Berkunjung ke Museum Multatuli, Hanya Ada 2 di Dunia
Minggu, 05 Jan 2020 15:16 WIB

Bayu Fitri Hutami
Jakarta - Di Rangkasbitung, berdiri Museum Multatuli yang hanya ada 2 di dunia. Satunya lagi di Belanda. Di museum ini, kamu bisa belajar soal sejarah Max Havelaar.Rangkasbitung adalah sebuah kota kecamatan yang sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Pusat tata kota yang sudah sangat maju menjadikan Rangkasbitung menjadi kota administrasi pemerintahan kolonial mewakili Banten dan sekitarnya pada waktu itu.Berjarak sekitar 72,5 km dari Jakarta, menuju Rangkasbitung bisa ditempuh menggunakan commuterline yang memakan waktu tempuh selama dua jam perjalanan dari Stasiun Tanah Abang. Museum Multatuli ini terletak di jalan Alun-Alun Timur No.8, Rangkasbitung Lebak Banten. Ini adalah museum anti-kolonialisme yang dibangun di atas bangunan bekas Kawedanan tahun 1930.Museum ini menyimpan kisah cerita mengenai seorang berkebangsaan Belanda yang menaruh simpati terhadap kehidupan warga pribumi yang diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa lokal dan pemerintah Belanda.Eduard Douwes Dekker adalah seorang berkebangsaan Belanda yang ditunjuk menjadi Asisten Residen untuk memimpin Rangkasbitung. Namun jabatan tersebut hanya diembannya selama tiga bulan (21 Januari 1856 - 29 Maret 1856).Beliau mengundurkan diri karena ketidaksetujuannya melihat ketidakadilan di masyarakat akibat perlakuan pemerintahan kolonial.Akibat dari kekecewaannya, maka ia membuat karya sastra berjudul" Max Havelaar" dengan menggunakan nama pena "Multatuli". Arti dari Multatuli yaitu "aku telah lama menderita".Sedangkan Max Havelaar adalah karya sastra yang menceritakan eksploitasi dan penindasan kolonial Belanda terhadap warga pribumi. Karya sastra ini menjadi sangat terkenal setelah dipublikasikan tanpa sepengetahuan penulisnya pada tahun 1860.Max Havelaar sendiri sudah dialihbahasakan kedalam 40 bahasa dunia. Akibat dari terkenalnya karya sastra ini, Multatuli atau Eduard Douwes Dekker dianggap penghianat oleh bangsanya sendiri sehingga ia harus mengungsi ke negara Jerman. Museum Multatuli diresmikan tahun 2018 dengan tata ruang pamer yang moderen dan menarik. Untuk masuk ke museum ini tidak dikenakan biaya alias gratis. Sebaiknya jika berkunjung ke museum ini secara berkelompok karena akan dipandu seorang pemandu meseum untuk menjelajah berbagai ruangan yang ada di dalamnya. Terdapat tujuh ruangan visual yang akan menceritakan sosok seorang Multatli.Ruang pertama adalah ruang "Selamat Datang". Disini kita akan melihat wajah Multatuli dalam bentuk mozaik yang terbuat dari potongan akrilik kemudian ada patung Multatuli dan video tentang kutipan kata-kata Multatuli.Ruang kedua adalah ruang "Kolonialisme". Di sini pengunjung akan disuguhkan cerita awal mula kedatangan Belanda menuju Nusantara dan Banten khususnya. Sejarah dan niat awal mula kedatangan kolonial waktu ituΒ adalah mengincar rempah-rempah Nusantara.Ruang ketiga berupa ruang "Tanam Paksa". Setelah berhasil mengambil rempah-rempah, pemerintah kolonial mempunyai keinginan menjadi penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Cara yang dilakukan dengan melakukan tanam paksa menggunakan tenaga warga pribumi secara cuma-cuma.Ruang keempat merupakan ruang "Multatuli". Di sini diperlihatkan hasil karya Multatuli yang fenomenal yaitu karya sastra asli" Max Havelaar" yang dialihbahasakan kedalam bahasa Prancis serta hasil tulisan surat menyurat Multatuli pada Raja Belanda pada saat itu. Untuk karya Max Havelaar asli dalam bahasa Belanda tersimpan di Museum Multatuli Amsterdam Belanda. Ruang kelima adalah ruang "Banten". Di sini kita akan mendapatkan cerita mengenai pergerakan yang ada di Banten oleh masyarakat dalam melawan penjajah kolonial.Ruang keenam dinamakan ruang "Lebak". Menceritakan tentang budaya Lebak saat ini. Ruang ketujuh bernama ruang : "Rangkasbitung".Pada ruang terakhir yang sekaligus menjadi ruang menuju pintu keluar terdapat beberapa buku Max Havelaar yang dapat dibaca oleh pengunjung. Di samping itu terdapat profil orang-orang yang memiliki kisah keterkaitan sejarah dengan Rangkasbitung.Di halaman museum terdapat patung perunggu besar seorang Multatuli yang sedang membaca buku lengkap dengan almari berisi koleksi berbagai macam buku. Tempat ini menjadi spot foto bagi pengunjung yang ingin berswafoto.Selain museum, terdapat perpustakaan Sajidah dan Adinda. Lokasinya bersebelahan dengan museum Multatuli. Di perpustakaan ini pengunjung dapat membaca koleksi buku menarik atau menonton film Multatuli di ruang ausio visual layaknya seperti bioskop. Nah bagaimana, sudah siap menghabiskan akhir pekan sambil belajar sejarah di Museum Multatuli Rangkasbitung?
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!