Bukan di Thailand, Ini Street Food di Semarang

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Bukan di Thailand, Ini Street Food di Semarang

Ria Rahmawati - detikTravel
Minggu, 17 Nov 2019 16:39 WIB
loading...
Ria Rahmawati
Gang Warung di kawasan Pecinan menjadi pusat kuliner di Semarang.
Cara memasak seafood yang mengundang banyak penonton
Aneka masakan daerah dan masakan luar negri ikut meramaikan jalanan ini.
Aneka salad buah bisa dipilih sesuai selera dengan harga 25.000
Label halal bagi pembeli muslim agar tidak ragu lagi untuk menyantap menu yang dijual
Bukan di Thailand, Ini Street Food di Semarang
Bukan di Thailand, Ini Street Food di Semarang
Bukan di Thailand, Ini Street Food di Semarang
Bukan di Thailand, Ini Street Food di Semarang
Bukan di Thailand, Ini Street Food di Semarang
Jakarta - Akhir pekan di Semarang, ada berbagai kuliner yang menggoda. Pasar Semawis di Pecinan menjajakan kuliner dengan konsep tenda layaknya streetfood di Thailand. Pusat kuliner di kawasan Pecinan Semarang ini awalnya merupakan Pasar Imlek Semawis. Digelar 3 hari menjelang Hari Raya Imlek. Namun semenjak Hari Raya Imlek diresmikan sebagai hari libur nasional, kawasan kuliner ini dibuka rutin setiap hari Jumat hingga Minggu.Di sepanjang Gang Warung kurang lebih 300 meter ini dijajakan kuliner khas Semarang hingga mancanegara. Beberapa langkah memasuki jalan ini, jajaran mangkuk plastik berisi salad buah sudah menanti. Aneka buah segar bisa dipilih sesuai selera. Tidak hanya itu, penjual menawarkan beberapa pilihan toping seperti mayonaise, susu kental manis, milo sampai toping durian. Dengan harga 25.000 semangkuk salad siap dibawa pulang.Selesai membeli salad, saya lanjut menyusuri jalan yang dipenuhi tenda dan meja makan. Ada soto kudus, somay, telur gulung, nasi bakar dengan berbagai tambahan lauk dan ada satu tenda yang menyediakan aneka raga masakan khas Manado. Pengunjung bisa makan ditempat yang disediakan atau dibungkus.Lalu saya tertarik dengan jejeran cumi dan sotong dalam bentuk sate. Di tenda ini, aneka seafood bisa dipilih yang kemudian akan langsung dimasak oleh penjual. Selain menunya yang menarik cara memasaknya juga mencuri perhatian pembeli.Sate seafood digoreng kemudian dibakar dengan alat tertentu. Saat membakar ini yang mengundang banyak orang untuk menonton bahkan beberapa ikut merekam aksi penjual tersebut.Semakin malam jalanan ini semakin ramai pengunjung. Semakin disusuri semakin banyak ragam kuliner yang bisa ditemui. Akhirnya, saya memutuskan untuk mencoba nasi goreng babat. Yang unik dari nasi goreng ini adalah pengolahannya tidak menggunakan kompor gas pada umumnya, melainkan dengan tungku dan bahan bakar arang. Rasanya pun sudah tidak perlu diragukan.Kalau tidak mau makanan berat, tidak perlu khawatir, masih ada puluhan menu lain. Ada tenda yang menjual streetfood Korea seperti kimbab, bimbimbap, yumyeong dan lainnya. Jajanan lainnya yang bisa ditemui seperti sosis goreng aneka toping, cakwe, kembang gula warna warni, es gempol pleret pisang plenet dan lainnya. Harganya cukup beragam mulai dari 15.000 - 35.000.Karena berada dikawasan pecinan, kulinernya akan identik dengan makanan non-halal. Namun tidak perlu khawatir bagi pengunjung muslim, makanan halal pun banyak tersedia. Bahkan beberapa tenda sudah memasang label halal. Jika anda masih ragu, anda bisa menanyakan langsung ke penjual.Bagi anda yang hendak mengunjungi tempat ini wajib dengan perut kosong. Aneka cemilan hingga makanan berat akan menggoda untuk dicoba.
Hide Ads