Mengenal Etnis Tionghoa di Taman Budaya TMII

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mengenal Etnis Tionghoa di Taman Budaya TMII

uhansubhan - detikTravel
Kamis, 28 Jan 2016 19:05 WIB
loading...
uhansubhan
Gerbang Taman Budaya Tionghoa
Rumah dengan nuansa China
Ruangan yang menampilkan koleksi batik peranakan
Monumen Perjuangan Laskar Tionghoa dan Jawa Melawan VOC
Museum Hakka Indonesia
Mengenal Etnis Tionghoa di Taman Budaya TMII
Mengenal Etnis Tionghoa di Taman Budaya TMII
Mengenal Etnis Tionghoa di Taman Budaya TMII
Mengenal Etnis Tionghoa di Taman Budaya TMII
Mengenal Etnis Tionghoa di Taman Budaya TMII
Jakarta - Etnis tionghoa merupakan saudara sebangsa setanah air Indonesia. Jika ingin mengenalnya lebih dekat, traveler bisa mampir ke Taman Budaya Tionghoa di TMII.Menikmati liburan seru di tempat yang bernuansa etnik Tionghoa tak perlu lagi jauh-jauh hingga ke negeri China. Kini, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pun Anda dapat menikmati semua itu dengan harga nol rupiah alias gratis. Di tempat yang bertajuk Taman Budaya Tionghoa Indonesia ini semua hal yang berhubungan dengan budaya Tionghoa tersaji cukup lengkap, memikat, dan pasti akan menambah wawasan pengetahuan.Di taman ini, anda akan dimanjakan dengan pemandangan yang asri dan nuansa yang khas. Penataan tamannya terlihat sengaja dirancang sedemikian rupa seolah-olah pengunjung tengah berada di taman surga ala negeri tirai bambu. Selain karena dirimbuni dedaunan dari beberapa jenis pepohonan yang khas, Anda juga dapat bersantai bersama sang kekasih atau keluarga di pinggiran danau buatan yang di tengahnya terdapat sebuah pulau kecil lengkap dengan saung atau pendopo yang cocok untuk menyepi. Ada pula beberapa pengunjung yang jeli memanfaatkan taman ini untuk keperluan fotografi β€˜pre wedding’ atau syuting film, misalnya. Tidak hanya pemandangan alamnya yang menawan, Anda atau para pengunjung lain juga dapat menikmati kekhasan arsitektur dari beberapa bangunan seperti rumah, rumah ibadah atau balai pertemuan yang bergaya etnik Tionghoa. Pada lokasi yang lain Anda juga dapat menikmati Taman Shio yang di dalamnya terdapat patung-patung binatang penanda shio. Jika kebetulan tidak tahu shio Anda, tidak perlu khawatir. Karena pada setiap patung shio itu ada informasi deretan tahun kelahiran yang telah disesuaikan dengan penanda shio. Sebab itu, tidak heran jika Taman shio ini menjadi salah satu tempat favorit bagi pengunjung untuk swafoto atau selfie. Beberapa patung juga menarik untuk disimak atau diabadikan dalam bentuk foto seperti patung populer pada legenda Kera Sakti atau Sun Go Kong, patung laksamana Cheng Ho, patung Khong Hu Cu, dan patung pahlawan nasional keturunan Tionghoa John Lie alias Jahja Daniel Dharma.Hal menarik lainnya, jika terus menjelajah ke bagian dalam taman, Anda akan bertemu dengan dua museum dan satu monumen penting yang layak untuk disimak informasinya. Monumen yang dimaksud adalah Monumen Perjuangan Laskar Tionghoa dan Jawa Melawan VOC. Monumen ini terdiri atas beberapa patung yang menggambarkan Laskar Tionghoa dan Jawa sedang melawan tentara VOC di bawah perintah Gubernur Jenderal Adrian Valckenler pada Oktober 1740. Perjuangan atau perlawanan yang berlangsung hingga tahun 1743 ini dipicu oleh peristiwa berdarah dan mengerikan di Batavia karena tentara VOC melakukan pembantaian semena-mena terhadap sekitar 10.000 warga Tionghoa. Mereka dianiaya dengan dalih telah melanggar peraturan keimigrasian dan perpajakan. Sedang tujuan yang sesungguhnya adalah untuk memeras dan merampas harta benda orang-orang dari etnis Tionghoa.Tepat bersebelahan dengan monumen tersebut berdiri sebuah museum yang namanya diambil dari salah satu tokoh akulturasi Tionghoa di tanah nusantara, Cheng Ho. Sesuai namanya, museum ini menghadirkan fakta informasi seputar biografi dan sepak terjang Cheng Ho, khususnya di Indonesia. Informasi ringkas beberapa nama tokoh lain yang cukup berpengaruh dari keturunan Tionghoa antara lain Liem Koen Hian (Aktivis dan Ketua PYI), Go Tik Swan (budayawan, sastrawan, dan pelopor batik Indonesia), Soe Hok Gie (Aktivis politik dan petualang), serta pameran benda-benda atau hasil karya khas keturunan Tionghoa yang akhirnya mewarnai sekaligus memperkaya budaya Indonesia.Di antara benda-benda tersebut antara lain dipamerkan aneka piring atau mangkok keramik bermotif yang dibuat pada tarikh Dinasti Qing (1644-1911 AD). Foto-foto aneka martavans atau guci berukuran besar serta beberapa motif batik bernuansa Tionghoa juga ikut dipajang di ruangan khusus masing-masing. Koleksi di Museum Cheng Ho ini tentu akan lebih mantap jika terus ditambah. Namun demikian, setidaknya, museum ini telah mencoba menawarkan wawasan atau pengetahuan sekunder yang cukup baik bagi Anda dalam upaya memahami akulturasi atau percampuran budaya Tionghoa dalam ranah kebudayaan nusantara.Tidak jauh dari museum Cheng Ho, berdiri pula museum yang tidak kalah menarik untuk dieksplorasi. Selain karena tampak luar arsitekturnya yang modern, menjulang, dan berbentuk bundar, warna cat kuning keemasannya yang dominan juga cukup mencolok bagi mata setiap pengunjung sehingga mampu menukil rasa penasaran dengan isi atau koleksi yang terdapat di dalamnya. Terkait bentuknya, menurut informasi dari pengelola, museum ini menirukan konsep rumah tradisional Tulou yang cukup masyhur, yaitu Zhenceng Lou, di daerah Yonding Fujian, Tiongkok. Museum yang dibangun sejak 6 Agustus 2012 ini diberi nama Museum Hakka Indonesia. Selangkah melewati pintu utamanya yang besar dan terbuat dari kayu jati, Anda akan langsung diajak lebih jauh ke tapak-tapak sejarah Tionghoa Indonesia. Sebuah kaligrafi bertuliskan huruf Cina menempel besar di dinding pemisah antara ruang depan dengan ruang dalam. Pada dinding kiri dan kanan juga dipenuhi tulisan panjang khas yang menggunakan huruf-huruf China. Nuansa etnik Tionghoa makin terasa betul di ruang dalamnya, sebab pandangan mata Anda akan langsung tertohok pada setiap sisi lingkar atapnya yang dipenuhi lampu-lampu lampion berwarna merah. Tentu, akan lebih terasa lagi jika kebetulan pihak pengelola memutarkan alunan musik instrumental khas daratan China.Di ruang bagian dalam inilah Anda disuguhi sederet informasi dan foto-foto yang menggambarkan tentang masa penjajahan Belanda yang dihubungkan dengan cerita ihwal kedatangan orang-orang Tionghoa ke Indonesia. Ada pula informasi profesi-profesi orang keturunan Tionghoa di masa tersebut. Tidak ketinggalan, informasi nama-nama tokoh dari keturunan Tionghoa yang memiliki andil cukup penting bagi negeri Indonesia serta jenis-jenis kesenian dan kebudayaan Tionghoa.Ada tiga bagian penting dalam museum ini, yakni Museum Tionghoa Indonesia, Museum Hakka Indonesia, dan Museum Yodding Hakka Indonesia. Semua koleksi yang tersimpan di tiga lantainya merupakan sumbangan dari warga peranakan Hakka Tionghoa atau didatangkan langsung dari negeri Tiongkok. Untuk referensi sejarah yang lebih mendalam, museum ini juga menyediakan perpusatakaan dan ruang pertemuan yang dapat diakses di lantai satu. Beberapa varian koleksi lainnya terdapat di lantai dua seperti piring atau mangkok keramik, aneka jenis rempah nusantara yang dibawa pedagang Tionghoa, serta foto-foto atau lukisan-lukisan yang dipajang rapi di dinding. Sedangkan di lantai tiga terdapat Museum Yodding Hakka Indonesia. Di sini, selain tertera informasi dan foto-foto, hal yang paling menarik adalah dipamerkannya jenis-jenis peralatan toko obat dan beberapa jenis obat khas Tiongkok.Hakka dalam bahasa Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pendatang. Hal ini berkaitan dengan sejarahnya, bahwa orang-orang Tiongkok terutama pada sub suku Han pernah melakukan migrasi atau perpindahan besar-besaran dari Tiongkok utara menuju Tiongkok selatan. Museum ini dibuka mulai hari Selasa hingga Minggu pada pukul 09.00-16.00 WIB. Dan bagi Anda yang gandrung dengan kerajinan atau pernak-pernik bernuansa etnik Tionghoa, tersedia pula toko yang menjual itu semua. Letaknya persis di dekat gerbang Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Selamat menikmati liburan.
Hide Ads