Mendalami Budaya Minangkabau di 5 Tempat ini

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mendalami Budaya Minangkabau di 5 Tempat ini

Merza Gamal - detikTravel
Senin, 17 Apr 2017 10:30 WIB
Jakarta - Traveler yang mau mendalami sejarah Minangkabau bisa datang ke 5 destinasi di Batu Sangkar. Di sini banyak ditemukan situs sejarah kejayaan Minangkabau.Berkunjung ke Batusangkar, traveler bukan hanya menemukan pemandangan alam yang asri. Namun juga akan menemukan berbagai ragam situs peninggalan budaya Minangkabau. Batusangkar merupakan pusat budaya perkembangan Minangkabau sejak dahulu kala.Sebelum kita ke Istano Basa Pagaruyung yang terkenal itu, ada baiknya traveler singgah dahulu di Nagari Tuo Parahyangan. Travel Budget, sebuah media pariwisata berpengaruh di dunia,Γƒβ€šΓ‚Β  menjatuhkan pilihan pada Nagari Pariangan sebagai Desa terindah di dunia. Banyak kriteriaΓƒβ€šΓ‚Β  dalam menjatuhkan pilihan, di antaranya keasrian danΓƒβ€š Γƒβ€š warisan leluhur Γƒβ€š yang masih terjaga apik, yang menjadi ciri dan identitas budaya Sumatera Barat.Perkampungan di lereng Gunung Marapi nan sejuk ini mampu bersanding dengan keindahan Desa Wengen dari Swiss, Desa Eze dari Prancis, Niagara on The Lake di Kanada, serta Desa Cesky Krumlov dari Republik Ceko.Nagari Paraiangan terletak di kaki Gunung Marapi, berdasarkan tambo atau cerita rakyat dipercaya luas sebagai asal-usul orang Minangkabau. Dalam tambo yang tersimpan di nagari itu, asal-usul orang Minangkabau berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain.Iskandar Zulkarnain dipercaya sebagai seorang penguasa dengan wilayah kekuasaan yang membentang dari belahan bumi bagian barat hingga timur yang hidup pada ribuan tahun lalu. Sultan Iskandar memiliki tiga anak, yakni Sultan Suri Maharajo Dirajo, Sultan Maharajo Alif, dan Sultan Maharajo Depang yang merantau ke negeri seberang.Di tengah jalan ketiganya berpisah, dan tinggal Sultan Suri Maharajo Dirajo bersama pengikutnya yang berlayar hingga tiba di kawasan Gunung Marapi. Goa-goa tempat tinggal yang berupa ruangan akhirnya disebut 'Paruangan' hingga kemudian menjadi 'Nagari Pariangan'.Setelah puas melihat Desa terindah dunia tersebut, traveler bisa beranjak ke Limokaum. Di sana akan ditemui situs sejarah Batu Batikam dan Batu Basurek.Batu Batikam, sesuai namanya ini adalah sebuah batu berbentuk segitiga dengan lubang tikaman di tengahnya. Mitosnya, batu itu berlubang karena ditikam keris.Situs Batu Batikam dengan latar belakang pohon beringin raksasa memberikan kesan mistis saat kita memasuki area seluas 1.800 m2, terletak sekitar 4 km dari pusat kota Batusangkar.Situs Batu Batikam merupakan medan nan bapaneh, yaitu tempat bermusyawarah kepala suku. Deretan batu yang membentuk formasi segi panjang adalah tempat duduk para ketua suku ketika bersidang.Di tengahnya, di atas susunan batu, terdapat batu yang hampir berbentuk segitiga terbalik terbuat dari batuan andesit dengan lubang pipih menembus batu di bagian atasnya, mirip bekas tikaman senjata tajam, sehingga disebut Batu Batikam. Batu Batikam ini berukuran tinggi 55 cm, tebal 20 cm, dan lebar 45 cm.Pada salah satu penanda yang dibuat dinas setempat di situs Batu Batikam, menyebutkan bahwa menurut kepercayaan tradisional Minangkabau, Batu Batikam ini berlubang karena ditikam oleh Datuak Parpatih Nan Sabatang yang berselisih paham dengan saudara tirinya yang bernama Datuak Katamanggungan.Sedangkan Batu Basurek yang terletak di Kuburajo Limokaum, sekitar 3 km dari pusat kota Batusangkar. Batu ini diyakini berasal dari zaman Kerajaan terdahulu dan sudah berumur 6 abad lebih. Batu Basurek menggunakan tulisan jawa kuno dan ditulis dalam bahasa Sansakerta.Batu ini terletak di atas makam Raja Adityawarman dengan tulisan kuno. Lebar batu basurek yaitu 25 cm dengan tinggi 8 cm, ketebalan 10 cm dan berat 50 kg. Batu ini pertama kali ditemukan oleh seorang pakar sejarah dari Belanda bernama P. H. Van Hengst pada tanggal 16 Desember 1880. Usia batu Basurek kini sudah mencapai 650 tahun lebih.Secara harfiah, Batu Basurek berarti Batu bertulisan. Jadi, Batu Basurek dapat berarti batu yang memiliki tulisan dan menyampaikan suatu pesan tertentu. Tulisan yang terdapat dalam batu tersebut diartikan sebagai berikut: ΓƒΒ’Γ’β€šΒ¬Γ…β€œAdityawarman maju perkasa, ia penguasa Kanakamedinindra atau Suwarnadwipa (Sumatera atau Tanah Emas). Ayahnya Adwayawarman. Dia keluarga Indra."Masih ada satu lagi situs sejarah terkenal di Nagari Limokaum, yaitu Masjid Raya Limokaum. Masjid ini merupakan masjid tuaΓƒβ€š dalam sejarah Minagkabau.Sejarah pembangunan Masjid Raya Limokaum tidak diketahui secara pasti, tetapi berkaitan dengan Syekh Burhanuddin yang berhasil mengislamkan daerah Limokaum. Pada waktu itu, Limokaum merupakan kerajaan kecil dari wilayah kerajaan Minangkabau. Berdasarkan cerita sejarah, masjid pertama yang dibangun di perkampungan kecil daerah Lima Kaum pada tahun 1650.Masjid Raya Limokaum berdiri di tempat yang dahulunya berdiri sebuah pagoda semacam candi. Keberadaan pagoda tersebut mempengaruhi arsitektur masjid yang mencerminkan sinkretisme atau pencampuran paham antara Buddha dan Islam dalam pembangunannya. Bangunan masjid bertingkat lima dengan tinggi mencapai 55 meter, seperti pagoda yang menjulang tinggi tetapi sudah dimodifikasi sebagai perlambang rukun islam.Akhirnya, sampailah kita ke Istano Basa Pagaruyung yang menjadi pusat sejarah Kerajaan Minangkabau saat ini. Sesuai dengan namanya, istana ini mengabadikan kemegahan arsitektur dari pusat pemerintahan kerajaan. Meskipun wujud yang berdiri megah sekarang ini bukanlah bangunan aslinya, namun berbagai detail ciri khas arsitektur yang dimilikinya masih sama seperti kondisinya di masa lampau.Istano Basa Pagaruyung dahulu merupakan kediaman dari Raja Alam, sekaligus pusat pemerintahan dari sistem konfederasi yang dipimpin oleh triumvirat (tiga pemimpin) berjuluk 'Rajo Tigo Selo'. Sistem kepemimpinan ini menempatkan Raja Alam sebagai pemimpin kerajaan dengan dibantu dua wakilnya, yaitu Raja Adat yang berkedudukan di Buo serta Raja Ibadat yang berkedudukan di Sumpur Kudus. Kedua wakil ini memutuskan berbagai perkara yang berkaitan dengan permasalahan adat serta agama. Tetapi, jika suatu permasalahan tidak terselesaikan maka barulah Raja Pagaruyung (Raja Alam) turun tangan menyelesaikannya.Istana ini memang merupakan replika dari bangunan asli yang dibakar Belanda pada tahun 1804. Bangunannya berbentuk sebuah rumah panggung berukuran besar dengan atap gonjong yang menjadi ciri khas dari arsitektur tradisional Minangkabau. Rumah panggung besar ini bertingkat tiga, dengan 72 tonggak yang menjadi penyangga utamanya. Terdapat 11 gonjong atau pucuk atap yang menghias bagian atas dari bangunan ini. Seluruh dinding bangunan ini dihiasi oleh ornamen ukiran berwarna-warni yang secara total terdiri dari 58 jenis motif yang berbeda.Selain 5 destiansi wisata sejarah di Batusangkar, masih banyak situs sejarah Minangkabau yang bisa dikunjungi para traveler di wilayah pusat budaya Minangkabau ini. (travel/travel)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads