Mumpung Weekend, Mendaki Gunung Papandayan Yuk!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mumpung Weekend, Mendaki Gunung Papandayan Yuk!

Brigida Emi Lilia - detikTravel
Minggu, 10 Des 2017 10:55 WIB
loading...
Brigida Emi Lilia
Pintu gerbang awal pendakian Gunung papandayan, berupa gapura besar
Trek awal pendakian adalah jalan berbatu dan sesekali sudah ada tangga yang juga dibuat dari batu untuk mempermudah pendaki melangkah
Di tengah perjalan menuju pondok saladah, kita akan menjumpai sungai kecil yang mengalir di tengah jalur pendakian
Pondok Saladah, lokasi kemping yang telah dilengkapi toilet permanen dan warung yang menyediakan minuman dan makanan hangat
Kawasan hutan mati yang eksotis, tempat favorit untuk berfoto
Mumpung Weekend, Mendaki Gunung Papandayan Yuk!
Mumpung Weekend, Mendaki Gunung Papandayan Yuk!
Mumpung Weekend, Mendaki Gunung Papandayan Yuk!
Mumpung Weekend, Mendaki Gunung Papandayan Yuk!
Mumpung Weekend, Mendaki Gunung Papandayan Yuk!
Jakarta - Gunung Papandayan cukup ramah untuk pemula. Jalurnya bersahabat dan dihiasi pemandangan alam yang cantik.Mengisi libur panjang di awal Desember, saya bersama beberapa orang teman berniat untuk melihat dan menikmati keindahan Gunung Papandayan. Karena kami bukan pendaki ketinggian tersebut kami rasa cocok. Karena tidak berniat untuk kemping di gunung, kami sudah memesan penginapan tak jauh dari alun-alun Cisurupan.Jam 6 pagi kami berangkat dari penginapan, udara garut yang dingin mengiringi perjalanan kami menuju lokasi. Hari masih pagi saat kami tiba di lokasi tetapi parkiran sudah ramai. Pukul 7 tepat kami memulai perjalanan. Memasuki pintu gerbang kami disambut jalanan beraspal yang mulai agak menanjak. Jalan aspal ini berujung pada tangga batu yang mengarah ke kawah.Kami pun melangkah menyusuri jalan berbatu, sesekali beristirahat, mengambil nafas, minum sambil menikmati pemandangan. Cuaca hari itu cerah, hanya angin berhembus sangat kencang sehingga kadang membuat kami goyah saat berdiri.Semakin mendekati kawah, aroma belerang semakin menyengat dan berangsur menghilang saat kami menjauh. Tiba di tempat istirahat yang pertama, kami menikmati teh hangat yang sebentar saja menjadi dingin.Perjalanan berlanjut, dari sini sebetulnya kami bisa langsung ke Hutan Mati. Treknya berada di sebelah kiri dengan tangga dari batu dengan jalan yang lumayan terjal, sementara jika ingin ke Hutan Mati melewati pondok Saladah kami harus menyusuri jalan di sebelah kanan dengan trek yang memutar, lebih jauh memang tapi banyak pemandangan cantik yang bisa dinikmati.Kami pun memilih jalan memutar, menyusuri hutan kecil, rumput yang menghijau dan sungai kecil yang mengalir di tengah trek. Yang agak mengganggu adalah adanya motor trail yang beberapa kali mondar mandir membawa aneka bawaan, sehingga kami harus minggir dan memberi jalan.Trek berbatu yang yang kami jumpai di awal, telah berubah menjadi jalan setapak dengan tanah berkapur yang agak becek. Di beberapa tempat kami harus berjalan dengan hati-hati karena jalan basah menjadi licin.Setelah melewati sungai kecil, jalan setapak akan lebih menanjak dan bisa memilih jalur yang berbeda untuk melanjutkan perjalanan. Jalur yang pertama tetap mengikuti jalan setapak terbuka dengan kemungkinan kembali bertemu sepeda motor, atau jalur lain yaitu menembus pepohonan dengan jalan yang menanjak terjal.Kami memilih jalur yang kedua, dan betul saja jalurnya lebih terjal tapi bebas dari motor dan lebih teduh karena dilindungi pepohonan. Jalan terjal ini berujung di jalur utama , di jalanan terbuka dan bertemu dengan jalur pertama tadi. Kembali kami beristirahat, melepas lelah sambil menikmati pemandangan yang ada, sesekali saling menyapa sesama pendaki.Jalanan di jalur terbuka ini cukup lebar .Dinding batu berada di sebelah kiri sedangkan di sebelah kanan adalah jurang dengan pepohonan dan semak-semak di bagian bawah, sementara di kejauhan nampak pemandangan pegunungan lain.Jika sudah sampai di sini maka perjalanan selanjutnya tidaklah terlalu sulit. Kami melanjutan perjalanan dan di balik bukit sudah terdapat tempat yang bernama Ghober Hoet yang merupakan area camping sunrise. Ada beberapa warung di sini , begitu juga toilet.Kami lanjutkan langkah, kali ini menuju pondok Saladah. Kembali kami berjalan di bawah pepohonan dan sesekali bertemu motor. Setelah berjalan beberapa menit, di ujung jalan mulai tampak tenda-tenda para pendaki yang menandakan bahwa kami telah sampai di pondok Saladah.Terdapat lapangan lebar di tengah-tengah, sementara di sekelilingnya terdapat tenda, warung dan toilet. Kami pun melepas lelah di salah satu warung, dan menikmati mie rebus, bubur kacang hijau dan bakso dengan secangkir teh hangat.Pemilik warung yang ramah menemani istirahat kami, menjawab pertanyaan dan menunjukan ada kebun edelweiss di dekat pondok Saladah, karena tahu kami tidak menuju puncak. Kami pun menuju ke kebun edelweiss, yang terletak tak jauh dari warung.Puas menikmati kebun edelweiss dengan bunganya yang tengah mekar kami pun melanjutkan perjalanan. Ada sedikit pesan dari pemilik warung, bahwa di warung beliau pengunjung bisa men-charge hpnya, karena pemilik warung memiliki genset. Sayang kami lupa menanyakan berapa tarifnya.Dari pondok Saladah menuju Hutan Mati tidak terlalu jauh, dengan trek yang relatif mudah kamipun tiba di sana. Batang-batang kayu yang menghitam akibat erupsi ditambah tanah yang berwarana keputihan, menciptakan pemandangan yang luar biasa, cantik sekali. Pantas saja banyak sekali yang terpesona dengan keindahan tempat ini.Puas memandangi hutan mati dan mengambil gambar, kami pun turun. Kabut pun datang dan pergi, mengiringi langkah kami. Perjalanan turun menjadi lebih cepat karena kami tidak banyak beristirahat dan takut hujan akan turun.Pukul 15.30, kami sampai diparkiran dengan perasaan senang meskipun lelah dan tidak lupa bersyukur atas karunia alam Indonesia yang indah. Oiya, bagi yang ingin mendaki Gunung Papandayan jangan lupa gunakan sepatu yang nyaman saat trekking dan pakailah masker agar terlindung dari bau belerang yang menyengat ya.
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads