Jakarta - Pulau Komodo memang tak ada habisnya untuk kita eksplor. Gugusan pulau, pasir putih kemerahan dan dunia bawah laut akan menjadi magnet untuk wisatawan.Lagu Indonesia Pusaka membuka pandangan saya akan keindahan negeri ini. Mengabdi selama 45 hari di Pulau Komodo menjadi motivasi untuk mengeksplor kearifan lokal masyarakat, pesona alam dan tentunya memperdalam seluk beluk sejarah Komodo.Sebagai mahasiswa millenial, teknologi memudahkan kita dalam traveling. Dengan biaya pas-pasan kami mencari harga tiket untuk berangkat ke NTT dan tiketΒ pesawat untuk pulang ke Jawa. Untunglah ada tiket.com yang menawarkan berbagai promo menarik yang memudahkan saya sampai ke Komodo.Desa Komodo merupakan desa terpencil yang jauh dari hingar bingar kota yang terletak di tengah lautan, di bawah kaki Gunung Ara. Desa ini terdiri dari 1.500 jiwa dengan mayoritas penghuni desa berasal dari Suku Komodo dan sisanya adalah peranakan Bugis atau Bima.Desa Komodo termasuk desa wisata yang sering dikunjungi turis lokal maupun internasional karena kearifan lokal yang masih terpelihara dan keunikan warganya yang tinggal bersama Komodo. Meskipun banyak kasus warga desa dimakan komodo, tetapi warga desa tetap menyayangi komodo. Mereka menganggap bahwa komodo adalah nenek moyang mereka. Sejarah komodo berasal dari seorang putri Ina Matrea yang melahirkan anak kembar, satu manusia dan satu komodo. Masyarakat sering memanggil komodo dengan sebutan Sebae yang artinya kembaran.Hal yang unik dari desa ini yaitu masyarakat membiarkan kambing peliharaannya berkeliaran di desa, sehingga saat Komodo turun ke desa tidak akan memakan manusia tetapi akan memakan kambing. Tak jarang saat kita berjalan di desa, banyak kambing yang berlalu lalang dan bermain dengan anak-anak. Karena jarangnya pepohonan hijau di desa, kambing di desa Komodo tidak hanya mengkonsumsi rumput tetapi mengkonsumsi makanan yang sama dengan pemiliknya seperti nasi, ikan, sayur, roti dan kopi.Listrik di desa ini menyala setiap jam 17.00 WITA sampai 06.00 WITA sehingga saat pagi sampai sore hari listrik akan mati. Desa Komodo hanya memiliki satu SD dan SMP yang disebut SD-SMP Satu Atap. Kondisi sekolah masih sangat terbatas karena sekolah tidak memiliki kamar mandi, kekurangan ruang kelas sehingga 1 ruang kelas dibagi menjadi 2 kelas dan beberapa kelas masih menggunakan gubug kecil dipinggir sekolah.Sesuai misi kami sebagai calon pendidik bangsa yang mencerdaskan generasi emas. Kami memiliki beberapa program yaitu program mengajar di SD dan SMP, mengajar cara cuci tangan dan gosok gigi, program mentoring, pelestarian permainan tradisional, membuat vertical garden tanaman toga dari botol bekas, kerja bakti bersih lingkungan, pelatihan Tari Arugelle, pelatihan Nugget bagi perempuan, pembuatan perpustakaan dan senam kebugaran jasmani.Taka Makassar, Surga Bawah Laut yang Memanjakan MataBersama Masyarakat Peduli Sampah (MPS) kami Tim KKN berkesempatan mengeksplore keindahan Taka Makassar. Tujuan kami tak hanya untuk berwisata melainkan untuk menjaga keindahan ekosistem alam dengan memungut sampah dan senam pagi.Sesampainya di Taka Makassar. Mata akan disuguhkan dengan hamparan pasir putih kemerah-merahan berpadu dengan kejernihan air berwarna toska dilengkapi keindahan pemandangan bawah laut yang mempesona. Kapal-kapal terlihat seperti melayang di atas air karena kejernihan air lautnya.Taka Makassar merupakan gundukan pasir putih yang membentuk pulau berbentuk huruf C. Sesampainya di sana, tak sabar hati ini untuk melangkahkan kaki mengambil spot-spot surgawi dengan lensa kamera. Pemandangan sungguh luar biasa membuat saya semakin bangga terlahir menjadi generasi muda Indonesia.Matahari bersinar cerah diiringi hembusan angin sepoi-sepoi yang membuat kami semakin bersemangat untuk melakukan senam pagi. Iringan lagu daerah NTT mengiringi gerak senam kami membuat tubuh terasa bugar dan semangat. Kemudian kami membersihkan pulau dengan mengambil sampah yang berserakan. Sebagai generasi muda, tidak sepantasnya kita merusak keindahan alam Indonesia dengan membuang sampah sembarangan. Bawalah sampah atau buanglah sampah pada tempatnya saat kita Travelling agar keindahan alam Indonesia tetap lestari.Yuk Explore keindahan Gili LawaGili lawa merupakan sebuah pulau kecil tak berpenghuni di gugusan Kepulauan Komodo. Semenjak tragedi kebakaran pada tanggal 1 Agustus 2018, Gili Lawa sangat sepi pengunjung. Gili Lawa yang dulunya terkenal dengan keindahan hijaunya hamparan sabana kini telah berubah menjadi gersang. Sabana menjadi coklat dan pepohonan terlihat rapuh tanpa daun. Akan tetapi pemandangan tersebut memiliki daya tarik tersendiri, kita seperti berada di musim gugur yang menghangatkan.Di Pulau kecil yang tak berpenghuni ini terdapat satu posko dengan arsitektur khas NTT yang dihuni petugas TNK untuk menjaga dan melindungi Gili Lawa. Kami memutuskan untuk berteduh dari teriknya sinar matahari di Posko TNK sambil mengisi tenaga sebelum memunguti sampah. Setelah sang surya telah bersembunyi dibalik awan, bergegas kami melangkahkan kaki memunguti sampah di Gili Lawa. Kemudian kami beristirahat di bawah pohon sambil membawa kulit mangga yang buahnya telah kita makan di Taka Makassar.Tiba-tiba segerombolan rusa liar mendekat sambil memakan kulit mangga yang kami bawa. Ini adalah pengalaman pertama saya berinteraksi dengan rusa liar secara langsung. Rusa begitu jinak dan dapat diajak berinteraksi dengan manusia. Rasanya tak ingin kami menyia-nyiakan moment langka ini tanpa mengabadikannya dengan lensa kamera.Keindahan Surga di Pulau PadarAda seseorang yang bilang bagai sayur tanpa garam kalau kamu ke Labuan Bajo tanpa berkunjung ke Pulau Padar. Kalimat tersebut terngiang ketika saya berkesempatan untuk dapat mengabdi di Desa Komodo bersama Tim KKN Mandiri UNNES Desa Komodo, kami wajib menginjakkan kaki di Pulau Padar. Kami bersama pemuda Desa Komodo berlibur ke Pulau Padar.Perjalanan dari desa Komodo sampai ke Pulau Padar membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam. Terlintas dalam benakku perjalanan akan membosankan karena jarak yang cukup jauh dari desa, tetapi dugaanku salah. Sepanjang perjalanan kita disuguhkan hamparan air laut biru kehijauan yang sangat jernih, terumbu karang didasar laut terlihat begitu menawan dilengkapi gugusan perbukitan coklat yang menyejukkan mata.Suara mesin kapal terhenti menandakan kami telah sampai di Pulau Padar. Pak kapten kapal memberi kami waktu 1,5 jam untuk mengeksplore keindahan Padar, karena jika terlalu lama ombak akan semakin besar. Sang Surya bersinar tepat di atas kepala menandakan bahwa saat ini pukul 13.00 WITA, Meskipun cuaca begitu panas dan terik hal tersebut tidak menjadi penghalang semangat kami mendaki bukit Padar. Untuk mencapai puncak Padar memerlukan waktu sekitar 1 jam, hal itu tak terasa lama karena sepanjang pendakian kita akan disuguhkan pemandangan laut dan perbukitan yang memanjakan mata.Saat sampai di puncak padar, bibir ini tak hentinya mengucap rasa syukur menikmati indahnya surga tersembunyi di NTT. Pemandangan di atas padar sangat menakjubkan! Bukit-bukit menjulang di sana sini, warna coklat mendominasi, laut hijau kebiru-biruan terbagi oleh bukit yang bercabang seolah membentuk bintang raksasa, putihnya pasir pantai pun ikut serta melambai-lambai seolah ingin diselami. Inilah negeriku, negeri kebangganku dengan sejuta pesona alam bak surga dunia.Mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang terlukis dalam keeksotisan pulau Padar tak lengkap rasanya jika kita tak mengabadikannya dengan lensa kamera. Berbagai spot foto yang instagramable di Padar kami jelajahi, saking asyiknya berfoto hingga kami lupa bahwa jam menunjukkan pukul 15.00 WITA kami bergegas menuruni terjalnya bebatuan.Sesampainya di kapal, Pak kapten kapal agak marah karena kami terlambat turun dari puncak. Akibatnya saat perjalanan menuju desa Komodo, ombak lautan begitu besar. Pusaran ombak menguncang kapal sehingga kapal terasa ingin terbalik. Kami sangat khawatir dan takut. Pak Kapten memutuskan untuk menyandarkan kapal di suatu pulau tak berpenghuni karena takut kapal akan terbalik dan mengancam nyawa kami. Akhirnya kita terdampar di suatu pulau hingga menunggu ombak reda.Pulau tak berpenghuni ini sangat indah bagai Pulau Kuta di Bali. Hari mulai gelap, sang surya telah menghilang dan berganti rembulan. Ombak di pantai telah kembali normal dan kami pun melanjutkan perjalanan pulang ke desa.Pesona Pasir Merah di Pink BeachBerbeda dengan pasir pantai biasanya yang berwarna hitam atau putih. Pink Beach menawarkan keunikan tersendiri dengan ciri khas pasir pantai berwarna pink kemerah-merahan. Pink Beach merupakan salah satu pantai berwarna pink dari 7 pantai yang ada di dunia.Keunikan warna pasir pantai dikarenakan retakan terumbu karang Homotrema Rubrum berwarna merah yang menyelimuri tepi pantai. Tak hanya untuk berwisata tetapi kami juga mengumpulkan sampah demi terciptanya keindahan surga di Pink Beach.Sesampainya di Pink Beach kita akan disuguhkan keindahan hamparan gugusan pulau diselimuti sabana rumput kecoklatan yang mengelilingi dataran pasir berwarna pink. Beningnya air pantai yang bergradiasi biru dan toska membuat karang di dasar laut terlihat begitu mempesona.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!