Ini Lho Surga Tersembunyi di Kuala Terusan, Riau
Kamis, 20 Apr 2017 09:50 WIB

Disra Alldrick
Jakarta - Cuaca yang cerah namun tak begitu panas mengiringi perjalanan seratusan orang pecinta penjelajah pariwisata Riau, ke Pantai Kuala Terusan, di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Minggu pagi (29/1/2017). Exploring Riau Community (XRC) namanya, sebuah komunitas yang digagas oleh sejumlah kalangan dari berbagai profesi ini ingin mendukung dan mempromosikan pariwisata di bumi melayu sesuai dengan jargon pariwisata Riau, The Home Land of Melayu kepada masyarakat Riau, khususnya di Riau sendiri.Β Alasan komunitas ini memilih Kuala Terusan dikarenakan tempatnya yang dekat dengan Kota Pekanbaru. Selain itu mudah dijangkau.Β "Gagasan awalnya kami ingin membantu memperkenalkan wisata Riau, sekaligus mendukung program pemerintah juga. Jadi kita mulai Riau dulu, baru nanti kita kembangkan dan ini baru pembukaan", ujar Rudi Fajar, penggagas dan Ketua Komunitas XRC ini.Β Sekitar jam 07.30 WIB pagi, para peserta telah berkumpul di lapangan kreatif tepatnya di depan kantor Bupati Pelalawan. Wajah-wajah antusias para penjelajah wisata terlihat sudah tidak sabar melihat langsung pesona pantai Kuala Terusan atau Pantai Kute.Β Rombongan pun kemudian sampai di lokasi Kute yang berjarak sekitar 65 kilometer atau 1,5 jam berkendara dari Kota Pekanbaru. Di sana, sudah ada empat pompong menunggu, sejenis kapal kayu bermesin cukup besar yang dapat dinaiki 20 hingga 25 orang.Β Pompong tersebut dilengkapi dengan life vest atau jaket keselamatan. Selain itu, juga ada dua unit perahu kayu kecil bermesin robin dan satu unit pompong kecil ukuran 5 meter. Para peserta mendapatkan penjelasan keselamatan diri atau safety briefing selama berada di atas pompong, sebelum keberangkatan.Β Berbicara fasilitas umum, daerah wisata ini memang belum begitu memadai. Hanya sebuah warung makan dan beberapa pondok dua lantai untuk pengunjung bersantai bersama keluarga, sembari menikmati pemandangan asri hutan seberang serta keceriaan suara anak-anak mandi di sungai.Β Pompong lalu memulai perjalanan menyusuri Sungai Kampar dan Sungai Nilo. Bagi yang sudah biasa naik pompong, perjalanan dimanfaatkan untuk bersantai. Sedangkan bagi yang jarang, matanya fokus menjelajahi setiap detil keindahan alam.Hampir sepanjang sungai yang dilalui ini terdapat rumah-rumah panggung penduduk. Lambaian tangan anak-anak tempatan pun menambah keceriaan berinteraksi dengan para peserta dan keluarganya.Β Tiba-tiba suara deru mesin datang dari belakang pompong. Terlihat dua sampan mesin robin melaju kencang, menyibak riak sungai yang tenang. Percikan airnya pun kadang mengenai tangan penumpang. Dua pemuda terlihat begitu lihai meliuk-liukkan sampannya seolah tanpa takut mengitari pompong.Β Sontak balapan sampan robin nan eksotis ini langsung menyedot perhatian. Aksi kejar-kejaran sampan bak di film action pun tak ketinggalan diabadikan dengan kamera maupun dengan drone.Β Sekitar 30 menit menyusuri Sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat sekitar Kuala Terusan ini, akhirnya rombongan mendarat di sebuah dataran rumput.Β Kawanan burung bangau yang tengah mencari makan di kubangan pun seolah menyambut kedatangan rombongan. Namun sayang, mereka terbang seketika mendengar suara pompong mulai merapat.Β Decak kagum peserta terdengar ketika menginjakkan kakinya pertama kali di rerumputan hijau yang terbentang luas.Β "Ini luar biasa, pemandangan cantik sekali, makanannya enak, orangnya ramah dan inilah yang kita cari. Jadi bagi masyarakat setempat juga harus bersiap diri, artinya harus siap menjadi pelayan wisata, sehingga pelancong akan terus datang, mereka pun senang, karena adanya karakter pelayanan wisata yang sudah terbentuk," terang Rudi yang kesehariannya menjabat sebagai Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).Β Hampir satu jam rombongan berada di padang rumput ini. Memotret momen kebersamaan, berbagi ide dalam diskusi, ada yang selfie, bahkan ada yang menjala ikan.Β Rombongan bergerak lagi menuju destinasi berikutnya. Tak lama, kapal merapat di sebuah tepian yang teduh dengan pepohonan rimbun.Β Di sinilah rombongan beristirahat dan makan siang. Menu khas melayu sepanjang Sungai Kampar, didatangkan dan dimasak langsung oleh ibu-ibu setempat. Aroma masakan khas itu seakan tercium dari jauh saat diantar menggunakan pompong. Begitu menggiurkan selera setiap yang melihatnya.Β Ada udang goreng, asam podas ikan patin kualo, goreng baung lado kampung, lalapan daun tenggek burung, umbut rotan, obus daun ubi, sambal belacan, goreng jengkol, dan masih banyak lagi kuliner khas masyarakat Kuala Terusan ini.Β Menyantap hidangan di atas pompong, di bawah pohon rindang ditambah hembusan angin sepoi-sepoi membuat suasana unik ini menjadi tak terlupakan.Β "Acara hari ini oke banget, makanannya enak, tripnya keren, pemandangannya cakep, bulan depan saya mau ikut lagi," ujar Hanny Dwijoko, salah seorang peserta komunitas XRC.Β Selain bertujuan menikmati kuliner asli Kuala Terusan di Pelalawan, keberadaan rombongan juga diharapkan menjadi penggerak perekonomian bagi masyarakat setempat. Bahkan, komunitas ini pun sepakat, setiap keluarga wajib berbelanja minimal 50 ribu rupiah di warung-warung milik masyarakat.Β "Ternyata Riau kaya, banyak hidden paradise di sekitar kita, ikhtiar kita mengabarkan tentang keelokan alam, sehingga semakin banyak yang tahu, nice view, nice people, great experience, jadi bicara soal Riau tidak melulu tentang asap, tapi ke depan kita bicara tentang wisata Riau," ujar peserta XRC, Refki Riyantori, yang sehari-hari bertugas sebagai General Manager Garuda Indonesia Pekanbaru.Β Setelah makan siang bersama, sebagian pompong menuju masjid bersejarah untuk menunaikan Shalat Zuhur. Konon, salah satu pesawat tempur milik Belanda pernah jatuh di kawasan masjid tersebut pada zaman Indonesia baru merdeka.Β Menjelang sore harinya, aktifitas juga diisi dengan memancing bersama. Untuk menambah keseruan, pemancing yang berhasil mendapat ikan, bakal memperoleh hadiah. Ada yang berhasil namun banyak juga yang kurang beruntung, lantaran banyak kail tersangkut di ranting pohon saking semangatnya melempar umpan. Selain itu ada juga yang berkeliling naik sampan bahkan masuk ke hutan untuk merasakan sensasi mengambil rotan.Β Salah satu peserta lainnya, Husni Thamrin mengaku tertarik bergabung menjelajah wisata karena upaya yang digagas XRC ini sebagai langkah maju untuk mengangkat tempat wisata di propinsi Riau.Β "Kita mendukung upaya yang digagas XRC ini dan ini juga harus didukung oleh berbagai pihak, mulai dari masyarakat sendiri, tokoh-tokoh masyarakat, pemerintah dan pihak swasta," terang wakil rakyat yang bertugas di DPRD propinsi Riau ini.Β Matahari mulai tergelincir menuju ufuk barat. Cuaca pun masih bersahabat seolah turut mendukung kegiatan komunitas ini. Satu per satu pompongpun merapat dan menurunkan penumpangnya. Terpancar ekspresi keceriaan dari peserta setelah seharian mengarungi sungai yang terkenal dengan gelombang bononya ini.Β Penjelajahan wisata Riau yang pertama kali ini, sukses dan membawa kesan serta menjadi pengalaman tak terlupakan bagi peserta. Komunitas yang baru terbentuk di awal tahun 2017 ini bersifat terbuka, dan siapa saja bisa bergabung di setiap kegiatan dengan syarat harus siap menjadi duta wisata Riau untuk diviralkan di berbagai media sosial.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!