Belajar Makna Hidup di Gunung Gede Pangrango
Senin, 04 Des 2017 13:45 WIB

Husaini.mhd
Jakarta - Mendaki gunung tidak hanya menikmati keindahan alam saja. Tetapi juga ada cerita perjalanan yang siap bikin kamu deg-degan. Tidak akan terlupakan!Pendakian kali ini menjadi pengalaman yg teramat berharga untuk kami, perjalanan yang mengajarkan kami apa itu makna hidup, terutama menghadapi hipotermia, kesurupan dan kematian yang sampai saat ini menjadi momok menakutkan bagi para pendaki gunung. Tidak sedikit kita mendengar berita meninggalnya seorang pendaki yang diakibatkan oleh hipotermia.Bertemu Korban yang Meninggal, Hipotermia dan Kesurupan Saat Mendaki Gunung Gede Pangrango via Jalur Putri dan Turun lewat Jalur CibodasTahun 2015 silam tepatnya tanggal 2 Juni, saya dan 5 orang teman lainnya mendaki Gunung Gede Pangrango. Kami mendaki via Jalur Putri dan turun lewat Jalur Cibodas. Sehari sebelumnya kita berenam berangkat dari Bandung menggunakan motor. Sesampai di Cibodas kamipun menuju kantor TNGP dan mengurus SIMAKSI untuk pendakian esoknya. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke rumah temannya teman salah satu dari kita untuk beristirahat setelah lelah perjalanan dari Bandung.Singkat cerita, setelah semua siap sekitar pukul 7.30 pagi, setelah packing ulang dan cek ulang perlengkapan. Kitapun menitipkan motor, mulai berjalan dan mencarter angkot untuk menuju ke basecamp yang terletak di Desa Gunung Putri. Sesampai di sana kita pun memulai perjalanan, setelah melewati pemukiman warga dan perkebunan dengan medan yang menanjak. Tidak lama kita sampai di Pos Perizinan, sekitar pukul 10.00.Masih dengan medan yang sama, melewati ladang perkebunan penduduk yang semakin menanjak dengan trek yang di dominasi oleh tanah merah kita pun tidak luput beberapa kali istirahat. Menyesuaikan dengan salah satu dari kita yang baru pertama kali mendaki. Jadi kami berjalan cukup santai menikmati perjalanan tanpa buru-buru.Sekitar pukul 10:45, kita pun mulai memasuki hutan tropis yang dipenuhi pepohonan dan sampai di Pos 1 Legok Leunca sekitar pukul 11.22. Ketika itu ada beberapa petugas yang lewat dan salah satunya duduk beristirahat bersama kami setelah sedikit berbincang. Beliau memberitahukan bahwa di alun-alun Surya Kencana ada korban meninggal kemarin sore, yang katanya terkena Hipotermia, dan hari ini sedang di evakuasi. Beliau bercerita kalau di sini memang cukup banyak korban yang meninggal, tapi yang dipublikasikan hanya beberapa. Beliau mengingatkan kami untuk berhati-hati karena cuaca saat itu bisa mencapai 0 derajat celcius. Saat pertama mendengar di atas ada korban meninggal, tidak bisa dipungkiri ada sedikit perasaan gak karuan dalam hati.Setelah beristirahat kita pun melanjutkan perjalanan, di sini trek perjalanan semakin terjal menanjak, jarang sekali menemukan landainya. Di sepanjang perjalanan entah kenapa suasana terasa hening, sepi, saat itu jarang sekali menjumpai pendaki lain, bisa dibilang hanya 1-2 tim pendaki yang turun. Di pos 3 pun tidak ada yang berjualan, semakin ke sini medan jalan semakin terjal dan curam, cukup menguras tenaga.Kita pun semakin sering beristirahat bahkan waktu itu teman yang baru pertama kali naik gunung tadipun meminta kita berhenti hampir stiap 10 menit sekali, beruntungnya kita saling memahami kalau perjalanan ini memang untuk dinikmati.Sekitar pukul 13:40 dari atas terdengar suara banyak orang yang sedang turun, kamipun menduga-duga jika itu tim evakuasi yang sedang membawa korban. Beberapa saat kemudian, terlihat 4 orang yang sedang menandu korban dan 4 orang lainnya yang saling membantu berjibaku melewati medan turun yang sangat curam. Sesaat kamipun terdiam hanya bisa melihat sesosok mayat melewat tepat di depan mata dan berucap Innalillahi Wainna Ilaihi Roji'un.Kemudian, kamipun melanjutkan perjalanan. Suasana semakin hening, kami tidak saling membicarakan seolah tidak terjadi apa-apa. Seolah pula kami mengerti perasaan masing-masing.Berjalannya waktu, kamipun sesekali bercanda untuk memecah keheningan. Disela istirahat perjalanan, kami membuat kopi. Sekitar 15 menit sebelum Surya Kencana turun hujan, memaksa kita untuk memakai jas hujan. Sekitar pukul 16:24 kitapun sampai di Surya Kencana.Tidak lama hujan semakin deras disertai angin yang kencang. Kamipun berteduh dan membuat shelter dari ponco. Meski demikian hampir semua pakaian yang kita pakai sekejap basah kuyup. Kitapun mulai kedinginan dan sedikit mengigil ditambah perut mulai terasa lapar. Setelah 50 menitan, hujanpun mulai reda, dan kamipun bergegas untuk melanjutkan perjalanan.Baru saja keluar dari tepian, tiba-tiba jauh di tengah savana ada seorang wanita menggunakan payung berteriak dengan sangat keras meminta tolong. Kamipun terkejut dan segera berlari menghampirinya. Ketika akan berlari menghampirinya.Sesampai di tengah savana itu ternyata mereka mendirikan 2 tenda. Terlihat 3 orang perempuan yang sedang histeris melihat 1 teman cowonya yang sedang mengalami kejang-kejang terkena hipotermia. Kami pun bergegas untuk membantu. Saat itu mereka semua panik, terlihat kacau karena tenda dan hampir semua perlengkapan mereka basah. Kondisi korban saat itu terlihat sangat menggigil, susah bernafas, mata selalu melihat ke atas serta anggota tubuhnya seperti mati rasa dan sering mengigau menyebut nama ayahnya yang sudah meninggal. Sontak kakaknya pun histeris berteriak ketakutan, sambil menangis yang membuat suasana semakin panik, juga pacar korban yang ikutan menangis mereka berdua sudah berfikir terlalu jauh membayangkan korban akan meninggal.Kami mencari bantuan, setelah berjalan cukup jauh akhirnya kita menemukan lokasi para pendaki yang mendirikan tenda. Kemudian kami menceritakan kejadiannya, dan merekapun mengikuti kami ke lokasi kejadian.Saat itu langit mulai gelap dan setibanya di lokasi terdengar dari dalam tenda bacaan doa-doa seperti yang sedang tahlilan. Saya pikir korban meninggal, ternyata kakak korban yang menjadi korban kesurupan.Sebelum kesurupan kakak korban sering menangis histeris melihat kondisi adiknya, dan dua wanita lainnya meminta izin untuk mengganti pembalut di tenda kita dan kembali keluar. Tidak lama kemudian terdengar teriakan histeris aneh dari kakak korban sembari tertawa-tawa dan dua wanita tadipun kembali ke tenda kita sambil menangis ketakutan. Salah satu dari wanita itu berkata ada yang mengikuti mereka, dan wanita satunya lagi memberitahu bahwa dia memang bisa melihat makhluk halus.Suasana semakin menegang karena kakak korban yang kesurupan itu semakin histeris menjerit-jerit, tertawa-tawa tidak karuan. Untungnya salah satu dari kita ada yang bisa mengatasi kesurupan tersebut, dibantu dengan teman-teman lainnya. Setelah beberapa saat syukur Alhamdulillah suasana semakin terkendali, kedua korban itu semakin membaik.Esoknya sekitar pukul 05.30 kita pun bangun, sholat dan menikmati setiap keindahan alam yang Tuhan suguhkan. Setelah puas bersantai kita pun bergegas beres-beres dan packing untuk melanjutkan perjalanan pulang lewat jalur Cibodas. Sekitar pukul 10.30 kita memulai perjalanan menuju Puncak Gunung Gede dengan trek yang di dominasi tanjakan curam. Semakin ke atas medan yang ditempun semakin ekstrim, sekitar pukul 11:30 kita pun sampai di Puncak dan beristirahat.Setelah puas, waktu pun menunjukan pukul 12.00 dan kami melanjutkan perjalanan menuju Kandang Badak. Kita pun mengambil jalur di sisi kanan untuk menghindari jalur terjal tanjakan setan. Saya akui jalur Cibodas ini banyak destinasi wisata indah yang dilewati, ramai, dan tentunya lebih landai dibanding jalur Gunung Putri. Sekitar pukul 17.18 kita pun sampai di Pos Panyancangan, setelah istirahat sejenak kita pun melanjutkan perjalanan.Dari sini jelanan mulai sepi, terasa hening ketika waktu menunjukan tepat pukul 18.00. Singkat cerita sekitar pukul 7 malam, kita pun sampai di Terminal Cibodas dan perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkot menuju rumah temannya teman kita. Setelah istirahat sejenak, kamipun pulang ke rumah masing-masing.
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang