Fulan Fehan, Savana nan Magis di Tapal Batas

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Fulan Fehan, Savana nan Magis di Tapal Batas

Darusman Tohir - detikTravel
Sabtu, 29 Des 2018 08:50 WIB
loading...
Darusman Tohir
Padang Rumput Fulan Fehan
Gunung Lakaan
Seorang nenek sedang membuat peralatan dapur dengan anyaman daun lontar
Udah mirip wallpaper windows belum?
Lompat!
Fulan Fehan, Savana nan Magis di Tapal Batas
Fulan Fehan, Savana nan Magis di Tapal Batas
Fulan Fehan, Savana nan Magis di Tapal Batas
Fulan Fehan, Savana nan Magis di Tapal Batas
Fulan Fehan, Savana nan Magis di Tapal Batas
Jakarta - Fulan Fehan adalah kawasan padang rumput di Belu, Atambua, Nusa Tenggara Timur. Pemandangan si sini sungguh bikin terpaku!Hah?! Ngapain ke sana?! Ohiya itu dimana ya? Begitulah ekspresi beberapa orang-orang terdekatku ketika tahu kemana aku menghabiskan cuti liburanku. Mungkin sedikit aneh, tidak bukan aneh. Hanya belum terdengar biasa di telinga orang-orang. Yak, Atambua, sebuah kota kecil di bagian timur Pulau Timor yang juga mereka sebut kota perbatasan. Mungkin tidak setenar perbatasan RI dan Papua Nugini di Skouw Jayapura. Namun kota ini punya keunikan tersendiri.Perjalanan 7 jam via darat dari Kota Kupang myang merupakan Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur menuju Atambua, jadi pengalaman tersendiri yang membuka mataku tentang bagaimana kehidupan orang-orang di pulau ini secara singkat. Bagaimana orang-orang di sini bermasyarakat, bahkan bagaimana anak-anak atau ibu-ibu membawa-bawa jerigen air untuk dapat mandi atau sekedar minum air bersih di pinggir jalan saat aku melintas di wilayah perbukitan.Tidak hanya itu, pemandangan anak-anak SD yang tak tak bersepatu bergerombol sambil membalas sapaan kami dari jendal mobil saat perpapasan dengan mereka. Ada keunikan tersendiri ketika mulai masuk ke Kota Atambua. Suasananya perlahan berubah gersang dan tandus, panas dan terik, nuansa coklat dan berdebu mendominasi kenampakan alamnya mirip kota texas yang dipertontonkan dalam film Hollywood.Β Β  hampir satu jam yang lalu aku masih leyeh-leyeh di penginapan atau mengambil beberapa gambar di sekitar penginapan dekat pusat kota Atambua. Kini aku sudah di dalam mobil MVP yang melaju perlahan menuju kabupaten Belu, hati-hati namun pasti agar tidak tergelincir masuk ke dalam jurang yang aku pun tak dapat melihat dasarnya dari sini. Perjalanan menuju Fulan fehan memang agak menyiksa. Bukan menyiksa fisik secara langsung, namun menyiksa mental. Bayangkan saja, kami harus melewati entah berapa puluh tikungan dan tanjakan dengan kondisi jalan yang terkadang rusak disana sini. Kadang butuh usaha extra karena tanjakan yang terlampau curam atau bersabar ketika berpapasan dengan mobil lain di jalur yang lumayan sempit. Secara fisik menyiksa mesin mobil yang kami berempat tumpangi, apalagi mobil ini bukan didesain untuk naik turun bukit. Selamat datang di Fulan Fehan dan Benteng 7 Lapis, sebuah papan penanda yang agak menyempil di pojokan jalan menyambut kami. seorang nenek yang sedang nyirih di depan Beberapa rumah tradisional beratapkan jerami namun berdiri kokoh tersenyum kepadaku. Sedangkan beberapa nenek-nenek yang lain tengah asyik membuat peralatan dapur dengan anyaman daun lontar. "Fulan Fehan ada di atas sana, jadi kita belum sampai. Masih harus naik lagi," ujar bang Amar yang sudah dua kali datang ke tempat ini. Ternyata masih ada ritual yang harus kami lakukan sebelum mengunjungi padang rumput itu, yaitu meminta izin. YahÒ€¦ seperti halnya tempat-tempat yang dikeramatkan lainnya, fulan fehan konon merupakan tempat tinggal para raja Atambua. Setidaknya ada SOP yang harus dipatuhi. Percaya atau tidak, sebagai pelancong yang ingin menikmati fulan fehan dengan nyaman dan aman wajib mengikuti segala prosedurnya.Β  Rumah sang kuncen tepat berada di depan plang dan di sebelah jalan tanjakan menuju Gunung lakaan, dimana fulan fehan ada di lembahnya. Setelah iya panjang lebar menjelaskan tentang sejarah tempat ini dan peraturan-peraturan yang tidak boleh dilanggar, kami memulai bagian terakhir perjalanan ini. "Penyiksaan baru dimuali," ujar bang amar sambil membuka kaca jendela mobil yang sudah mulai merangkak naik sambil sesekali tercium bau tak sedap. Aku rasa semuanya sepakat kalau wangi semerbak ini adalah aroma khas kopling.Β  Tak aku sangka, perjalanan menuju desa dirun ini adalah jalur terberatnya, malah extremee menurutku. Bayangkan saja, jalan berupa kerikil lepas atau Corcoran beton yang rusak dengan medan menanjak tanpa ampun. Kadang diwarnai dengan beberapa belokan yang menanjak dengan bentuk huruf U sempurna. Seangkan di kiri atau kanan berupa jurang.Β  Deg!Β  Mobil tiba-tiba mati, suasana hening sesaat.Tak terdengar lagi bunyi raungan-raungan mesin yang sejak tadi berjibaku di pendengaranku, berganti suara angin dan cuitan burung yang diwarnai umpatan-umpatan beberapa dari kami. Dalam sepersekian detik taufik sigap menarik tuas rem sambil memajukan tubuhnya ke arah setir. "Gue bantu rem tangan pik, kasih aba-aba ya," ujarku setelah kami sepakat untuk duet dalam menaklukkan tanjakan ini. Setelah mobil sedikit dimundurkan ke tempat yang sedikit datar, Taufik mengambil aba-aba sekitar 10-15 detik. Sementara tanganku sudah siap di tuas rem kalau saja tiba-tiba di tengah tanjakan mesin kembali mati. Musuh terberat sebenarnya kerikil-kerikil yang membuat membuat mobil tidak dapat melaju di tanjakkan. Kadang iaΒ  hanya terpental kesana kemari, sedangkan mobil ini hanya berlari di tempat.Bruuuuum!! pedal gas diinjak cukup dalam sepertinya. Aku merasa kali ini lebih ada power-nya. Sementara Taufik fokus dengan pedal gasnya sambil sesekali melenggokkan mobil kekiri dan kekanan, tangan kananku telah menggenggam erat tuas rem. Rem!! yang kutunggu terdengar juga. Dengan sigap tangan kananku menarik tuas, kemudian merilisnya lagi. Begitu berulang-ulang sampai tebing-tebing di kanan, kiri dan hadapan kami berubah menjadi tanaman kaktus yang bergerombol sampai hamparan padang rumput hijau nan luas tak terjangkau mata menyambut kami. SELAMAT DATANG DI FULAN FEHAN, inilah fulan fehan itu! yang konon diyakini tempat tinggal para raja! Darahku bergejolak, ingin rasanya melompat dari mobil kemudian berlarian atau berguling ke sana kemari. Sejauh mata memandang semuanya hijau. Kami berpapasan dengan sekelompok kuda yang berlarian, lalu sekelompok sapi yang sedang asik makan sambil memandangi kami yang norak merekam video selfie.Β Β  Tidak, bukan hanya sekelompok. Sapi dan kuda di sini berkelompok-kelompok! Mereka bebas berlarian kesana dan kemari! Bak masuk ke dunia lain, aku segera turun dari mobil dan ikut berlarian menghampiri sekelompok kuda yang aku lihat paling dekat jaraknya. Lazuardi terbentang, ramah menyambut kami yang pesimis karena datang di musim yang salah. Ya, November sudah masuk musim hujan sebenarnya. Bahkan ketika hari pertama sampai di Atambua, kami sempat diguyur hujan walaupun sebentar. Berbagai sudut savanna ini terdapat segerombolan tanaman kaktus yang tumbuh, bentuknya pipih dengan duri di berbagai sisinya. Kaktus-kaktus tersebut salah satu keunikan tempat ini, mematahkan anggapan orang yang mengidentikan kaktus dengan padang pasir, dan yatanya ini padang rumput. Padang rumput disini rumputnya mirip lapangan sepak bola, tidak seperti rumput di dataran tinggi atau pegunungan yang sering aku jumpai sebelumnya. Sebelas dua belas dengan wallpapers windows yang iconic itu. Bahkan mirip dataran tinggi yang ada di swiss. Di salah satu titik tertinggi di padang rumput ini, terpampang gagah Gunung Lakaan yang merupakan Gunung tertinggi kedua di Pulau Timor. Sedangkan di sisi lainnya, di ujung lembah dan tebing, sebuah kawasan hutan yang sangat rimbun kontras dengan padang rumput yang mengelilinginya terasa begitu magis. Ukurannya tidak terlalu besar. Bahkan kutaksir luasnya hanya sekitar 300 meter persegi namun sangat misterius. Orang menyebutnya Benteng Kikit Gewen dimana raja timor disemayamkan. Konon dulu disana juga merupakan tempat persembahan kepala musuh dimana masih sering terjadi perang antar suku. Begitulah, selalu ada harga yang harus dibayar untuk tempat seindah Fulan Fehan. Diujung selatan, di tapal batas Indonesia ini, harga itu terbayar lunas.
Hide Ads