Menemukan Oase Hijau di Tengah Hiruk Pikuk Jakarta

Jakarta - Tersembunyi di balik hiruk pikuk Jakarta, sebuah oase hijau di kawasan Ancol. Lupakan rutinitas dan bersantailah sejenak di sini.Untuk kesejukan raga, kita bisa jalan-jalan di kawasan hijau terbesar di Jakarta Utara, yakni di Allianz Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol.Hutan kota seluas hampir 34 Hektar ini ditata apik dengan mengkombinasikan hutan, danau dan sungai. Di dalamnya kita bisa mendapatkan lebih dari sekadar pemandangan hijau. Kita bisa berolahraga di Ecopark yang ada danau di tengahnya. Kita juga bisa memperkenalkan kepada anak-anak kita aktivitas Agriculture seperti bercocok tanam, budidaya madu lebah, beternak kambing, bebek dsb. Semua kegiatan Agriculture ini bisa dilakukan di Learning Farm zone.Kita juga bisa melihat berbagai fauna unik di Faunaland. Ada wallaby, tapir, kura-kura berumur 75 tahun, berbagai jenis burung eksotis, sampai Singa Putih. Total tak kurang dari 109 jenis biota unik menghuni Faunaland.Ok, tadi itu kalau kita mau mencari kesejukan raga. Selanjutnya kesejukan jiwa. Kita bisa mendapatkanya tepat di seberang gerbang masuk Ecopark. Tempat itu adalah Pasar Seni Ancol yang legendaris.Berdiri sejak tahun 1977, Pasar Seni Ancol telah menjadi bagian dari cerita banyak penduduk Ibu Kota. Pasar Seni Ancol selalu menjadi tempat berkumpulnya para pelaku seni, para kolektor, pengusaha dan masyarakat umum penikmat seni.Pasar yang menempati area seluas 5,25 Ha ini terdiri dari 210 kios. Semua kiosnya menjadi studio dan galeri mini para seniman. Ada seniman pelukis, pemantung, pembuat keramik, dsb. Terdapat juga area lapangan dengan panggung tempat diselenggarakannya berbagai pertunjukkan seni.Pada kesempatan acara d'Traveler Piknik hasil kerjasama detikTravel dan Taman Impian Jaya Ancol ini, saya beruntung bisa menyaksikan seniman pembuat Silhouette, Priadji Kusnadi sedang beraksi. Nampak beliau sedang membuat objek silhouette dari seorang pengunjung.Nuansa seni yang kental yang memenuhi area pasar seni Ancol, bisa memberikan kesejukan pada jiwa kita yang selama ini terpanggang oleh panasnya belantara beton beserta segala dinamika dramanya.