Sulawesi Selatan, Destinasi Lengkap Buat Para Pecinta Sejarah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sulawesi Selatan, Destinasi Lengkap Buat Para Pecinta Sejarah

Rukly Chahyadi - detikTravel
Sabtu, 07 Des 2019 09:40 WIB
loading...
Rukly Chahyadi
Benteng Panyua atau Benteng Ujung Pandang setelah tahun 1667 Benteng direbut Belanda dan berganti nama Fort Rotterdam
Pegunungan karst Leang-Leang
Helena Sky Bridge , diantara pegunungan karst berumur ribuan tahun
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
Bebatuan purba
Sulawesi Selatan, Destinasi Lengkap Buat Para Pecinta Sejarah
Sulawesi Selatan, Destinasi Lengkap Buat Para Pecinta Sejarah
Sulawesi Selatan, Destinasi Lengkap Buat Para Pecinta Sejarah
Sulawesi Selatan, Destinasi Lengkap Buat Para Pecinta Sejarah
Sulawesi Selatan, Destinasi Lengkap Buat Para Pecinta Sejarah
Jakarta - Setiap perjalanan punya cerita dan pengalaman berbeda. Kali ini saya akan berbagi cerita mengunjungi wisata sejarah dan prasejarah andalan Sulawesi Selatan.Di Indonesia terdapat beberapa bangunan benteng peninggalan sejarah yang masih berdiri, Benteng Vansteburg, Surakarta, Benteng Van de Bosch, Ngawi, Benteng Fort Malborough Bengkulu, Benteng Portugis, Jepara, Benteng Belgica Maluku, benteng Pendem, Cilacap, hingga Benteng Fort De Cock, Bukit Tinggi.Salah satunya adalah benteng Fort Rotterdam yang ada di Kota Anging Mamiri, Makassar yang dulu kita kenal dengan sebutan Ujung Pandang. Benteng ini peninggalan Raja Goa X, Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalanga.Benteng tahun 1545 ini nampak masih berdiri kokoh. Dulunya bernama Benteng Panyua atau Benteng Ujung Pandang. Setelah tahun 1667 Benteng direbut Belanda dan berganti nama Fort Rotterdam. Benteng berada di pusat kota Makasar dan jaraknya sangat dekat Pantai Losari.Saya sangat beruntung dapat menginap di salah satu hotel yang berada dekat Pantai Losari dengan harga yang terjangkau berkat booking di tiket.com, semua jadi lebih mudah dan menyenangkan.Menjadi seorang penutur perjalanan adalah cara saya untuk berbagi, termasuk aplikasi Tiket.com yang selalu menemani setiap perjalanan saya. Sampai dengan saat ini hanya tiket.com yang memberikan kemudahan untuk pemesanan tiket dan hotel sekaligus memberikan promo harga disetiap booking tiket dan hotel.Bangunan benteng setelah pendudukan Belanda, hampir semua bangunan dirubah dengan dominasi arsitektur bergaya Portugis. Pada bagian tembok saja yang menyisahkan peninggalan Raja Gowa.Susunan bangunan perpaduan batu cadas yang diambil dari Maros dan tanah liat kering, tampak tembok terlihat kokoh dengan ketebalan hampir 2 meter dan tinggi mencapai 5 meter. Memiliki gerbang utama, bangunan tua yang merupakan Urban Artefact kota Makasar ini terlihat masih sangat terawat.Bagi wisatawan yang berkunjung diwajibkan mengisi buku tamu di pos penjagaan, jika membutuhkan informasi lengkap mengenai sejarah benteng Fort Rotterdam, kita dapat mengunakan jasa pemandu wisata.Terdapat Musium La Galigo yang bisa kita kunjungi untuk mengenal sejarah makasar lebih dalam dan ruangan tempat pengasingan Pangeran Diponegoro. Benteng yang sekarang difungsikan sebagai kantor dan juga pusat Budaya Makasar tidak memberikan kesan angker dan menakutkan.Hari kedua perjalanan saya lanjutkan menuju Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Melewati jalan tol Ir A. Sutami menempuh jarak dari Makassar ke Maros sekitar 30 Km.Sejak jaman penjajahan Belanda, banyak para kolonial yang datang ke Bantimurung untuk berwisata mengamati kupu-kupu. Jadi catatan sejarah taman kupu-kupu Bantimurung sudah terhitung cukup lama. Sayang rasanya jika kita tidak luangakan waktu liburan ke Bantimurung.Banyaknya populasi kupu kupu di Bantimurung menjadikan kawasan wisata Bantimurung patut dikunjungi sebagai salah satu tujuan wisata selama berada di Kabupaten Maros. Corak kupu-kupu yang beraneka ragam yang jarang kita jumpai dapat kita temukan di sini.Kupu-Kupu yang mati akan diawetkan dan dijadikan souvenir. Harganya pun beragam, tergantung ukuran dan jenis kupu-kupu. Masih berada di taman wisata alam Bantimurung, kita dapat mencoba sensasi jembatan gantung Helena Sky Bridge.Wahana jembatan langit yang berada di wisata Alam Bantimurung ini memiliki daya tarik tersendiri. Berdiri di antara pegunungan karts yang menjulang tinggi dengan pepohonan hijau di sekelilingnya terlihat perpaduan yang kontras, membuat siapa saja yang melewati Helena sky Bridge akan menarik nafas panjang dan berdecak kagum.Dengan harga tiket masuk 15.000/orang, kita akan digiring pemandu melewati jalanan setapak melewati anak tangga yang sedikit licin dan berlumut. Setelah sampai di lokasi Helena Sky Bridge, kita dapat beristirahat sejenak sambil menunggu antrean.Menikmati segarnya udara sekitar pegunungan karts yang menjulang tinggi, tiba giliran saya untuk bersiap. Petugas akan memasangkan seat Hardnes sebagai pengaman extra saat melewati Helena Sky Bridge.Dengan ketinggian kurang lebih mencapai 10 meter, saya mulai memanjat menara yang terbuat dari besi. Terlihat jembatan gantung terikat antara 2 menara yang bersebelahan. Saya pun mulai berjalan sambil sesekali berhenti untuk menikmati sensasi berada di ketinggian.Leang-Leang atau gua, merupakan salah satu tujuan wisata di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang sangat terkenal. Berada dalam satu kawasan Taman Wisata Nasional Bantimurung.Memasuki kawasan wisata prasejarah Leang-leang dengan harga tiket masuk/orang Rp 3000, kita dapat menikmati pemandangan alam nya yang sangat Indah dengan pegunungan karts, menimbulkan decak kagum bagi siapa saja yang datang pertama kali.Kurang lebih ratusan gua di kawasan wisata Leang-leang yang ditemukan. Gua yang terbentuk pada kawasan batuan karts merupakan batuan gamping yang mudah larut jika terkena air sehingga menghasilkan berbagai bentuk gua-gua yang juga menjadi tempat tinggal manusia prasejarah pada saat itu.Saat ini fungsi lain dari batuan gamping sebagai bahan pembuatan semen, kebetulan saya melihat sebuah pabrik semen di Maros, jadi bisa dipastikan berbahan dasar batuan dari pegunungan Karts.Dengan ditemukannya tanda tapak tangan di dinding-dinding gua, oleh arkeolog berkebangasaan Belanda pada tahun 1950 pada dinding gua Petta Kere dan gua Pettae, menjadi bukti adanya kehidupan manusia prasejarah.Sepanjang memasuki lokasi wisata Prasejarah Leang-leang terlihat dari kejauhan pegunungan karts yang menjulang tinggi, hamparan sawah nampak hijau menambah indah suasana kawasan wisata Leang-leang.
Hide Ads