Perjalanan ke Negeri di Atas Awan, Wae Rebo
Rabu, 01 Jan 2020 16:32 WIB

Lina Marlina
Jakarta - Sering dikatakan negeri di atas awan, Wae Rebo memiliki rumah berbentuk kerucut sebanyak 7 buah. Suasananya masih sangat asri dan tradisionalSetiap orang pasti punya keinginan ke mana akan berlibur. Saya ingin sekali ke Nusa Tenggara Timur tepatnya desa Wae Rebo. Bersama beberapa kawan, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan ini. Persiapkan kami lakuka mulai membeli tiket pesawat, penginapan untuk menginap di Labuan Bajo.Akhirnya saya booking tiket pesawat bersama dengan beberapa kawan melalui aplikasi tiket.com, sehingga memudahkan untuk pesan tiket pesawat dan hotel di Labuan Bajo. Pada aplikasi tiket.com terdapat 6 pilihan yang tersedia mulai dari pemesanan pesawat, hotel, kereta api, sewa mobil, atraksi dan event, serta beberapa pilihan promo yang ditawarkan oleh tiket.com.Saya memesan pilihan pesawat, lalu klik dari mana, saya dari Jakarta melalui Bandara Soetta menuju ke Bandara Komodo. Kebetulan saat itu sedang ada promo, jadi pengeluaran lebih hemat.Saya lanjutkan memesan hotel di Labuan Bajo dengan aplikasi tiket.com juga. Tidak sampai satu jam sudah selesai pemesanan dengan menerima konfirmasi dari email rincian kode booking untuk ditunjukkan ke pihak hotel dan ditukar dengan tiket asli untuk pesawat, cepat sekali bukan? Untung punya aplikasi tiket.com mau pergi kemanapun #adatiketnya.Saya ingin sekali ke Desa Wae Rebo, karena desa ini bagaikan sebuah surga yang berada di atas awan. Terletak pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, tepatnya berada di barat daya Kota Ruteng Kabupaten Manggarai, Flores Nusa Tenggara Timur.Sebuah perjalanan yang saya impikan tidak semulus dan sekeren melihat di foto. Saat saya menapakkan kaki di daerah Timur Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur, saya terharu, senang, gembira bercampur baur. Tidak apa-apa jika dibilang norak, kampungan, udik dan lain-lain, Sudah lama saya ingin sekali ke tempat ini.Saat akan melakukan perjalanan menuju ke negeri di atas awan ini tenyata akses yang akan saya lalui tertutup. Rupanya sehari yang lalu di daerah Timur diguyur hujan yang tiada henti, sehingga terjadi bencana longsor.Tour Leader memberi tahu bahwa saya akan melanjutkan perjalanan dari pelabuhan Labuan bajo ke Desa Denge yaitu desa yang dekat dengan Wae Rebo menggunakan mobil elf dengan waktu perjalanan sekitar 1 jam. Lalu, dilanjutkan berjalan kaki sekitar 3 sampai dengan 4 jam dengan membawa tas keril atau ransel menelusuri daerah longsor yang becek.Melihat tanah yang terbelah, di situ saya melihat betapa Allah Maha Kuasa dengan hanya menjentikkan jarinya terjadilah seperti ini. Namun pointnnya bukan itu, melainkan rasa syukur yang tak terhingga diizinkan melihat bencana ini.Setelah berjalan kaki, saya melanjutkan perjalanan naik tuk-tuk, kendaraan semacam truk. Selama 5 jam ,ΓΒ ΓΒ sekitar jam 15.00, kami sampai di Desa Denge dalam keadaan gerimis. Setelah memisahkan barang yang mau dibawa ke desa Wae Rebo, saya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan ojek dengan biaya Rp 50.000.Kalau tidak menggunakan ojek motor, traveler juga bisa berjalan dari desa Denge sampai ke titik menuju desa Wae rebo. Saya melanjutkan perjalanan dengan tracking sejauh 7 km, menanjak dalam keadaan hujan yang semakin lama deras tapi perjalanan harus terus dilanjutkan agar tidak terlalu malam saat sampai di Desa Wae Rebo.Alhamdulillah, kami sampai di Desa Wae Rebo tepat pukul 18.00 disambut oleh kepala desa dan diberikan wejangan apa yang tidak boleh dilakukan dan boleh dilakukan selama berada di sana.Setelah itu, saya bersih-bersih dimana saat saya bersih-bersih terdapat pacet yang menempel di kaki, jadi sobat harus hati-hati ya kalau pergi ke desa waerebo dalam kondisi hujan. Setelah mandi dan ganti baju (agar tidak terkena hipotermia), saya disuguhkan makan malam oleh keluarga di desa Wae Rebo tempat dimana kita istirahat.Malamnya, saya disuguhkan pemandangan yang indah di luar Desa Wae Rebo. Untuk pertama kalinya saya melihat milky way. Subhanallah, tidak peduli dingin, saya ingin mengabadikan moment tersebut.Keesokan harinya, saya di suguhkan keasrian alam desa dengan pemandangan gunung-gunung berpadu dengan 7 rumah adat berbentuk kerucut sehingga memberi kesan tersendiri bagi setiap pengunjung. Bermain bersama anak-anak Wae Rebo, melihat seorang ibu tengah menenun.Sungguh nikmat yang luar biasa saya bisa mengalami dan melihat semua ini nyata tidak melalui cerita orang atau tulisan orang. Setelah sarapan pagi maka saya pamit untuk kembali melakukan perjalanan turun untuk ke Desa Denge.Memang perjalanan yang dilalui sulit dan penuh kesabaran, namun sensasi dan keindahan yang didapatkan sebanding. Untuk melihat keindahan Desa Waerebo negeri diatas awan Terima kasih tiket.com selalu memudahkan melakukan liburan dengan berbagai macam promo yang diberikan. Semua itu berkat @tiket.com mau pergi kemanapun #adatiketnya.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan