Air Terjun Tempat Semedi Gajah Mada yang Kini Populer
Minggu, 05 Mar 2017 10:55 WIB

Pradikta Kusuma
Jakarta - Air Terjun Madakaripura di Probolinggo, Jatim menyajikan pemandangan yang begitu memesona traveler. Air terjun ini diyakini merupakan tempat semedi Mahapatih Gajah Mada.Alam adalah sebuah tempat pelarian yang akrab bagi manusia yang gelisah sejak lama. Alih-alih melarikan diri dari persoalan hidup, atau sekadar mencari inspirasi. Alam justru memberikan pencerahan yang lebih besar.Tak heran jika memang sudah dari zaman dahulu orang orang yang mencari suatu jati diri, pencerahan, atau inspirasi tempat pelarian mereka semua adalah tempat tempat sepi yang langsung bersentuhan dengan alam, entah itu Gunung, air terjun, gua maupun lautan. Mulai dari zaman kerajaan masih berdiri, hingga saat ini masih sangat banyak yang percaya jika alam adalah guru terbesar bagi kita umat manusia.Begitu juga dengan Gajah Mada sang Mahapatih dari Kerajaan Majapahit dahulu. Beliau dengan banyak pasukan kerajaan kala itu memandang alam sebagai suatu yang sangat mereka hormati. Mereka membangun banyak petilasan dan candi di beberapa lereng gunung seperti Penanggungan, Arjuno, hingga ke Semeru.Gajah Mada pun sempat berikrar pada saat pengangkatan dirinya menjadi Patih. 'Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, amun kalah ring Gurun, ring seran, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo,ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, saman isun amukti palapa'.Yang artinya adalah sebagai berikut Setelah tunduk Nusantara, saya akan beristirahat, Sesudah kalah Gurun seran, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, barulah saya akan beristirahat.Sebuah sumpah yang sampai saat ini orang orang menyebutnya sebagai sumpah Palapa. Sebuah sumpah yang akhirnya pun dipenuhi Gajah Mada, Nusantara akhirnya tunduk di bawah kerajaan Majapahit mulai dari maluku hingga semenanjung siam (Thailand).Dan setelah sumpah palapa itu dipenuhi Gajah Mada akhirnya beristirahat bukan dengan kembali ke rumah atau kerajaan tapi dengan cara yang berbeda yaitu kembali mendekat kepada alam.Beliau memilih untuk menyepi dan menyendiri di sebuah tempat terpencil di kaki Pegunungan Tengger yang menjadi tempat terakhir sebelum Sang Mahapatih benar-benar meninggalkan peradaban dengan cara Moksa, adalah sebuah konsep agama Hindu dan Buddha.Artinya ialah kebebasan dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran reinkarnasi kehidupan. Dan banyak orang menyakini tempat terakhir sang Mahapatih adalah di Air Terjun Madakaripura. Nama air terjun ini juga berarti tempat persinggahan terakhir Gajah Mada.Saya pejamkan mata. Buih-buih percikan air membasahi tubuh, deru air terdengar sangat nyaring mendengung. Saya membayangkan dahulu ada seorang Mahapatih Gajahmada yang sedang bersemedi di salah satu sudut air terjun megah ini.Terlindung dengan dinding-dinding tebing sangat terjal menjadikan Air Terjun Madakaripura seakan akan terlindung dari dunia luar. Tentunya tempat ini sangat strategis untuk mengasingkan diri dari peradaban dunia pada masa lampau.Bak cerita kolosal ketika saya membayangkannya. Sungguh hebat dan luar biasa cerita tentang Majapahit dengan adanya Patih Gajah Mada dahulu kala begitu juga dengan Air Terjun Madakaripura ini, yang mungkin menjadi saksi bisu hari hari terakhir salah satu bagian terbesar dari sejarah Majapahit."Hati-hati mas, jangan terlalu lama disana, di atas sudah turun hujan," sebuah teriakan tiba-tiba membangunkan saya dari lamunan. Yang ternyata dari seseorang penjaga Air Terjun Madakaripura."Kenapa pak?," sahutku pada bapak itu"Bahaya mas, bisa datang air bah tiba-tiba dari atas. Nanti sampean bisa terjebak di sini," kata sang Bapak memperingatkan lagi.Saya lihat di kejauhan Mas Farid, Mbak Ana dan Mbak Dwi sudah sudah berjalan terlebih dahulu meninggalkan saya di ujung jalan tempat di mana aliran air terjun paling besar berada.Memang dengan posisi air terjun yang berada di antara tebing tebing tinggi seperti ini akan sangat rentan jika hujan tiba tiba turun dengan derasnya. Debit air bisa tiba-tiba besar dan menutup akses jalan keluar dan notabene satu satunya jalan keluar adalah menyusuri aliran air sungai itu sendiri.Tak puas rasanya hanya sebentar menikmati keindahan air terjun Madakaripura yang sangat indah ini. Namun sebelum kembali saya sempatkan untuk mengambil beberapa foto. Namun untuk mencari spot foto di bawah sini saya rasa sedikit susah karena percikan air dari atas ada di mana-mana.Mengeluarkan kamera DSLR pun saya rasa sangat riskan jika kamera itu tak tahan percikan air, satu satunya opsi adalah menggunakan kamera action yang tahan air. Aliran air terjun yang pertama berbentung memanjang dengan banyak tumbuhan tebing menjuntai tepat di aliran airnya menjadikan air jatuh lebih lembut.Sedangkan aliran yang kedua berada di ujung aliran sungai dengan ketinggian yang hampir 100 meter dengan debit yang sangat deras. Angin kencang pun sangat terasa ketika mendekati aliran yang kedua ini, alhasil keberanian saya pun menciut untuk mendekat.Dan di bawah sepanjang aliran Madakaripura seakan dianugerahi hujan abadi. Di setiap sudut tak ada tempat kering. Berkali-kali saya usap mata lensa dari kamera action kepunyaan saya ini.Baru beberapa detik diusap dengan kain, hanya sebentar sudah penuh dengan percikan air lagi yang menjadikan hasil foto kurang jernih. Seakan menjadi hal yang wajib, badan pun berbalut dengan jas hujan plastik murahan dari penjaja di jalur sebelum masuk air terjun. Saya langkahkan kaki menyusuri aliran sungai dengan sedikit terseok. Terpaan air yang jatuh dari atas dan mengenai kepala pun tak bisa saya hindari. Dingin saya rasakan ketika air menerpa wajah dan badan yang berbalut jas hujan.Saya buka jas hujan sekeluar dari aliran sungai. Di sini cerah-cerah saja, tapi di dalam sana bak ada hujan badai menerjang. Saya teguk air mineral yang dibawa sedari tadi di dalam tas ransel.Saya sadar, bahwa terlalu sebentar singgah di Madakaripura. Bukan berarti tak mau pergi, namun suasana yang disuguhkan memang bisa membuat siapa saja yang berkunjung akan betah berlama-lama.Sebelum beranjak pergi saya pandangi sekali lagi aliran-aliran air di atas tebing. Seperti sebersit bayangan tersenyum kepadaku yang menarik saya untuk kembali lagi ke sini, tempat asri nan damai ini suatu saat.
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol