Cerita Backpacker, Bersyukur hingga Dipalak di Labuan Bajo
Sabtu, 20 Jan 2018 14:55 WIB
Adilah ata
Jakarta - 'The world is a book and those who don't travel read only one page'. Kata-kata yang sering diucapkan dosen saya ketika di kelas, salah satu motivasi untuk mendorong saya agar tidak berdiam diri di kos.Sebuah perencanaan harus disusun secara sistematis agar perjalanan yang dilakukan menyenangkan dan tidak ada kendala, seperti mencari informasi seputar tentang daerah tujuan wisata, akomodasi serta aksesbilitas. Memiliki waktu luang dan uang juga merupakan syarat penting sebelum melakukan sebuah perjalanan. Buat kalian yang masih kuliah maupun yang sudah bekerja, kalian bisa menyisihkan uang untuk menabung. Setelah uang sudah terkumpul, cobalah pilih waktu yang tepat untuk traveling agar tidak mengganggu waktu kuliah atau kerja kalian. Karena waktu luang itu sangat penting dalam melakukan perjalanan. Sesudah itu jaga kesehatan jasmani dan rohani agar perjalanan kalian lebih nyaman dan menyenangkan. Terakhir, angkat ranselmu dan mulailah traveling. Cara itu biasanya yang saya lakukan sebelum memulai traveling.Kali ini saya ingin menulis sedikit cerita perjalanan ke Timur Indonesia pada awal bulan April 2017 kemarin tepatnya Pulau Komodo, Manggarai Barat. Pulau Komodo dikenal sebagai tempat habitat asli hewan komodo. Sebenarnya Taman Nasional Komodo tidak semata-mata dikenal dengan tempat habitat hewan komodo saja, melainkan terdapat juga pulau-pulau di sekitar kawasan Taman Nasional Komodo yang memiliki panorama sabana dan pemandangan bawah laut yang yang sangat indah. Salah satu potensi yang terdapat di pulau-pulau di sekitar Taman Nasional Komodo yaitu wisata baharinya, misalnya, memancing, snorkeling, diving, kano dan bersampan. Sedangkan di daratan, potensi wisata yang dapat dilakukan yaitu pengamatan satwa, hiking dan kemping.Setelah adanya perkembangan pariwisata di Indonesia, Taman Nasional Komodo dijadikan salah satu destinasi kebanggaan yang dimiliki oleh Indonesia. Bahkan sekarang jumlah kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara semakin meningkat setiap tahunnya. Itulah alasan kenapa saya menilai Pulau Komodo merupakan destinasi yang wajib dikunjungi. Jika wisatawan mancanegara saja berbondong-bondong ingin ke pulau komodo, masa iya saya sebagai warga Negara Indonesia tidak ke sana.Semua harus kami persiapkan mulai dari tiket pergi sampai pulang dari Bali-Labuan Bajo, akomodasi di Labuan Bajo, informasi seputar Labuan Bajo dan Pulau Komodo, sampai kapal untuk sailing yang membawa kami berkeliling Pulau Komodo serta gugusan pulau lainnya yang ada di sana. Kami saling berbagi tugas dalam memudahkan dan melancarkan rencana yang telah kami buat. Kami harus saling berkontribusi karena ini bukan perjalanan menggunakan agen travel.Dengan pertimbangan yang matang, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan laut dari Bali menuju Labuan Bajo menggunakan kapal laut milik Pelni yaitu KM Leuser. Kapal ini harganya relatif cukup murah sekitar Rp 228 ribu per orang dan kami sudah dibawa berlayar mengarungi samudera selama 26 jam untuk sampai ke Pelabuhan Tilong Labuan Bajo. Menurut kami, kapal ini kurang dijaga kebersihannya karena di ruangan tempat kami tidur masih banyak kecoa kecil yang berkeliaran sehingga kami merasa kurang nyaman saat tidur di kapal ini. Kami merasa beruntung menggunakan kapal Pelni ini.Β Kami sampai pada pukul 02.00 waktu setempat (WIT) dan kami awalnya sudah merencanakan untuk menginap di ruang tunggu kapal Pelni dalam menghemat pengeluaran, namanya juga backpacker. Di sini banyak juga calo-calo yang mengerubungi kami dan menawarkan berbagai paket perjalanan ke Pulau Komodo, Waerebo sampai Kelimutu. Namun kami tolak secara sopan untuk tidak menyakiti hati mereka semua. Setelah sampai di ruang tunggu kami semua beristirahat, walaupun secara bergantian dikarenakan kami harus menjaga semua barang yang kami bawa. Di setiap perjalanan, rasanya kurang lengkap bila tidak ada masalah. Salah satu masalah yang kami alami yaitu saat tidur di ruang tunggu kami di palak secara tidak sopan oleh 2 pria yang sedang mabuk. Mereka sudah mengincar dari awal saat kami datang namun karena kami tidak ingin diganggu lebih lanjut, kami memberi mereka sedikit uang agar mereka cepat pergi. Kejadian tersebut kami jadikan pelajaran untuk selalu berhati-hati dalam melakukan setiap perjalanan.Pukul 05.00 WIT, empat orang dari kami keluar dari areal pelabuhan untuk mencari tempat sarapan dan mandi, karena jam 07.00 WIT kami sudah ditunggu oleh pihak kapal sailing yang sudah kami pesan sebelumnya. Setelah berkeliling cukup jauh sekitar 20 menit, kami bertemu dengan bapak yang sedang membersihkan halaman di depan warungnya. Bapak itu bernama Pak Suyono yang merupakan orang perantauan dan sudah 20 tahun bertempat tinggal di Labuan Bajo. Sekarang beliau sudah mempunyai usaha warung makan Bugis. Pak Suyono sangat baik karena 5 memperbolehkan kami mandi di rumahnya dan kami sangat bersyukur serta telah dipertemukan dengan Pak Suyono.Waktu sudah menunjukan 07.00 WIT kurang, kami langsung kembali lagi menuju dermaga Labuan Bajo. Di dermaga ini banyak sekali kapal-kapal kecil yang bersandar untuk memenuhi kebutuhan wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk melakukan sailing ke Pulau Komodo. Mulai dari kapal open deck yang awalnya merupakan kapal nelayan yang dirubah sedikit untuk menjadi kapal sailing. Selain itu ada kapal-kapal yang memiliki kamar atau biasa disebut cabin class, baik berupa cabin fan ataupun cabin ac.Setelah berkeliling mencari kapal yang menjadi teman perjalanan kami selama 4 hari 3 malam, kami bertemu dengan pemilik kapal namanya Pak Noerdi. Beliau memiliki banyak sekali kapal-kapal sailing yang disewakan ke wisatawan, mulai dari yang murah sampai yang mahal. Kami sepakat memakai kapal Pak Noerdi karena harganya yang cukup murah untuk ukuran cabin ac, di mana kami hanya membayar Rp 1,8 juta per orang untuk 4 hari 3 malam. Fasilitas yang ada juga cukup lengkap, di sini kami sudah mendapatkan makan 3 kali sehari selama 4 hari, alat-alat snorkeling, kamar yang terdapat ac, serta kru lokal yang sangat ramah.Selain itu, kami juga akan dibawa mengelilingi destinasi yang berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo yang totalnya ada 13 destinasi. Sailing kali ini kami ditemani oleh seorang kapten bernama Pak Said, seorang koki bernama Pak Yunus dan dua orang crew yaitu Fikran dan Akmal. Mereka sangat baik kepada kami, bahkan mereka juga selalu membuat kami tertawa dengan lelucon khas yang selalu mereka buat. Makanan yang dibuat oleh Pak Yunus juga sangat lezat dan mengandung 4 sehat 5 sempurna.Perjalanan kami dimulai dari Pulau Kelor. Pulau yang paling dekat dari pelabuhan Tilong Labuan Bajo, sekitar 1 jam perjalanan. Di sini, untuk melihat pemandangan dari atas puncak, kami harus trekking selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu perjalanan kami lanjutkan ke Pulau Rinca, di mana untuk mencapainya memakan waktu kurang lebih 2 jam karena letaknya yang lumayan jauh. Pulau Rinca adalah salah satu pulau yang dihuni oleh Komodo. Jumlah Komodo di Pulau Rinca ini sekitar 2.870 ekor. Tapi sensasi trekking di Pulau Rinca ini sangat berbeda karena di sini terdapat padang sabana yang membentang luas sehingga membuat kami merasa berada di lokasi syuting film Jurrasic Park.Komodo di Pulau Rinca juga tidak begitu agresif, walaupun begitu kami tetap berhati-hati karena komodo mempunyai penciuman yang sangat kuat khususnya terkait dengan darah. Tapi, kami ditemani ranger yang sudah sangat profesional sehingga tidak perlu khawatir dan takut terhadap kadal besar yang sudah diakui oleh dunia. Selain itu, Pulau Komodo juga merupakan lokasi tempat tinggal komodo. Populasi komodo di sini lebih banyak dari Pulau Rinca yaitu 2.918 ekor dan masih terus bertambah. Komodo di sini juga besar-besar dan mudah ditemui di hutan-hutan sekitar kawasan Pulau Komodo. Selain itu komodo di sini lebih bersifat agresif karena kekurangan makanan dibandingkan dengan Pulau Rinca. Untuk memasuki Pulau Rinca maupun Pulau Komodo, wisatawan dikenakan biaya sebesar Rp 80 per orang di mana biaya tersebut sudah termasuk ranger. Pos yang menjadi pintu gerbang untuk memasuki kawasan Pulau Rinca dan Pulau Komodo dinamakan dengan Loh Liang dan Loh Buaya.Setelah puas bertemu dan melihat langsung serta belajar tentang banyak hal dari komodo, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk melihat keindahan lainnya yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo, salah satunya adalah Pantai Pink. Di sini kami melakukan aktivitas snorkeling dan berenang sampai ke pesisir Pantai Pink. Setelah itu, kami melanjutkan trekking pada waktu sunset dan sunrise ke salah satu 7 pulau yang sekarang lagi dikenal banyak orang, yaitu Pulau Padar. Betapa indahnya pemandangan Pulau Padar dari atas karena pesona konturnya yang berbukit-bukit dan menjulang tinggi membuat pulau ini sangat menarik.Inilah beberapa dari banyaknya serpihan surga lainnya yang tersebar dengan keindahan alam di Kawasan Taman Nasional Komodo. Semua dapat ditemukan di Kawasan Taman Nasional Pulau Komodo, karena keindahan wisata bahari yang masih alami dan masih terjaga keasriannya sehingga membuat traveler wajib untuk mengunjungi Pulau Komodo. Setelah 4 hari 3 malam kami sailing ke 13 destinasi, kami kembali ke Bali untuk melanjutkan rutinitas seperti biasanya.
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan