Seperti Ini Persiapan Mendaki Gunung Ijen
Jumat, 30 Nov 2018 14:25 WIB
Mawar Minora Sihotang

Jakarta - Gunung Ijen cukup ramah buat pendaki pemula. Tentunya sebelum mendaki, traveler harus mempersiapkan peralatan dan fisik yang kuat.Gunung Ijen adalah gunung berapi aktif di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, dengan ketinggian 2.443 mdpl. Salah satu fenomena alam yang paling terkenal adalah Api Biru Abadi dari Kawah Ijen yang terletak di puncak Gunung Ijen.Fenomena Api Biru Abadi hanya ada 2 di dunia, yaitu Indonesia dan Islandia. Sungguh membanggakan bukan. Harga tiket masuk (HTM) untuk pengunjung nusantara pada akhir pekan yaitu Rp 7.500, sungguh sangat terjangkau. Sedangkan untuk pengunjung mancanegara perlu membayar sebesar Rp 175.000.Tiba malam dini hari, sekitar pukul 00.20 WIB, setelah mempersiapakan segala sesuatu yang diperlukan selama pendakian seperti jaket tebal, sepatu trekking, headlamp, masker respirator filter yaitu masker khusus yang digunakan untuk mendaki Gunung Ijen, karena bau belerang akan sangat menyengat di kawasan puncak dan demi kesehatan agar tidak terlalu banyak menghirup gas belerang.Tidak lupa saya membeli topi kupluk yang dijual oleh warga sekitar, untuk menahan dingin udara di area kepala. Bagi pemula seperti saya, tidak lupa membawa trekking pole. Setelah dirasa siap, saya dan rombongan pun mulai memasuki jalur pendakian yang baru dibuka pukul 01.00.Jalanan berpasir bercampur tanah yang keras, membuat saya terkadang terjungkal. Subuh ini banyak sekali orang yang turut mendaki, jadi traveler harus bersabar untuk berjalan. Jalur pendakian ini terus menanjak.Trek semakin menanjak, tidak sanggup rasanya sampai puncak. Mulai beberapa pengunjung berguguran untuk menyewa taksi, troli dorong yang digunakan penambang maupun warga sekitar untuk mengangkut belerang, dengan beberapa bagian yang dimodifikasi buat mengangkut penumpang. Kisaran harganya mulai dari Rp 600.000 sampai Rp.1.000.000.Bagiku sendiri harga tersebut sangat pantas, karena tenaga besar yang diperlukan untuk mengangkut orang ke atas adalah hal yang sangat sulit. Diperlukan 3-4 orang untuk mengangkut pengunjung.Akhirnya setelah mendaki kurang lebih 3 jam, tiba juga diriku di Puncak, dan sungguh tidak menyesal untuk membawa produk Tolak Angin, karena kawasan puncak Ijen angin bertiup lebih kencang, jaket yang kugunakan tak terlalu mampu menahan angin dan hawa dingin yang sangat menusuk. Tolak Angin ini bermanfaat untuk mengatasi masuk angin.Tidak hanya mengatasi masuk angin, tapi juga mengatasi kembung, kelelahan, mabuk perjalanan maupun gangguan pencernaan, karena bahan alami yang terkandung dalam produk Tolak Angin. Sayangnya, karena tiba dipuncak kesiangan, pukul 04.00, maka aku hanya bisa menikmati Blue Fire dari kejauhan, karena waktu sudah tidak cukup untuk turun ke kawah, tapi menikmati danau hijau toska saja sudah membuatku bahagia.Oh iya, jika makin turun, bau belerang makin menyengat, jangan lupa gunakan masker respirator ya. Setelah beristirahat sembari menikmati pemandangan yang ada, bagi yang tidak turun ke kawah, bisa juga naik kurang lebih 500 meter ke arah atas Gunung Ijen untuk menikmati matahari terbit maupun sekadar foto, karena makin tinggi, makin bagus pemandangan yang terlihat. Sungguh ajaib ciptaan Tuhan ini.Selama pendakian jangan lupa untuk membawa logistik (perbekalan), selain Tolak Angin, air putih wajib dibawa, tidak hanya pendakian naik saat turun pun sangat dibutuhkan, bawa roti secukupnya, untuk menahan lapar, bisa juga membawa coklat maupun madu, untuk mendapatkan energi tambahan.Trekking turun, traveler wajib berhati-hati. Pastikan sepatu tidak licin. Trekking Pole pun bisa sangat membantu untuk menahan beban selama turun. Sepanjang turun terlihat beberapa warga menawarkan merchandise dengan harga yang sangat terjangkau dimulai dari Rp 5.000-Rp 100.000.Jadi jangan ragu untuk membeli ya, selain bentuknya yang lucu dan menarik, hal ini juga membantu perekonomian warga sekitar. Oh iya, perhatikan juga plang atau papan petunjuk informasi yang berisi aturan yang wajib dipatuhi, karena ini adalah alam, kita wajib menjaga dan melestarikannya bersama-sama.Di akhir perjalanan, aku bertemu dengan 2 wisatawan mancanegara asal Spanyol, 1 laki-laki, 1 perempuan. Setelah minta izin untuk berfoto bersama produk Tolak Angin, aku pun tanpa ragu menawarkan Tolak Angin ke mereka dengan memperkenalkan Tolak Angin sebagai jamu dan produk handal yang disukai masyarakat Indonesia.Lelaki bule menerimanya dan ingin mencobanya sedangkan sang wanita bule tidak mau. Wah, aku cukup bangga bisa memperkenalkan produk Tolak Angin ini ke bule, karena memang berkhasiat. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi traveler, jangan lupa selalu mempersiapkan apapun saat akan naik ke Gunung Ijen, selain fisik siapkan juga peralatan yang dibutuhkan, logistik yang cukup dan jangan lupa Tolak Angin untuk mengatasi masuk angin biar liburanmu makin seru.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum