Desa Sade, Kain Tenun & Tradisinya yang Luhur
Minggu, 04 Nov 2018 11:35 WIB

kaliansaja
Jakarta - Berkunjung ke Desa Sade di Lombok, traveler bisa melihat tradisi luhur yang dijunjung warga. Kearifan lokal masyarakat masih sangat terjaga.Bukan ke Lombok namanya jika kalian belum mengunjungi Desa Sasak Sade yang berada di Rambitan-Lombok. Desa yang masih mempertahankan adat istiadatnya ini berjarak 30 Km dari Kota Mataram dan terletak di pinggir Jalan raya Praya-Kuta.Berdasarkan pengalaman saya sendiri, setibanya di Desa Sade ini kita akan langsung disambut oleh Tour Guide yang akan menemani kita berkeliling dan menjelaskan sejarah yang terdapat di Desa Sade. Kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang terlalu mahal untuk masuk ke desa ini. Kita hanya membayar seikhlasnya kepada tour guide yang telah menemani kita.Salah Satu adat yang menarik di desa ini disebut Kawin Lari. Dimana ketika sepasang kekasih saling menyukai satu sama lain, Si laki-laki membawa si wanita pergi diam-diam tanpa meminta izin terlebih dahulu ke rumah si laki-laki, karena warga Sasak beranggapan bahwa tindakan tersebut tidak menghormati orang tua si Wanita. Keesokan harinya si Laki-laki pergi ke rumah si wanita untuk melamarnya.Rumah mereka cukup unik. Berbentuk kubus dengan atap jerami, hanya memliki 1 pintu dan 3 ruangan. Satu ruangan besar di bawah untuk ruang berkumpul dan tempat ibadah. Dua Ruangan lainnya yaitu dapur yang bersebelahan dengan kamar tidur yang berada di atas.Lampu yang digunakan mereka terbuat dari cangkang kerang, di dalamnya terdapat genangan minyak yang diberi sumbu. Yang paling unik, mereka mengepel lantai rumah mereka dengan kotoran sapi/kerbau dengan alasan supaya lantainya menjadi kuat. Meskipun begitu, ketika saya masuk ke rumah tersebut tidak ada bau kotoran sapi/kerbau sama sekali.Sebagian besar mata pencaharian perempuan warga Sasak adalah menenun benang menjadi kain songket khas Lombok dengan alat tradisional yang disebut Berire. Untuk menyelesaikan 1 kain songket mereka membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu.Mereka juga menjalin benang-benang tersebut menjadi sebuah gelang. Benang-benang tersebut mereka dapatkan dengan memintal kapas dengan alat pemintal tradisional.Untuk warna benang-benang tersebut mereka menggunakan bahan-bahan alami seperti Kunyit untuk warna kuning, daun kelor yang direndam air asin supaya busuk dan dicampur dengan air kapur dan siri yang diremas untuk warna biru dan pewarna lain.Untuk kalian yang ingin membawa oleh-oleh kain songket, gelang, dan souvenir lainnya dari Desa Sasak Sade. Kalian tidak usah bingung, karena banyak Warga Sasak Sade yang menjadikan rumahnya sebagai tempat berjualan souvenir.
Komentar Terbanyak
Belum Dibayar, Warga Sekitar Sirkuit Mandalika Demo-Tagih ke ITDC
Warga Harap Wapres Gibran Beri Solusi Atasi Banjir Bali
Profil Menteri Haji Era Presiden Prabowo, Gus Irfan yang Hobi Sepedaan