya apabila pelayaran keranjangΒ dilakukan dari dermaga langsung, jadi pakai perantara alat. Tapi kalau di titik lainnya seperti taman dimana terdapat kolam aliran air, para penduduk maupun turis bisa langsung melayarkan keranjangnya dengan lilin yang bertahan lama untuk menyala," ujar mantan biksu yang malam itu menemani penulis berkeliling festival setelah diwawancara. Tak hanya Wat Arun yang meriah merayakan bak pasar malam di Indonesia, rupanya festival Loi Krathong ramai diselenggarakan di seluruh penjuru negeri Thailand. Bahkan di beberapa kota seperti Chiangmai, keranjang yang dilayarkan ke air diiringi dengan penerbangan lampion ke langit negeri seribu pagoda ini.Beberapa titik di Bangkok seperti Asiatique, pusat wisata kuliner malam, menyuguhkan suasana berbeda dengan tambahan kemegahan warna warni kembang api.Malam itu, membelah kota Bangkok yang macet setelah berkeliling festival sembari menikmati street foodΒ bersama lalulalang warga Thai yang bersuka ria berkumpul bersama pasangan, keluarga, maupun koleganya untuk menghantarkan keranjang yang telah dibuat dengan penuh harap ke ibu sungai, membuat penulis disadarkan kembali akan indahnya sebuah tradisi.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan