Kisah Gua Batu di Dalam Sam Poo Kong Semarang
Selasa, 18 Jul 2017 15:19 WIB

Neny Setiyowati
Jakarta - Mendengar nama Sam Poo Kong, kawasan kelenteng pasti langsung terbesit ke dalam pikiraN. Di kawasan kelenteng ini ada sebuah gua yang asal-usulnya misterius.Mudik ke Semarang, tidak lengkap rasanya bila tidak mengunjungi Komplek Kelenteng Sam Poo Kong. Di sini terasa sekali perpaduan budaya Jawa dan Cina yang sudah tercipta sejak ratusan tahun yang lalu. Kami sekeluarga juga tidak melewatkan kesempatan ini.Merupakan suatu petilasan atau bekas tempat singgah dan pendaratan pertama seorang Laksamana Tiongkok muslim bernama Cheng Ho atau Zheng He. Terletak di daerah Simongan sebelah barat daya kota Semarang. Tempat ini juga terkenal dengan sebutan Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah gua batu besar yang terletak pada bukit batu.Karena memiliki arsitektur bangunan China, orang Indonesia keturunan China menganggap bangunan tersebut adalah Kelenteng. Selain bangunan-bangunan yang menyerupai Kelenteng terdapat deretan makam yang di keramatkan. Akhirnya tempat tersebut dijadikan tempat peringatan,ibadah dan ziarah. Untuk itu didalam gua batu di letakan sebuah altar serta patung-patung Sam Po Tay Djien. Bagi umat Kong Hu Cu, Cheng Ho adalah dewa karena menurut ajarannya orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan kepada mereka.Komplek Kelenteng Sam Poo Kong ini berisi Klenteng besar dan gua yang merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan atau penyembahan. Gua ini memiliki mata air yang tak pernah kering. Selain itu juga terdapat tempat penyembahan dari beberapa Kyai yang diantaranya adalah awak kapal Cheng Ho. Seperti Kyai Cundrik Bumi, Kyai Juru Mudi, Kyai Jangkar, Kyai Tumpeng. Serta terdapat Kelenteng Tho Tee Kong yang merupakan Kelenteng tua untuk memohon berkah.Beragam cerita tentang asal usul Gedung Batu. Ada yang bilang bahwa gua batu merupakan jelmaan kapal layar pedagang China yang terdampar (Cheng Ho). Ada juga yang mengatakan bahwa Gedung Batu di temukan oleh Cheng Ho yang sedang berlayar menyusuri pantai utara pada abad 15 dan berlabuh karena ada awak kapalnya yang sakit. Sesampainya di daratan dia menemukan sebuah gua yang dijadikan tempat istirahat, petilasan dan bersembahyang. Dalam persinggahannya Cheng Ho juga banyak berjasa seperti mengajarkan pengobatan orang sakit dari dedaunan yang tumbuh di sekitar serta bercocok tanam dan juga mengajarkan nilai-nilai social. Pada saat Cheng Ho harus melanjutkan pelayarannya kembali, beberapa awak kapalnya memilih untuk tinggal dan berbaur dengan penduduk setempat.Cerita lain mengatakan bahwa gua asli yang di temukan oleh Cheng Ho sudah runtuh karena longsor pada tahun 1704. Gua yang sekarang adalah gua buatan yang di buat mirip aslinya.Beragam cerita tersebut membuat tempat ini semakin menarik untuk dikunjungi selain beribadah dan berziarah. Arsitekturnya yang unik dan menarik, bangunannya kontras berwarna merah seperti tradisi China dan pola hiasannya mencerminkan unsur-unsur budaya Jawa. Barang-barang kuno seperti patung dan keramik China kuno yang berwarna-warni juga terpajang disini. Serta lokasinya yang strategis sangat mudah di temukan, dekat sekali dengan Tugu Muda Semarang. Perayaan tahunan sebagai peringatan pendaratan Cheng Ho menjadi salah satu agenda utama di kota Semarang. Harga tiket masuk ke halaman Kelenteng RP 3000 saja. Sedangkan untuk bisa memasuki komplek bangunan Kelenteng harus membayar RP 20.000. Bagi yang ingin bersembahyang tersedia dupa seharga RP. 10.000.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia