Biar Semangat, Ngopi Dulu di Gunung Puntang
Rabu, 12 Des 2018 11:49 WIB

Azmi Fadillah
Jakarta - Kopi terbaik konon asalnya dari Gunung Puntang. Biar makin semangat menjalani hari-hari sebaiknya kamu ngopi dulu, langsung di tempat asalnya, Gunung Puntang.Kopi Gunung Puntang asal Desa Pasirmulya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat dinobatkan sebagai yang terbaik. Dibarengi harga lelang yang tinggi juga. Pada perhelatan Specialty Coffee Association of America (SCAA) pertengahan April 2016 di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.Saya pun berkesempatan bertandang ke tempat pengolahan kopi pak Judin di Gunung Puntang. "Kita semua ini mandiri, alat-alat juga seadanya yah, sayang pemerintah kurang campur tangan," kata Pak Judin saat kami tanya tentang pemasaran.Pak Judin adalah seorang petani kopi yang dulunya tidak ada harganya dibuat menjadi berharga sampai akhirnya punya kedai di Jl Katapang, Bandung. Kopi Gunung Puntang memanglah bukan apa-apa.Dulunya sebelum menjadi jawara dan dikenal dikalangan-kalangan penikmat kopi, Gunung Puntang hanyalah gunung yang wilayahnya tak luput dari perambahan hutan. Lahannya yang dialihfungsikan menimbulkan masalah lingkungan.Berbincang-bincang dengan Pak Judin membuat saya lupa waktu. Hampir 3 jam kami berbincang tentang kopi dan menghabiskan dua cangkir kopi. Tapi membuat saya sadar untuk menikmati satu cangkir kopi saja membutuhkan waktu yang sangat lama.Sambil menikmati kopi, saya ditunjukan beberapa kopi hasil proses. "Ini kopi yah kalo udah abis dedaknya masih bisa dipakai bisa buat maskeran, luluran atau diseduh lagi ditambah susu. Kopi ini mah masih enak, tapi itu kalo lagi gak ada kopi kalo lagi banyak mah ya dibuang," kata Pak Judin dengan campuran bahasa Sundanya.Setelah puas berbincang-bincang, saya diajak ke kebun milik Kicamat lokasinya gak terlalu jauh dari tempat pengolahan kopi Pak Judin di atas lahan Perhutani. Bersama petani setempat ia menata dari nol dengan sistem pengolahan hutan bersama masyarakat."Ketika saya ke lokasi, tanaman peneduh dengan kembang-kembang kopi sudah tumbuh di sana-sini. Pada praktiknya, KI camat memilih tidak menggunakan pupuk berbahan kimia. Pohon pelindung berakar kuat dan berbuah. Dulu waktu pertama kali saya belajar secara otodidak sering kurang menguntungkan misal dari biaya perawatan habis 1 juta pas panen malah nombok, tapi dari kegagalan itu saya lebih jadi tau apa yang harus diperbaiki," imbuhnya.Dikutip dari Dinas Perkebunan Jawa Barat, pada hakekatnya Jawa Barat didominasi oleh daerah perbukitan dan pegunungan yang notabene memiliki sumber daya alam yang sangat subur dan lingkungan hidup yang kondusip baik untuk pertumbuhan berbagai macam tanaman, mulai dari tanaman pangan, sayuran, hortikultura sampai kepada tanaman perkebunan seperti kopi.Secara umum kualitas kopi Jawa Barat, baik robusta maupun arabika, tergolong mempunyai citarasa yang khas dan unik. Perbedaan tempat dan perbedaan pohon pelindung memberikan citarasa yang berbeda pula sehingga pertanaman kopi di wilayah Jawa Barat memiliki beragam citarasa yang khas dan unik.Untuk melindungi kekhasan yang dimiliki maka secara bertahap diupayakan untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa perlindungan Indikasi Geografis (IG).Pada tahun 2011 baru mulai diproses perlindungan untuk kopi yang ditanam di 11 gunung dengan 2 varian. Kopi yang akan didaftarkan untuk mendapatkan Perlindungan Indikasi Geografis tersebut adalah Kopi Arabika yang ditanam di wilayah yang memiliki agroklimat yang sesuai untuk budidaya kopi yaitu didataran tinggi Priangan yang berada pada ketinggiaan setidaknya 1.000 mdpl.Proses panjang yang tidak mudah pun berhasil dilalui, dan membuahkan keberhasilan, Indikasi Geografis tersebut diperoleh pada tanggal 22 Oktober 2013 dengan nama produk 'Kopi Arabika Java Preanger. Nama produk ini diambil dari sebutan untuk kopi Arabika yang dihasilkan para petani wilayah Priangan, yang telah terkenal sejak lama karena memiliki rasa serta aromanya sangat spesifik dan berbeda dengan kopi-kopi jenis lain yang ada.Nama kopi Lampung, kopi Manggarai, Flores, Gayo, dan Toraja ini lebih terdengar namanya daripada kopi Gunung Puntang. Pada ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut, berjarak 30 kilometer dari Kota Bandung, Kicamat mencoba peruntungan.Belajar otodidak, dia mantap membudidayakan kopi arabika lebih berteknik. Kicamat bercerita dulu sangat sulit menumbuhkan minat petani kopi."Saya belajar otodidak tidak semua orang sini bisa, ya kalo semua orang sini bisa memproses kopi nanti kopinya malah dinikmatin sendiri jadi gak bisa dijual. Saya juga berharap pemerintah bisa bantu kami para petani masalah pupuk," katanya.Pak Judin, Pak Rudi dan Kicamat adalah orang-orang yang berhasil membawa nama gunung puntang terkenal karena kopinya. Kata mereka ngopi yang baik itu adalah kopi yang digiling bukan yang digunting.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia