Liburan Tahun Baru, Yuk Telusuri Sisi Lain Malioboro
Senin, 02 Jan 2017 09:35 WIB

Deny Oey
Jakarta - Jalan-jalan di kawasan Malioboro, Yogyakarta, tak sekadar belanja suvenir saja. Banyak objek lainnya yang tak kalah menarik buat ditelusuri.Lupakan sejenak segala macam pernak-pernik, menu angkringan atau lesehan yang berseliweran di setiap sudut jalan. Cobalah untuk menikmati setiap keindahan dan eksotisme Malioboro. Mulai dari bangunan bergaya tradisional, hingga gedung-gedung peninggalan kolonial adalah sepenggal sejarah yang bisa kita telusuri di Kota Gudeg ini.Di setiap kota besar, bahkan di seluruh dunia, pasti memiliki suatu distrik yang kerap disebut sebagai pecinan atau chinatown. Sama halnya dengan Yogyakarta. Di sini kita juga bisa melihat perkampungan warga etnis Tionghoa. Kampung Ketandan, itulah nama kawasan yang ditandai dengan gapura bergaya oriental sebagai pintu masuknya.Sayangnya, banyak sekali bangunan tradisional bergaya China yang mulai rusak meski pemprov setempat sudah memasukkan kawasan ini sebagai cagar budaya yang harus dilestarikan. Lokasi Kampung Ketandan berada di Jalan Malioboro dan di dalamnya kita akan menemukan banyak sekali toko emas.Berjalan ke titik nol atau di selatan Malioboro, kita akan menjumpai gedung bergaya Eropa yang kini dikenal sebagai Gedung Bank Indonesia (BI). Awalnya gedung ini adalah kantor De Javasche Bank (DJB) dan juga sempat difungsikan sebagai kantor perusahaan dengan komoditas gula.Di seberang Gedung BI, berdiri suatu monumen yang mengabadikan salah satu peristiwa heroik dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI, Monumen Serangan Umum 1 Maret. Di sinilah kita bisa melihat para pejuang berhasil menguasai Yogyakarta meski berlangsung sekitar enam jam, tapi amat ampuh meruntuhkan mental para penjajah dan memperkuat peta kekuatan politik Indonesia di mata dunia.Tak jauh dari situ kita dapat mengunjungi Benteng Vredeburg. Salah satu loji yang dibangun pemerintah kolonial dengan dalih untuk melindungi kota, meski tujuan sebenarnya demi mengawasi pergerakan sultan dan warganya.Bangunan ini kini digunakan sebagai museum. Ada juga film pendek dan diorama yang menceritakan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.Jangan lupakan juga Pasar Beringharjo. Bangunan yang awalnya merupakan los-los pasar itu kini tetap menjadi salah satu daya tarik jika mengunjungi Yogyakarta. Meski digerus oleh banyaknya pasar modern, Beringharjo masih tetap menjaga eksistensinya.Nama Beringharjo sendiri diberikan oleh sultan yang memang ingin bangunan di sekitar keraton menggunakan bahasa Jawa, yaitu bering (pohon beringin) dan harjo (sejahtera). Sebelum menjadi bangunan permanen, Pasar Beringharjo hanya merupakan daerah pepohonan beringin.Sebenarnya masih banyak sejarah yang bisa digali lagi di sekitar Malioboro. Mulai dari gedung-gedung kolonial lainnya hingga bangunan khas dan tradisional. Namun setidaknya, sepenggal sejarah ini bisa membuat kita melihat Malioboro dari sudut pandang yang berbeda. Seperti kata proklamator kita, "Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah!".
Komentar Terbanyak
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Banjir Bali, 1.000 Hektar Lahan Pertanian per Tahun Hilang Jadi Vila
Daftar Negara yang Menolak Israel, Tidak Mengakui Keberadaan dan Paspornya