Cerita Bahagia Petualang yang Berkeliling Indonesia
Senin, 17 Feb 2020 10:45 WIB

Saeful Tramp
Jakarta - Saya merasa berbahagia pada satu malam tanpa listrik di sebuah rumah di Suku Baduy. Berbicara dalam bahasa mereka yang tidak jauh berbeda dengan bahasa masa kecil saya.Saya merasa bahagia pada satu sore di salah satu rumah tepian Danau Sentani, Papua. Makan papeda untuk pertama kalinya, mendengar bagaimana seisi rumah bercanda dalam bahasa daerah, di mana saya bisa tertawa bersama tanpa tahu persis apa yang membuatnya lucu.Saya merasa bahagia, ketika saya di sambut hangat oleh salah satu keluarga di Sukoharjo dan menginap di rumahnya yang sederhana. Namun, suasana ini persis dengan saya dengar saat guru bercerita tentang etika, di mana seorang anak perempuan menyajikan teh hangat di meja dan meninggalkannya dengan langkah mundur.Ia setengah membukuk sebelum akhirnya berbalik dan menuju ruang dapur. Saya merasa bahagia bukan karena merasa dihormati, melainkan karena saya masih bisa melihat langsung tradisi lama yang tetap dijaga dalam keluarga ini.Saya masih menemukan kebahagiaan saat terduduk di badan Gunung Tambora. Momennya ada di bawah langit berbintang dengan bulan berwarna kuning dan perlahan tenggelam,Saya masih menemukan kebahagiaan saat saya berdiri di sebuah pantai di seberang Pulau Tiga, Bolaang Mongondow. Tiba-tiba seseorang menyapa dan menemani saya untuk berenang. Sore itu saya memang melihat keindahan di kedalaman lautan, tapi yang saya rasakan keindahan dari kedalaman sebuah ketulusan.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum