Akhir Pekan di Solo, Nikmati Makanan Khas sampai Museum
Minggu, 05 Nov 2017 11:45 WIB
Novi Kusumayanti
Jakarta - Dalam hitungan hari, Solo akan menggelar hajat Pernikahan Kahiyang-Bobby. Traveler bisa menikmati pesona Solo di akhir pekan, dari makanan khas sampai museum.Dengan menggunakan kereta Argo Lawu saya bersama 3 teman saya berangkat menuju Solo. Sesampainya di Solo kami mencari tempat sarapan dengan menu tradisional khas Solo. Akhirnya kami menuju Stadion Manahan dimana terdapat deretan penjual makanan tradisional.Kami memilih pecel ndeso dengan nasi merah, nasi liwet dengan ceker ayam, cabuk rambak dan wedang asle. Setelah perut terisi, kami meneruskan perjalanan menuju penginapan kami di Jalan Imam Bonjol.Ternyata seperti di Jakarta, di Solo pun setiap hari Minggu pagi diadakan hari bebas kendaraan bermotor di sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan untuk berjalan kaki sepanjang area HBKB tersebut.Sepanjang jalan terlihat beberapa beberapa kelompok warga yang berolah raga. Ada pula beberapa keluarga yang berjalan-jalan santai. Lapar dan haus setelah berolah raga? Tak perlu khawatir, karena di trotoar sepanjang area HBKB banyak yang berjualan makan dan minuman.Tujuan pertama adalah adalah Pasar Gede. Menurut saya, di pasar tradisional lah kita dapat melihat budaya dan kebiasaan penduduk setempat. Sebetulnya di dalam Pasar Gede ini ada beberapa penjual kudapan dan makanan khas Solo. Namun karena masih terlalu pagi, kami hanya melihat kegiatan jual beli seperti di pasar lainnya.Di samping Pasar Gede ini terdapat pula Klenteng Tien Kok Sie yang telah berusia lebih dari 200 tahun. Karena letaknya yang berdekatan dengan pasar, tak jarang jalan di depan klenteng digunakan sebagai tempat bongkar muat sayur dan buah yang akan dijual di pasar.Sedikit melewati pasar Gede, kita akan menemui Benteng Vastenburg yang dibangun pada masa kolonial Belanda yang berfungsi sebagai bangunan untuk mengawasi kegiatan keraton Surakarta. Namun sayang benteng ini terkunci dan tertutup untuk umum.Kembali ke menyusuri Jalan Slamet Riyadi, kali ini kami berkunjung ke Museum Radya Pustaka yang merupakan museum tertua di Indonesia. Museum ini menyimpan koleksi benda-benda peningalan sejarah kota Solo.Setelah puas berkeliling di museum Radya Pustaka, kaki kami pun melangkah menuju Loji Gandrung yang merupakan bangunan cagar budaya. Dulunya digunakan sebagai rumah dinas para pejabat Belanda pada masa kolonial dan juga digunakan sebagai tempat dansa/pesta. Kini bangunan tersebut digunakan sebagai rumah dinas Walikota Solo.Oh iya, bagi penggemar kain batik, jangan melewatkan untuk berkunjung ke Museum Danar Hadi yang juga berlokasi di Jalan Slamet Riyadi. Selain dipamerkan berbagai motif batik di museum ini pun diperlihatkan proses pembuatan batik tulis tulis dan batik cap.Selesai menyusuri Jalan Slamet Riyadi, kami berkesempatan untuk singgah sebentar ke Pura Mangkunegaran. Karena waktu yang terbatas, kami hanya sempat melihat-lihat bangunan sisi luar dari Pura Mangkunegaran yang biasa digunakan untuk berlatih menari.Perjalanan di Solo kali ini diakhiri dengan mengunjungi kampung Batik Laweyan dengan memasuki satu per satu rumah pengrajin batik untuk membeli beberapa helai kain batik.












































Komentar Terbanyak
Bonnie Blue, si Artis Porno Penuh Sensasi Itu Akhirnya Diusir dari Bali
5 Negara yang Melarang Perayaan Natal, Ini Alasannya
Fadli Zon Jumpa PB XIV Mangkubumi di Jakarta, Bahas Kepemimpinan Keraton Solo