Taman Sari & Sumur Gumuling: Karya Seni Pendiri Yogyakarta
Rabu, 02 Mei 2018 11:34 WIB

Dodi Wijoseno

Jakarta - Situs Taman Sari dan Sumur Gumuling di Yogyakarta memang sudah terkenal eksotis. Di balik keindahan bangunannya, inilah karya seni Sultan Hamengku Buwono I.Yogyakarta, nama kota yang tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Beberapa julukan disematkan kepada kota ini, kota perjuangan. Karena pernah menjadi ibu kota Pemerintahan Indonesia dan juga salah satu pusat perlawanan terhadap penjajah di masa perjuangan kemerdekaan dahulu. Kota ini juga dijuluki juga sebagai kota pelajar karena banyaknya lembaga pendidikan yang berkualitas di sana, serta masih ada beberapa julukan lagi yang disematkan kepada kota ini karena kekhasannya.Di samping Tugu Yogya, pantai Parangtritis, Gunung Merapi, dan Keraton Kesultanan Yogyakarta yang sudah familiar sebagai ikon kota yang dikenal. Ada salah satu obyek wisata budaya yang juga cukup terkenal di kota ini yaitu: Taman Sari. Di beberapa panduan travel, Taman Sari ini disebut juga Water Castle, sebagai tempat pemandian Raja dan para istrinya beserta putri-putrinya di masa lalu. Pada tanggal 16 April 2018 lalu, sehabis mengikuti event lari Yogya Marathon 2018 di hari sebelumya, saya menyempatkan diri sejenak untuk mengunjungi situs Taman Sari ini sebelum kembali ke Jakarta.Obyek Wisata Taman Sari terletak di sekitar pusat kota Yogyakarta. Sangat mudah untuk menjangkaunya dengan berbagai moda transportasi yang ada di sana. Semakin banyaknya moda transportasi yang berbasis on-line juga semakin mempermudah akses ke obyek wisata tersebut. Sebelum kita masuk ke obyek wisata Taman Sari kita harus membeli tiket masuk, untuk wisatawan domestik harga tiket per orangnya pun cukup terjangkau yaitu Rp. 5,000. Kamu akan dikenakan biaya tambahan yang bisa dilihat di daftarnya untuk ijin pengambilan foto, tetapi sepertinya biaya tambahan untuk pengambilan foto ini dikenakan bila menggunakan kamera profesional. Yang perlu diperhatikan di tempat ini tidak diijinkan untuk menggunakan drone untuk pengambilan gambar dan tiket tanda masuk perlu di simpan untuk mengakses ruangan bawah tanah yang juga menjadi bagian dari obyek wisata Taman Sari. Jika ingin secara mendalam mengeksplore obyek wisata ini bisa menggunakan jasa guide yang telah siap membantu memberikan informasi di pintu masuk obyek wisata ini.Dari tempat penjualan tiket masuk kita akan melewati gerbang utama Taman Sari yang megah. Menurut beberapa buku dan sumber Sejarah, Taman Sari ini dibangun pada abad ke-18 (sekitar tahun 1758) oleh Pangeran Mangkubumi. Sang pendiri Kesultanan Yogyakarta yang ketika menjadi Sultan pertama Yogyakarta bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Karenanya Taman Sari ini juga membingkai sejarah awal berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Setelah melewati gerbang utama kita akan melihat kolam-kolam yang di masa lalu digunakan sebagai tempat pemandian. Ada beberapa kolam pemandian di dalam area komplek Taman Sari tersebut, salah satunya dinamakan dengan Umbul Pasiraman yang merupakan tempat pemandian untuk Sultan, para istri serta putri-putri Raja. Kompleks ini dikelilingi oleh tembok-tembok yang tinggi dan di dalam kompleks ini terdapat tiga buah kolam yang bernama: Umbul Muncar, Blumbang Kuras, dan Umbul Binangun. Pada masanya, selain Sultan hanya istri dan putri-putrinya yang diizinkanΓ masuk ke dalam kompleks ini. Silahkan berfoto di tempat ini tetapi jangan sampai merusak dan harus menjaga kesopanan karena kompleks Taman Sari ini adalah situs cagar budaya. Menurut berbagai sumber, arsitektur megah dan indah di kompleks Taman Sari ini merupakan perpaduan dari berbagai macam budaya yang ada. Karena Sultan Hamengku Buwono I adalah seorang pecinta seni dan Taman Sari ini merupakan karya arsitektur monumental pada masa kepemimpinannya. Sebagai informasi tambahan Sultan Hamengku Buwono I juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena kegigihannya dalam menentang penjajah VOC. Karenanya Sultan Hamengku Buwono I adalah salah satu pribadi yang sangat disegani penjajah di tanah Jawa ini. Sebagai ahli strategi militer, kontruksi kokohΒ kompleks Taman Sari ini mungkin bisa difungsikan juga sebagai benteng pertahanan.Setelah melihat kolam-kolam dan bangunan di area kompleks Taman Sari, ada satu situs yang jangan sampai dilewatkan yaitu situs masjid bawah tanah yang juga dikenal dengan nama situs Sumur Gumuling yang berada di dekat kompleks Taman Sari. Ditemani seorang guide saya menuju ke tempat itu. Setelah melewati perkampungan penduduk kita akan sampai di gerbang situs bawah tanah ini, tunjukkan tiket masuk kembali kepada penjaga untuk bisa mengakses tempat ini. Dari pintu masuk kita akan turun memasuki bangunan berupa lorong-lorong yang menurut saya suasananya cukup hening dan sejuk karena berada di bawah tanah. Konon menurut cerita, entah hanya legenda atau fakta lorong-lorong tersebut pernah terhubung hingga laut Selatan atau tepatnya Pantai Parangtritis.Setelah beberapa waktu menyusuri lorong akan terlihat tangga-tangga dari 5 sisi yang menyatu di bagian tengah dan di sisi-sisinya terdapat bangunan dua tingkat. Inilah situs sumur Gumuling yang pada masa lalu juga difungsikan sebagai Masjid bawah tanah, kontruksi bangunannya membuat saya terkagum-kagum dan kelihatannya restorasi besar-besaran telah dilakukan untuk menyelamatkan bangunan yang tersisa dari situs ini. Yang berkesan bagi saya di tempat ini adalah 5 tangga yang bertemu di satu titik jika dilihat dari atas, sarat dengan filosofi. Sayang pada waktu itu sedang dilakukan foto prewedding di area tersebut sehingga saya tidak bisa mengambil gambarnya secara utuh.Sekitar 1 jam saya mengeksplore kompleks Taman Sari, tentu masih banyak hal yang terlewatkan karena harus segera berangkat ke Stasiun untuk kembali ke Jakarta tetapi wisata sejarah meski dalam waktu yang singkat selalu memberikan banyak makna. Ada rekaman kisah dari kejayaan masa lampau yang dibingkai dalam setiap peninggalannya baik berupa monumen ataupun karya arsitektur lainnya. Sudah selayaknya generasi muda mencintai dan melestarikan situs-situs budaya ini agar kelak sejarah bisa diceritakan kembali pada generasi yang akan datang, ini akan menjadi tanggung jawab kita bersama. Dan semoga Yogya akan tetap selalu istimewa dengan segala kekhasannya.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!