Aneka Spot Liburan Fotogenik di Bantul
Kamis, 15 Nov 2018 11:52 WIB

Derry Nurmansyah
Jakarta - Liburan akhir tahun semakin dekat. Kamu yang mau menghabiskan liburan di Yogyakarta bisa datang ke Bantul. Bantul punya aneka spot fotogenik di hutan pinus!Pada hari terakhir di Malang, saya dan Yen berencana menuju ke kota Yogyakarta dan belum memiliki tiket kereta api ataupun tiket pesawat. Setelah berdiskusi panjang lebar, akhirnya kami memilih untuk menaiki kereta api. Dan seiring dengan perkembangan zaman yang sudah semakin canggih, untuk memesan tiket kereta api bukanlah hal yang sangat sulit. Lantas saya langsung mendownload aplikasi tiket.com dari Playstore kemudian segera membeli tiket secara online. Penggunaan aplikasinya terbilang sangat mudah, hanya tinggal memasukkan nama stasiun keberangkatan, stasiun tujuan serta tanggal keberangkatan.Dan saya merasa sangat beruntung karena masih tersedia kereta api Malioboro Express meskipun hanya tinggal tersisa di bagian eksekutif dengan jadwal keberangkatan pada pukul 20:10 WIB dari Stasiun Malang Kota Baru dan akan tiba pada pukul 03:35 WIB di Stasiun Tugu Yogyakarta. Secepatnya saya langsung memesan tiket sebelum kehabisan kemudian segera membayarnya dengan cara transfer. Setelah pembayaran di terima maka kode booking akan langsung dikirimkan melalui email. Sangat praktis, cepat serta simpel dan tidak perlu antri di loket lagi.Usai itu, saya dan Yen langsung mengemas barang-barang ke dalam ransel masing-masing dan berhubung masih banyak waktu, saya mengajak Yen untuk pergi ke Coban Pitu Pujon terlebih dahulu untuk menikmati panorama alam yang ada di balik bukit. Menjelang sore hari, kami harus segera kembali ke penginapan untuk mengambil ransel yang dititipkan pada resepsionis. Setelah itu, kami menuju ke Stasiun Malang Kota Baru dengan menggunakan sepeda motor sewaan.Sesampainya di sana, sekitar pukul 19.00 WIB, setelah mengembalikan sepeda motor sewaan kepada pemiliknya yang telah janjian di depan stasiun, kami langsung masuk ke dalam stasiun untuk mencetak tiket pada mesin cetak yang telah disediakan, saya langsung memasukkan kode booking yang di kirim melalui email kemudian lembaran tiket pun tercetak dalam hitungan menit. Setelah itu, kami langsung bergegas masuk ke dalam peron stasiun dengan melewati pos jaga lalu berdiri menunggu kedatangan kereta di antara keramaian para penumpang yang juga akan menaiki kereta api.Dan beberapa saat kemudian, seperti yang tertulis di jadwal pada lembaran tiket, kereta api tujuan Yogyakarta pun mulai memasuki peron satu. Kami dan beberapa penumpang yang akan ke Yogyakarta segera bersiap-siap sampai kereta benar-benar sudah berhenti lalu menaikinya. Saya dan Yen berjalan badan lorong kereta di antara himpitan kursi-kursi penumpang dan beberapa penumpang yang lagi memasukkan barang-barang bawaannya di atas kabin.Setelah mendapatkan nomor tempat duduk seperti yang tertulis di dalam tiket di gerbong 5, saya dan Yen langsung menaruh ransel pada kabin di atas kursi tempat kami duduk. Sementara suasana gerbong begitu hening, bersih serta terlihat beberapa kursi yang masih kosong dan kami hanya duduk sambil menunggu keberangkatan berbalutkan udara dingin sintetis AC yang berhembus menjalar ke setiap inci kulit.Sejurus kemudian, kereta api pun berangkat menuju kota Yogyakarta dan perjalanan yang harus di tempuh selama 7 jam 25 menit. Lantas kami memilih untuk tidur selama perjalanan berlangsung lalu menutupi tubuh dengan sehelai selimut yang telah disediakan untuk menghangatkan tubuh dari hembusan udara dingin sintetis AC.Ketika kereta api memasuki Stasiun Lempuyangan, kami terbangun setelah mendengar suara operator yang menggema dari speaker yang menempel di dinding stasiun. Setelah itu, saya menurunkan ransel dari kabin lalu bersiap-siap untuk turun, Kereta api kembali berjalan menuju Stasiun Tugu Yogyakarta sebagai titik akhir perjalanan.Sekitar pukul 03.35 WIB, kereta api tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Dan bersama dengan penumpang lainnya, kami keluar dari dalam gerbong kereta api secara bergantian hingga benar-benar sudah berada di area stasiun. Selanjutnya, kami berjalan kaki untuk keluar dari area stasiun. Setelah itu, kami melanjutkan berjalan kaki sepanjang 800 meter menuju penginapan dengan melewati kawasan Malioboro yang sangat sepi dan hening. Hanya terlihat beberapa petugas jaga yang sedang berjaga dan beberapa petugas kebersihan yang sedang menyapu area Malioboro.Sesampainya di depan penginapan Munajat Backpacker yang berada di dalam Gang Masjid Solihin tepat di belakang Hotel Mutiara 2, kami langsung check in dan menempati kamar yang ada di lantai 2. Setelah menaruh ransel, kami beristirahat sejenak sambil menunggu terang pagi datang yang lambat laun mulai mengikis gelapnya dini hari.Sekitar pukul 08.00 WIB, saya langsung menghubungi pemilik rental sepeda motor yang menjadi kendaraan kami untuk mengunjungi setiap destinasi yang akan kami pijak di kota Yogyakarta. Dan 1 jam kemudian, pemilik rental datang dengan membawa sepeda motor dengan harga sewa Rp.75.000 per hari dan harus menaruh jaminan kartu identitas. Usai bertransaksi, lantas saya kembali masuk ke dalam kamar dan mengajak Yen untuk menjelajahi wilayah Bantul yang harus di tempuh selama 45 menit perjalanan dari penginapan.Sewu Watu Songgo Langit MangunanIni adalah destinasi pertama yang kami kunjungi, yang artinya Seribu Batu Menopang Langit. Tempat ini merupakan hutan pinus yang dipadukan hamparan bebatuan dengan berbagai ukuran yang berbeda-beda serta terdapat beberapa instalasi seni seperti rumah kurcaci sebanyak 7 rumah yang terbuat dari ranting-ranting pohon, rumah hobbit seperti yang ada di film The Hobbit, panggung opera dengan tempat duduk yang terbuat dari batang-batang pinus, jembatan kayu yang menghubungkan pohon ke pohon, gardu pandang serta ada juga wahana flying fox.Sewu Watu Songgo Langit ini berada di Dusun Sukarame, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp.2.000 per orang dan biaya parkir motor sebesar Rp 2.000. Kami sudah bisa menikmati panorama alam yang dipadukan dengan seni. Selain itu, fasilitas di tempat ini cukup lengkap, terdapat warung makan, mushola, tempat sampah di beberapa titik serta area parkir.Hutan Pinus AsriSehabis dari Sewu Watu Songgo Langit, kami langsung menuju ke Hutan Pinus Asri yang hanya berjarak sekitar 3 km dengan medan jalan yang menanjak. Di tempat ini terdapat instalasi seni seperti spot bintang, spot bikini bottom, spot love, spot rajawali, spot sangkar burung, panggung terbuka, taman kecil yang dipenuhi bunga-bunga serta gardu pandang. Dengan tiket masuk sebesar Rp. 2.500 per orang dan biaya parkir sebesar Rp. 2.000 untuk sepeda motor, kami memasuki area tersebut dengan berjalan di jalan setapak yang sudah terpaving di antara deretan batang-batang pohon pinus yang menjulang dalam keramaian para pengunjung.Kemudian kami memijakkan kaki pada anak tangga saat menuju ke atas. Setelah itu, kami menaiki gardu pandang yang terbuat dari kayu. Dari atas gardu pandang ini, saya bisa melihat keindahan panorama alam Dlingo yang membentang luas dengan suasana yang sangat sejuk yang membuat saya betah untuk berlama-lama sambil merenung di tempat ini.Lokasinya berada di Jalan Hutan Pinus Nganjir, Dusun Karangasem, Desa Munthuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Fasilitas di tempat ini cukup lengkap, terdapat tempat sampah di beberapa titik, tempat duduk, warung makan, gazebo, area parkir serta mushola. Puncak BeciciSaat menjelang sore hari, saya kembali mengajak Yen menuju ke Puncak Becici yang berjarak sekitar 2.6 km dari Hutan Pinus Asri. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp.2.500 per orang serta biaya parkir sebesar Rp.2.000 untuk sepeda motor, kami langsung berjalan memasuki area Puncak Becici dengan melewati warung-warung makan serta barisan pohon-pohon pinus dan terdapat bangku-bangku sederhana yang terbuat dari batang-batang pohon pinus, gazebo dan gardu pandang yang berpanoramakan perbukitan dengan semilir udara sejuk yang berpadukan lanskap Gunung Merapi. Selain itu, di tempat ini juga merupakan spot sunset yang terbaik karena lokasinya yang menghadap ke barat dan menjadi salah satu tempat favorit mantan presiden Amerika Serikat Barrack Obama saat mengunjungi Yogyakarta.Lokasinya berada di Dusun Gunung Cilik, Desa Munthuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Fasilitas di tempat ini cukup lengkap, terdapat tempat sampah di beberapa titik, tempat duduk, warung makan, gazebo, area parkir serta mushola.Hutan Pinus PenggerSaat gelap malam datang, saya kembali mengajak Yen menuju ke Hutan Pinus Pengger yang berjarak sekitar 4.7 km dari Puncak Becici. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp.2.500 per orang serta biaya parkir sebesar Rp.2.000 untuk sepeda motor. Tempat ini selain menawarkan pemandangan dan kesejukan di alam, juga terdapat beberapa instalasi seni seperti tangan raksasa yang berada di tepi tebing yang sangat ikonik, sangkar burung raksasa, sapu raksasa, gardu pandang serta ada yang berbentuk setengah lingkaran seperti gapura. Instalasi seni tersebut di buat dari ranting-ranting yang sudah mengering.Dan waktu yang tepat untuk mengunjungi tempat ini adalah pada malam hari, karena bisa melihat latar belakang kota Yogyakarta dengan gemerlapnya lampu-lampu yang menyala dari rumah penduduk. Selain itu, setiap instalasi seni pun diberikan lampu-lampu yang diletakkan di bawah dengan cahaya yang menyorot ke setiap instalasi seni.Lokasinya berada di Dusun Sendangsari, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Fasilitas di tempat ini cukup lengkap, terdapat tempat sampah di beberapa titik, tempat duduk, warung makan, area parkir serta mushola.Setelah mengunjungi beberapa hutan pinus di wilayah Bantul yang dulunya sangat gelap dan sepi kini di ubah menjadi tempat yang banyak dikunjungi traveler. Kemudian saya mengajak Yen untuk kembali ke penginapan yang harus di tempuh selama sekitar 45 menit. Sesampainya di sana, kami langsung masuk ke dalam kamar untuk beristirahat sejenak.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!