Berwisata ke Bekas Pabrik Gula Kekinian di Karanganyar
Minggu, 08 Jul 2018 09:20 WIB

Pungky Sudrajat
Jakarta - Sebuah pabrik gula di Karanganyar, kini menjadi tempat wisata sejarah kekinian. Seperti apa rupanya?Sebuah pabrik tua yang sudah berhenti beroperasi dan terbengkalai kurang lebih 20 tahun yang lalu telah dirombak menjadi sebuah tempat wisata bertema heritage di wilayah Karanganyar. Di Jalan Adi Sucipto, sekitar 10 menit dari Bandara Adi Soemarmo, Anda akan menemukan Pabrik Gula Colomadu yang telah direvitalisasi menjadi tempat wisata dan kawasan komersial. Namanya kini berubah menjadi De Tjolomadoe didirikan tahun 1861 di Karanganyar oleh Mangkunegaran IV.Tahun 1928, pabrik ini mengalami perluasan area lahan tebu dan perombakan arsitektur. ΓβΓΒ Di tahun itu pula PG Colomadu mengalami kejayaan. Bangunan heritage yang dulunya tempat penggilingan tebu itu kini bersiap menjadi tempat internasional.Sedikitnya ada tujuh bagian di gedung utama yang dirombak dan dialihfungsikan. Misalnya Stasiun Gilingan difungsikan untuk museum. Stasiun Ketelan difungsikan untuk restoran dan tempat pameran. Kemudian Stasiun Penguapan menjadi lorong panjang yang kanan kirinya berjajar kios butik dan makanan. Stasiun Karbonasi digunakan untuk pusat oleh-oleh kerajinan. Bagian Besalen atau bengkel kini diubah menjadi kafe. Sekilas melihat, sangat berbeda sekali kondisi pabrik ini sebelum dan sesudah direnovasi.Hal yang cukup penting bagi saya adalah biaya masuk ke tempat ini masih di gratiskan hingga waktu yang belum ditentukan J. PT Sinergi Colomadu selaku pengelola mengatakan sengaja masih menggratiskan biaya masuk ke objek wisata yang dulunya merupakan bekas Pabrik Gula (PG) Colomadu tersebut. Pengunjung dapat berfoto-foto hingga pukul 22.00 WIB karena banyak titik yang ΓΒ’Γ’βΒ¬Γ
βInstagramableΓΒ’Γ’βΒ¬. Pihak pengelola juga berupaya menarik minat anak-anak untuk berkunjung karena di dalamnya terdapat museum yang menceritakan sejarah PG Colomadu.Di sisi lain, revitalisasi PG Colomadu juga mendapatkan kritik pedas dari beberapa pihak termasuk budayawan dan seniman. Menurut mereka yang disayangkan adalah hilangnya nilai heritage yang terbangun sejak sekitar 150 tahun lalu. Nilai tersebut bukan melulu tentang pabriknya, namun juga dampak-dampak yang timbul atas berdirinya PG Colomadu. Mesin-mesin PG Colomadu telah melalui proses panjang selama 150 tahun, sehingga menciptakan fisik natural dan spesial. Dengan revitalisasi, mendadak nilai itu hilang. Selain itu, apabila hendak berwisata kesini saran saya adalah membawa bekal makanan sendiri. Karena harga makanan yang tersedia di kafetaria tergolong cukup mahal, agar sejalan dengan prinsip wisata hemat saya apalagi tiket masuknya masih gratis J. So, sudahkah memasukkan wisata heritage ke agenda akhir pekan?
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum