Meresapi Keindahan The Big Buddha di Hong Kong
Minggu, 18 Nov 2018 11:25 WIB

Nofianti
Jakarta - Hong Kong tidak semata gedung-gedung pencakar langit. Datangilah The Big Buddha, yang indah dan megah.Wisata Asia memang selalu menjadi pesona bagi traveler seluruh dunia. Menawarkan paket wisata lengkap, mulai dari alam yang eksotis, budaya yang beragam serta berbagai kuliner yang menggugah selera. Saya termasuk wanita yang hobi jalan-jalan tapi kalau ada duitnya alias low budget. Biasanya saya hanya mampu liburan di negara-negara kawasan Asia Tenggara, kali ini saya berkesempatan solo traveling ke negara di bagian Asia Timur untuk pertama kalinya yaitu Hong Kong.Hong Kong terkenal dengan perkembangan kotanya yang sangat pesat. Awalnya saya mengira Hong Kong itu hanya kota metropolitan yang dipenuhi bangunan modern dan gedung pencakar langit, tapi ternyata setelah datang saya dibuat takjub, Hong Kong tak hanya menawarkan suasana kota yang serba modern, ada pula sisi alam yang eksotis serta budaya dan sejarah yang terus dilestarikan. Bayangkan saja di balik tembok beton bangunan modern dan gedung pencakar langit ada perbukitan hijau nan cantik yang berjejer, pemandangan yang kontras tapi menyejukan mata bagi saya.Menurut teman saya yang tinggal di Hong Kong kalau ingin merasakan pemandangan alam serta budaya Hong Kong saya harus datang ke situs Tian Tan Buddha yang berada di Ngong Ping Village, Lantau Island. Patung Buddha ini disebut-sebut sebagai patung Buddha duduk terbesar di dunia sehingga sering disebut The Big Buddha.Pada pagi hari terakhir perjalanan di Hong Kong saya mengunjungi situs Buddha ini. Dari pusat kota saya naik MTR dengan tujuan akhir Tung Chung (jalur Orange), kemudian dari stasiun akhir ini akses terpopuler untuk menuju ke desa tersebut adalah menggunakan Ngong Ping 360 cable car.Lokasi cable car tidak jauh dari stasiun akhir Tung Chung, saya keluar melalui Exit B kemudian berjalan kaki sekitar 200 meter. Menurut beberapa informasi yang saya baca cable car ini menyajikan pemandangan yang eksotis karena jalurnya melintasi lautan dan perbukitan tinggi. Tarif untuk standard cabin untuk dewasa seharga 185 HKD dan anak-anak 95 HKD (harga per 2017), atau bisa juga mencoba crystal cabin dengan lantai transparan untuk yang punya nyali dan uang lebih seharga 255 HKD.Namun perjalanan kali ini saya harus merelakan diri untuk tidak naik cable car karena budget yang terbatas. Saya mencari alternatif transportasi lain yang lebih murah yaitu naik bus, satu-satunya akses ke Ngong Ping Village selain naik cable car hanya menggunakan bus.Bus ini bisa ditemui di terminal bus Tung Chung dibelakang stasiun cable car, saya menyusuri jalur pejalan kaki di disamping stasiun cable car kemudian menyebrangi jalan besar mengikuti petunjuk arah ke terminal tersebut, di sana terdapat banyak petunjuk informasi yang mudah dipahami mengenai tujuan, tarif dan posisi bus. Untuk sampai ke Ngong Ping Village saya naik bus nomor 23 dengan tarif 17,20 HKD, busnya terasa sangat nyaman dan jauh lebih murah dari pada naik cable car, walaupun sebenarnya saya masih penasaran ingin merasakan sensasi naik cable car.Perjalanan dimulai, menurut informasi jika menggunakan cable car hanya butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai, menggunakan bus bisa mencapai 1 jam perjalanan, namun perjalanan bus saya kali ini luar biasa menarik dan menyenangkan, disepanjang perjalanan saya dibuat takjub, mata selalu disuguhi pemandangan alam yang eksotis, jalan berkelok naik turun perbukitan hijau, melewati desa dengan suasana yang asri, ada pula danau luas yang dikelilingi hutan lebat, tak henti-hentinya saya mengucap syukur bisa merasakan nikmat ini.Sampai di Ngong Ping Village, bus berhenti di depan pintu gerbang menuju situs Buddha, lagi-lagi saya dibuat takjub dengan suasana yang sangat alami, cuaca pagi itu cukup cerah, langit biru dan udara yang segar serta pegunungan hijau yang mengelilingi desa tersebut sangat menyejukan mata dan merefresh otak saya.Dari pintu gerbang saya berjalan melewati area taman menuju situs Buddha dan membeli tiket masuk, namun karena masih pagi pintu gerbang untuk naik ke Tian Than Buddha belum dibuka. Sambil menunggu pintu dibuka saya berkeliling di area sekitar dan berfoto di lingkaran yang disebut 'Buddha Mendengar', katanya kalau kita berdiri ditengah lingkaran tersebut dan berteriak maka kita akan mendengar suara gema, tapi karena pagi itu cukup ramai saya mengurungkan niat untuk berteriak, padahal sebenarnya hati saya memberontak ingin teriak.Tepat pukul 09.00 pintu gerbang dibuka, untuk sampai ke atas saya harus naik melewati 268 anak tangga yang cukup melelahkan. Ada pemandangan menarik disana, banyak penduduk lokal anak-anak dan orang tua yang masih kuat naik untuk beribadah, melihat semangat mereka sayapun jadi bersemangat untuk sampai keatas. Akhirnya semua anak tangga terlewati, saya bisa melihat betapa besarnya Tian Than Buddha ini, dibawahnya ada beberapa patung persembahan yang semuanya menghadap ke arah Buddha.Lelah menaiki tangga terbayarkan dengan pemandangan indah perbukitan hijau serta lautan luas yang mengelilingi Lantau Island. Saya berjalan mengelilingi patung Buddha, mengambil foto dan sejenak berhenti merasakan sejuknya udara diatas sana. Sedihnya jalan-jalan sendiri saya hanya bisa selfie dan mengambil foto pemandangan.Saya menyempatkan untuk masuk ke ruangan yang ada di dalam patung Buddha dengan membayar tiket yang sudah termasuk air mineral dan es krim. Di dalam ruangan ini ada tulisan dan foto-foto yang saya tidak mengerti karena semuanya ditulis dalam tulisan mandarin, sepertinya mengenai ajaran-ajaran Buddha, namun didalam ruangan ini tidak boleh mengambil foto. Selesai berkeliling saya keluar dan menuju ke bawah, perjalanan turun tentunya tidak seberat waktu naik, namun cuaca siang itu tiba-tiba mendung, sepertinya akan turun hujan.Sampai di bawah saya melanjutkan ke Po Lin Monastery, di sini memang ada beberapa objek wisata selain The Big Buddha. Menurut informasi Po Lin Monastery adalah salah satu biara terpenting untuk penganut agama Budha di HongKong, Biara Po Lin dibangun oleh tiga biksu dan dinamai Da Maopeng, biara ini berganti nama menjadi Po Lin pada tahun 1924.Saya hanya masuk ke ruangan depan biara, ada beberapa patung dan terlihat beberapa orang sedang melakukan persembahan dan doa. Disekitar biara ini terdapat restoran yang hanya menyajikan makanan vegetarian, ada juga beberapa toko yang menjajakan berbagai suvenir, tapi lagi-lagi dengan alasan budget terbatas saya hanya bisa melihat-lihat tanpa membeli.Selanjutnya saya berjalan ke area Wisdom Path. Di sepanjang jalan dikelilingi taman, saya melihat ada beberapa biksu yang sedang beraktifitas, terdengar kicauan burung yang hinggap di pohon dan tercium wangi aroma bunga yang ada di taman tersebut. Di taman tersebut disediakan beberapa bangku untuk yang ingin istirahat sejenak, tapi berhubung cuaca semakin mendung saya mempercepat perjalanan keluar area situs Buddha ini untuk mencari bus, khawatir hujan mulai turun.Benar saja, belum sampai ke pintu gerbang keluar, gerimis sudah mulai turun. Saya menanyakan ke penduduk sekitar lokasi terminal bus, dari pintu gerbang saya berlari melewati stasiun cable car, terminal terletak di belakang stasiun cable car. Sebelum hujan turun deras saya sudah masuk ke bus nomor 23 arah pulang.Waktu itu saya sedikit basah karena gerimis dan merasa kurang enak badan, apalagi saya hanya memakai pakaian tipis dan tidak membawa jaket, tapi beruntungnya saya selalu membawa Tolak Angin di setiap perjalanan, saya langsung mengkonsumsi satu sachet Tolak Angin untuk mengatasi masuk angin, badan langsung terasa hangat, apalagi packagingnya simpel sehingga sangat mudah untuk dibawa kemanapun saya pergi.Perjalanan pulang saya kembali ke pusat kota ditemani hujan lebat, tapi tetap sama menyenangkannya seperti perjalanan berangkat. Saya sangat bersyukur bisa merasakan pesona wisata alam dan budaya Hong Kong yang begitu menakjubkan. Semoga suatu saat saya bisa kembali kesana untuk mengobati rasa penasaran saya naik NgongPing 360 cable car.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol