Kisah Belut Apu, Nenek Moyang Orang Sumba di Danau Laputi

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Belut Apu, Nenek Moyang Orang Sumba di Danau Laputi

Florentina Woro - detikTravel
Minggu, 05 Jun 2016 16:04 WIB
loading...
Florentina Woro
Danau Laputi
Apu, sebutan untuk belut di Danau Laputi
Pelangi di salah satu sisi Air Terjun Laputi
Wajah-wajah bahagia di Air Terjun Laputi
Kondisi jalan menuju danau dan air terjun
Kisah Belut Apu, Nenek Moyang Orang Sumba di Danau Laputi
Kisah Belut Apu, Nenek Moyang Orang Sumba di Danau Laputi
Kisah Belut Apu, Nenek Moyang Orang Sumba di Danau Laputi
Kisah Belut Apu, Nenek Moyang Orang Sumba di Danau Laputi
Kisah Belut Apu, Nenek Moyang Orang Sumba di Danau Laputi
Jakarta - Pulau Sumba menyimpan pesona keindahan Danau Laputi yang tersembunyi. Di danau berwarna jernih ini tinggal Belut Apu yang dipercaya sebagai nenek moyangnya masyarakat Sumba.Mistis namun indah, dua kata yang menggambarkan Laputi. Laputi adalah danau dan air terjun yang terletak di Taman Nasional Laiwangi Wanggameti di Pulau Sumba.Untuk menuju ke sini memang diperlukan perjuangan, jalan yang belum teraspal dan mahalnya bahan bakar minyak di sini menjadi tantangan bagi pengunjung yang ingin melihat keindahan Laputi.Untuk mencapai Taman Nasional ini bisa melalui Bandar Udara Tambolaka di Sumba Barat atau Bandar Udara Mau Hau di Waingapu, Sumba Timur. Perjalanan darat ditempuh sekitar lima jam jika berangkat dari Tambolaka dan sekitar tiga jam jika berangkat dari Waingapu. Medan selama dua jam terakhir bisa dikatakan cukup sulit karena jalanan belum teraspal.Di sepanjang perjalanan menuju Laputi, tidak banyak ditemui kendaraan ataupun penduduk. Terlihat banyak sekali tanaman gamal, sepintas terlihat seperti bunga sakura. Gamal difungsikan sebagai pagar hidup pembatas jalan. Bunganya berwarna ungu muda dengan batang lurus panjang menjulang dan daun oval kecil. Selain untuk pagar, tanaman ini memiliki banyak fungsi untuk pengobatanLokasi danau berada di bagian atas air terjun. Ya, air yang turun berasal dari Danau Laputi. Daya tarik danau ini adalah airnya yang berwarna hijau jernih dan adanya belut raksasa yang dipercaya sebagai nenek moyang masyarakat Sumba. Belut di sini disebut Apu yang berarti nenek.Jumlah Apu cukup banyak di danau ini. Untuk membuat Apu muncul di permukaan, bisa dipanggil perlahan "Apu" dan mereka akan muncul ke permukaan. Tidak tahu berapa banyak Apu di dalam danau, karena mereka akan bergantian muncul dari dasar danau seperti lumpur hasil sedimentasi dedaunan.Dalam upacara adat, kepala adat akan berdoa di sini dan biasanya akan ada Apu yang berwarna putih yang dipanggil untuk muncul di permukaan. Apu di sini dianggap suci, tidak boleh ditangkap atau dimakan. Namun jika apu ini sudah keluar dari danau melalui air terjun, apu menjadi belut biasa dan tidak dianggap suci lagi. Perjalanan bisa dilanjutkan menuju air terjun, diperlukan sekitar 30 menit menggunakan kendaraan untuk sampai di pintu masuk menuju air terjun. Dari pintu masuk ke air terjun diperlukan trekking sekitar 15 menit, melewati sungai-sungai kecil.Pada saat musim hujan, debit air sungai ini cukup deras, juga akan terbentuk beberapa air terjun kecil di tebing. Pada musim kemarau, beberapa tebing terlihat kering karena tidak ada air yang mengalir melewatinya.Air terjunnya terletak di bagian atas, tersembunyi di balik pepohonan. Air terjun ini terdiri dari beberapa tingkat dengan debit air yang cukup deras walaupun di musim kemarau. Airnya mengalir ke bawah melalui sungai-sungai kecil yang mongering di musim kemarau.Tebing-tebingnya ditumbuhi tanaman lumut. Sering terlihat pelangi di air terjun ini, akibat dari bias percikan air terjun yang terkena cahaya matahari.Belum ada warung atau fasilitas menginap di sekitar sini, hanya ada 2 buah kamar mandi di dekat pintu masuk. Air terjun Laputi ini dipergunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH).Perjalanan menyusuri remote area tanpa sinyal dan jalanan tidak beraspal selama 2 jam berbuah manis. Danau Laputi yang jernih dan air terjun yang indah menjadi buah perjalanan kali ini.
Hide Ads